#Popro (Pojok Propagandis)
Vivisualiterasi.com- Ucapan Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam acara PPG, “Kalau mau cari uang, jangan jadi guru, jadi pedaganglah”, sontak menuai kontroversi. Pernyataan itu dianggap merendahkan profesi guru yang selama ini justru menjadi pilar utama mencerdaskan bangsa, meski banyak di antaranya masih hidup dengan gaji yang jauh dari kata layak.
Menag kemudian menyampaikan klarifikasi dan meminta maaf. Ia menegaskan tidak berniat merendahkan guru, bahkan mengakui dirinya berasal dari dunia pendidikan. Pemerintah juga mengklaim telah menaikkan tunjangan guru non-PNS, memperluas program PPG, dan mengangkat puluhan ribu guru honorer menjadi PPPK.
Namun, fakta kesejahteraan guru hari ini tetap jauh dari ideal. Banyak guru honorer hanya digaji ratusan ribu hingga satu jutaan per bulan. Bandingkan dengan sejarah Islam: di masa Khalifah Harun ar-Rasyid, guru anak khalifah digaji 15 dinar emas per bulan (setara ±60 juta rupiah saat ini). Hal ini, menunjukkan betapa tinggi penghargaan Islam terhadap pendidik.
Islam menempatkan guru pada posisi mulia. Dalam sistem Islam, gaji guru diambil dari baitul mal sehingga kesejahteraan mereka dijamin, bukan bergantung pada politik anggaran atau laba modal. Guru tidak hanya diberi penghargaan moral, tetapi juga dukungan ekonomi nyata agar dapat fokus menjalankan tugas mulia: mencerdaskan umat.[] Irwansyah
0 Komentar