Subscribe Us

KERACUNAN BERULANG, MAKAN SIANG GRATIS JADI SOROTAN

Oleh Audina Putri 
(Aktivis Muslimah) 

Vivisualiterasi.com-Program makan siang gratis yang dahulu disambut rakyat dengan sukacita, kini berubah menjadi luka dan duka. Dari makanan yang seharusnya memberikan kekuatan, justru meracuni perut anak-anak yang makan. Dari harapan dan tawa, kini menjadi tangis dan kecewa para orangtua. Kejadian yang terus berulang ini bukan sekadar catatan, melainkan gambaran nyata kelalaian. 

Setiap makanan yang dibagikan dengan cinta, ternyata menjadi sumber nestapa. Hal yang semestinya menjadi penguat bangsa, justru berubah menjadi tragedi tanpa jeda. Ironi sekali, bukannya menumbuhkan rasa aman, malah menimbulkan keraguan. Bukannya menyehatkan, justru membuat banyak orang masuk ruang perawatan. 

Sebanyak 456 siswa di Kabupaten Lebong, Bengkulu, dilaporkan mengalami keracunan setelah mengkonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG), siswa-siswa tersebut mengalami gejala mual, muntah, hingga pusing sehingga banyak dari mereka harus dilarikan ke fasilitas kesehatan agar mendapatkan perawatan medis. 

Kasus ini tentu sangat menyita perhatian masyarakat, bagaimana tidak, program yang awalnya bertujuan untuk peningkatan gizi anak sekolah justru malah menjadikan mereka sakit. 

Menanggapi kasus ini, Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan langsung menghentikan sementara program MBG di Lebong, ia menegaskan bahwa harus dilakukan evaluasi menyeluruh terkait proses pembuatan hingga penyaluran makanan tersebut, agar tidak terjadi lagi kejadian seperti ini. Pemerintah daerah juga didesak agar lebih serius dalam mengawasi pelaksanaan program ini, agar keselamatan dan kesehatan peserta didik lebih terjamin, dan menjadikan nya sebagai prioritas utama. (Kompas.com 30/08/2025). 

Berdasarkan kasus ini, tentu yang menjadi pertanyaan publik adalah bagaimana sistem pengawasan makanan, siapa yang akan bertanggung jawab? Kelalaian ini bukan sekadar urusan teknis distribusi atau soal higienitas dapur koki. Ini adalah potret dari sistem yang rapuh, yang sibuk mengejar pencitraan, namun abai terhadap keselamatan. 

Padahal tidak sedikit anggaran yang dikucurkan, sudah banyak janji manis bertebaran, tapi pelaksanaannya berulangkali ada kelalaian. Seakan rakyat hanya angka dalam laporan, bukan manusia dengan kehidupan. 

Masalah ini bersumber dari sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem yang membiarkan kepentingan politik mengabaikan amanah publik, hingga selevel makanan untuk rakyat pun disepelekan. 

Ketika aturan Ilahi digantikan, yang tersisa hanyalah pengelolaan serampangan. Dalam sistem sekularisme, angka dan citra bisa saja lebih penting daripada nyawa manusia. 

Berbeda dengan sistem pemerintahan Islam. Sudah sejak lama Islam menjadikan penguasa sebagai pelayan untuk umatnya. Pada masa kejayaannya, Islam pernah menyilaukan dunia, selain karena ilmu pengetahuan dan akhlaknya, juga kebijakan dan sikap para pemimpinnya yang memukau, 

Seperti pada masa Khalifah Umar bin Khattab, beliau rela memanggul gandum di punggungnya demi memberi makan rakyat yang kelaparan. Beliau bahkan tidak malu memasak dan menghidangkan makanan dengan tangannya sendiri. Hatinya gemetar, ketakutan memikirkan bagaimana nanti di akhirat, jika ada satu saja rakyatnya yang lapar. 

Ini baru satu contoh, masih ada banyak lagi yang bisa kita temukan pada masa kejayaan Islam Islam, pemimpin yang bertanggung jawab dan amanah bukanlah hal yang langka. Setiap tindakan dan perbuatan mereka selalu berdasarkan syara', 

Makanan gratis untuk rakyat bukan sekadar janji sesaat, tapi adalah wujud pelayanan dan kasih sayang pada umat. Maka, solusi sejati bukanlah sibuk memperbaiki dengan aturan tambal sulam, melainkan harus kembali kepada sistem Islam yang datang dari Allah SWT. 

Dalam Islam setiap kebijakan selalu memperhatikan halal dan haram, sesuai dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah kepada Allah. 

Jadi haruslah menempatkan amanah di atas kepentingan dan segalanya, serta menjadikan pemimpin sebagai penjaga, bukan malah membuat rakyat tersiksa.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Imam (khalifah) adalah pengurus rakyat, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang diurusnya."
(HR. Bukhari dan Muslim) 

Dari segala macam yang terjadi di negeri kita, sudah saatnya kita menyadari bahwa ini bukanlah kebetulan semata, melainkan hasil dari sistem yang rusak buatan manusia. 

Solusi terbaik hanyalah kembali kepada aturan Islam, yang bersumber dari nash dan syara', menerapkan segala aturan islam secara keseluruhan dalan kehidupan akan mendatangkan rahmat bagi seluruh alam. Sebab, Islam tak hanya memberi janji, tapi juga menjamin solusi. Islam juga akan memastikan keselamatan dan kesejahteraan setiap penduduk negeri. Wallahu 'Alam Bisshowab.(Dft)



Posting Komentar

0 Komentar