(Aktivis Dakwah)
Sungguh ironis, wajah dunia pendidikan kini kembali tercoreng oleh perbuatan curang yang dilakukan oleh oknum pelajar, yang notabene adalah generasi penerus peradaban. Kecurangan yang terjadi pun kian menampakkan sisi gelap dunia pendidikan yang semestinya menjadi pencetak generasi cemerlang. Namun faktanya, harus terjebak pada permasalahan yang sama di setiap tahunnya. Lantas, apakah yang menyebabkan hingga kasus kecurangan dikalangan pelajar seringkali berulang?
Penyalahgunaan IT
Berulangnya kasus kecurangan yang terjadi dikalangan pelajar, tentu tidak terlepas dari pengaruh kecanggihan alat tekhnologi. Meskipun keberadaan alat tekhnologi modern memiliki dampak positif dalam dunia pendidikan, namun ternyata juga berdampak pada meningkatnya rasa malas yang kian menjangkiti pemikiran kalangan pelajar. Keinginan yang dapat dipenuhi secara instan oleh kemajuan tekhnologi informasi, menyebabkan banyaknya generasi hari ini, semakin enggan berfikir. Sehingga pada akhirnya, aplikasi dunia maya menjadi alternatif mudah untuk membantu dalam proses pembelajaran. Naasnya, hal demikian berefek pada penurunan kemampuan berfikir para pelajar yang pada akhirnya ketika mereka dihadapkan dengan soal ujian, akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai tertinggi dengan cara yang mudah tanpa harus belajar maksimal. Miris, kegiatan tersebut juga didukung oleh adanya modus yang kian canggih dalam melengkapi proses kecurangan yang dilakukan. Seperti penggunaan sarana tekhnologi, software dan hardware sebagai media untuk memudahkan para pelajar dalam melancarkan aktifitas menyontek.
Adapun fakta yang membuat tercengang adalah cara yang dilakukan kian beradaptasi dengan kondisi pelaksanaan ujian yang juga makin diperketat. Bahkan cara mengelabui pengawas ujian semakin apik. Dilansir dari Tribunnews.com (26/4/2025), panitia SNPMB mendapatkan temuan aksi kecurangan para pelajar dengan modus penggunaan kamera perekaman soal yang diletakkan pada behel, kancing baju, kuku, bahkan ikat pinggang yang tidak dapat dideteksi oleh alat pendeteksi logam.
Jika menelisik kasus kecurangan yang terjadi dengan banyaknya modus aksi menyontek, nampak jelas bahwa kecurangan ini bersifat sistematis.
Dampak Penerapan Pendidikan Sekuler
Kecurangan yang terjadi secara sistematis adalah penanda bahwa generasi hari ini selain berkepribadian culas, juga memiliki mental yang lemah, tidak kapabel, tidak jujur, dan malas. Bahkan kerapkali kita banyak menemukan generasi saat ini yang sering berbohong, khianat dan bahkan menghalalkan segala cara agar dapat memenuhi ambisinya dengan bekerjasama melakukan aksi menyontek. Maka tak heran, jika kelak generasi seperti ini, akan bermutasi menjadi cikal bakal calon pejabat bermental korup yang akan menghalalkan berbagai cara demi mencapai tujuannya, sehingga rela menerobos rambu-rambu syariat. Menghalalkan segala cara adalah pola pikir yang juga terbentuk dari penerapan didikan ala kapitalisme yang bersifat materialistik. Paham sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, telah menjangkiti pemikiran generasi hari ini. Sehingga halal haram sudah tidak lagi menjadi tolak ukur dalam berperilaku. Termasuk berbuat curang.
Ironisnya, potret dunia pendidikan saat ini pun kian mencerminkan rusaknya generasi akibat penerapan paham yang diadopsi dari barat tersebut. Kurangnya materi pendidikan agama Islam dibanding materi pelajaran umum, menyebabkan pelajar jauh dari pribadi yang bertakwa. Tak hanya itu, waktu para pendidik juga lebih banyak tersita dalam mengejar target jam mengajar demi mendapatkan tunjangan untuk memenuhi kebutuhan hidup, serta banyaknya kewajiban administrasi yang harus diselesaikan sehingga kesempatan untuk memperhatikan aspek kepribadian siswanya juga berkurang.
