Subscribe Us

ALAM MENGUAK KEZALIMAN KEBIJAKAN KAPITALISTIK


Oleh Mulyaningsih
(Pemerhati Masalah Anak & Keluarga) 


Vivisualiterasi.com - Duka mendalam kembali menyelimuti negeri ini. Bencana banjir dan longsor datang tak diundang, menerjang berbagai wilayah di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. Semua diterjang, bahkan rumah di tiga desa tersapu oleh banjir dan kini yang tersisa hanya hamparan tanah kosong yang penuh dengan lumpur. Innalillahi, musibah kali ini bak ulangan tsunami pada 2004 lalu. 

Sebagaimana dikutip dari data di website resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bahwa 770 jiwa meninggal dunia, 463 jiwa hilang, dan 2.600 jiwa mengalami luka-luka. Angka-angka tersebut masih bisa bertambah karena belum semua tertangani. (detiknews.com, 03/12/2025) 

Innalillahi, segala bentuk musibah yang datang memang datangnya dari Allah Swt. namun tidak serta merta kemudian menyalahkan alam ataupun hal lainnya. Bencana banjir dan tanah langsong kali ini menjadi bukti ril bahwa alam sudah tak sanggup menahan segala bentuk kerakusan yang ada bahkan terpampang nyata. Selidik punya selidik, ternyata memang hutan yang ada di sana telah beralih fungsi dengan perkebunan sawit. Belum lagi adanya penambangan yang cukup masif, baik legal maupun ilegal. Sehingga wajar saja jika kondisi hutan yang kosong dengan pohon tak akan mampu menahan debit air hujan yang turun di tiga provinsi tersebut. Alhasil, sungai meluap karena banyaknya limpahan air. Ternyata tak hanya air yang turun menuju sungai dan laut, kayu gelondongan pun ikut bersama air. Banyak video serta foto yang beredar di dunia maya terkait dengan hal itu. Ini seharusnya menjadi evaluasi besar bagi pemerintah, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Bagaimana kondisi dan posisi kebijakan yang terkait dengan perizinan hutan serta tambang? 

Belum lagi, pemerintah ternyata tak segera meminta maaf atas bencana yang terjadi saat ini. Justru berbagai argumen yang dikeluarkan demi menutupi kesalahan yang ada. Ini dapat kita cek dan pikirkan lebih dalam, bahwa semua itu akibat penerapan sistem yang jauh dari Islam. Kapitalisme sekuler yang diterapkan saat ini benar-benar menjauhkan individu dari agama yang diyakininya. Agama sengaja dijauhkan dari segmen kehidupan manusia serta mengatur hanya pada bagian akidah semata dan berada di wilayah masjid atau musholla saja. Kapitalisme mampu menjadikan individu hanya memikirkan masalah atau persoalan utama untuk menumpuk cuan dan mencari manfaat yang banyak.

Dengan hal tersebut maka kita bisa mengaitkan dengan fakta di atas bahwa adanya kebijakan yang pro pada korporasi, yaitu 'manut' pada sekelompok orang yang mempunyai kekuatan keuangan serta kekuasaan. Wajar jika izin-izin kemudian dikeluarkan dengan mudahnya untuk menjadikan hutan sebagai perkebunan sawit. Bahkan mereka berargumen bahwa kelapa sawit sama saja seperti pohon. Padahal pohon heterogen di hutan sangat jauh berbeda dengan kelapa sawit. Kalau bukan karena cuan apalagi yang menjadi tujuan utama mereka?

Di sisi lain, fakta telah membuktikan bahwa pemerintah tampaknya lebih condong kepada para pemilik modal untuk terus mendapatkan sisi manfaat serta cuan. Atau bahkan pemerintah sendiri yang mempunyai perkebunan tersebut untuk meraih keuntungan kantong sendiri. Dengan begitu, perhatian dan pengayoman kepada rakyat benar-benar hilang. Rakyat dilepaskan dan disuruh berjuang sendiri untuk memenuhi segala hajat hidup sekaligus sisi keamanan.

Padahal rakyat sendiri tidak sanggup menahan derasnya gempuran kapitalisme sekuler yang menghujam pada kehidupan mereka. Mereka memerlukan pelindung yang mampu menjaga dengan penjagaan terbaik. Baik itu dalam hal pelindungan kepada harta dan jiwa. Kembali lagi bahwa itu semua terwujud karena sistem yang diterapkan saat ini. 

Akan berbeda jika Islam ada dan hadir dalam kehidupan manusia. Karena Islam mempunyai pandangan luas serta sempurna terkait dengan kehidupan manusia di dunia. Termasuk juga dalam hal pemerintahan, Islam begitu mengaturnya dengan baik. Bahwa seorang pemimpin menjadi pelindung serta pengayom bagi rakyat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,

"Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Hadis di atas menerangkan kepada kita bahwa menjadi pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban kelak di yaumil akhir. Yang harusnya menjalankan amanah dengan baik berupa mengayomi rakyat serta menjadi pelindungnya dengan baik dan sempurna. 

Kemudian Islam juga mempunyai aturan lengkap mengenai pengaturan terkait dengan sumber daya alam. Di alam kapitalisme, pemerintah hanya menjadi penyambung antara ia dengan pemilik modal besar. Rakyat benar-benar tidak dianggap karena harus mandiri. Berkaitan SDA maka Islam mempunyai aturan bahwa itu erat kaitannya dengan bahasan kepemilikan. Kepemilikan di dalam Islam ada tiga jenis, yaitu kepemilikan individu, umum, dan negara. Berkaitan dengan hutan serta pemanfaatannya maka harus mengetahui masuk ke dalam jenis kepemilikan apa? Ternyata hutan termasuk ke dalam kepemilikan umum. 

Terkait dengan kepemilikan umum, maka wajib bagi negara untuk mengelola secara menyeluruh untuk kemudian diberikan hasilnya kepada rakyat. Negara tidak boleh menyerahkan pengelolaan kepada individu atau kelompok, karena hukumnya adalah haram. Kecuali jika negara meminta bantuan kepada suatu kelompok untuk mengelola, namun dengan hubungan antara majikan dan karyawan (digaji). Inilah ketentual ril yang harusnya diberlakukan untuk saat ini. Bahwa aturan Islam yang ada itu memang untuk manusia dan sebenarnya balik lagi manfaat tentu akan ada. Walaupun sebenarnya ketika menerapkan bukan karena manfaat yang ingin didapatkan namun karena akidah. Akidah kuat yang mewajibkan untuk hanya mengambil Islam saja bukan yang lainnya. 

"Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya masih melakukan curang, atau menipu rakyat nya, melainkan Allah mengharamkan surga di atasnya." (Muttafaq 'alaih) 

Hadis tersebut makin menjelaskan kepada kita bahwa menjadi pemimpin adalah amanah dan wajib menjalankan dengan baik dan sempurna. Tidak boleh sama sekali untuk berleha-leha dan melakukan kecurangan terhadap masyarakat. Termasuk mengeluarkan kebijakan tidak sembarang, harus melihat pada sumber hukum Islam. Karena kembali, bahwa semua akan dimintai pertanggungjawaban. 

Dengan aturan Islam yang sempurna lagi menyeluruh, insyaAllah ridha Allah akan datang. Termasuk juga keberkahan akan melimpah kepada kita semua. Tentunya harus menerapkan Islam secara sempurna dalam kehidupan dalam bingkai sebuah institusi, yaitu Daulah Islam. Sudah saatnya kita bersama untuk berjuang menegakkan Islam dalam kehidupan. Wallahua'lam.[AR]

Posting Komentar

0 Komentar