Tak hanya disekolah, kecurangan juga seringkali terjadi dalam dunia kampus. Dimana, nilai lebih mudah diperjual belikan. Sehingga akses untuk mendapatkan nilai yang tinggi dapat diraih dengan mudah. Tak jarang banyak dosen yang memberlakukan sistem berbayar untuk meluluskan mahasiswanya. Akibatnya, banyak yang lulus pendidikan dengan nilai memuaskan namun minim ilmu pengetahuan. Selain itu, akibat penerapan pendidikan kapitalis, biaya perkuliahan juga kian mencekik. Terbukti dari, mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang harus dibayarkan oleh mahasiswa akibat adanya kebijakan Badan Hukum Pendidikan (BHP) yang menyebabkan anggaran negara juga semakin berkurang. Sehingga dalam pendanaan, kampus harus bersikap mandiri. Tentu, model pendidikan yang demikian akan mencetak generasi yang hanya berorientasi pada nilai saja, bukan atas dasar ketaatan dan mengejar ridho Allah Swt. dalam kehidupannya.
Mewujudkan Generasi Takwa
Salah satu bagian dari syariat Islam Kaffah yang diterapkan oleh negara Islam (Khilafah) adalah sistem pendidikan Islam. Berdasarkan akidah Islam, maka diwajibkan atas setiap muslim untuk menjadi insan yang bertakwa kepada Allah Swt. dan taat pada perintah serta menjauhi larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah Swt.,
" Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya...," (QS. Ali Imran ayat 102).
Adapun pembuktian terhadap ikrar keimanan, akan nampak pada diri setiap hamba yang berwujud dalam bentuk ketakwaannya.
Dalam sistem Islam, pendidikan tidak digunakan sebagai batu loncatan untuk sekadar meraih status atau untuk mengejar materi semata. Melainkan, untuk menyuburkan takwa dan berpegang teguh pada kebenaran serta patuh terhadap hukum syarak.
Berbeda halnya dengan sistem barat yang setiap jangkauannya adalah berlandaskan materi, maka Islam memiliki sistem pendidikan yang mensejahterakan masyarakat melalui penyelanggaraan pendidikan gratis dan berkualitas tanpa adanya tebang pilih serta menghilangkan ketimpangan akses dimasyarakat yang dapat menimbulkan terjadinya perbuatan curang.
Dalam Islam, ada tiga pilar perlindungan untuk menyelamatkan generasi dari kerusakan akidah dan akhlak yakni melalui,
Pertama, Pendidikan Berbasis Tauhid.
Melakukan pembinaan terhadap masyarakat adalah upaya untuk menguatkan fondasi akidah ditengah-tengah masyarakat. Selain itu, pendidikan Islam juga mengajarkan bahwa kejujuran dan amanah adalah kewajiban bagi setiap muslim dalam membersamai tindakan atau perilakunya. Sehingga setiap amalan perbuatan semata-mata hanya untuk meraih ridha Allah. Olehnya, diharapkan kelak peserta didik menjadi pribadi yang unggul dalam aspek pengetahuan dan juga menjadi insan yang bertakwa.
Kedua, Amal Ma'ruf Nahi Mungkar.
Sejatinya, suatu kelompok masyarakat harus senantiasa memiliki perasaan, pemikiran dan aturan yang sama-sama berasal dari syariat Islam. Agar dapat menerapkan prinsip amal ma'ruf nahi mungkar ketika terjadi penyimpangan ditengah-tengah masyarakat.
Ketiga, Peran Negara.
Negara berperan penting dalam melindungi dan memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk pada bidang pendidikan guna mewujudkan generasi yang jujur dan amanah. Dengan demikian, sistem politik dan pemerintahannya pun akan jauh dari politik kotor berupa korupsi dan perbuatan buruk lainnya.
Adapun jika ada oknum pejabat yang terbukti berkhianat dan berbuat curang (ghulul), maka akan menerima sanksi berupa hukum ta'zir yang dapat memberikan efek jera terhadap pelakunya.
Oleh karena itu, dengan menerapkan sistem Islam, akan mewujudkan peradaban gemilang, masyarakat taat dan amanah dalam menjalani kehidupan. Wallahu A'lam Bisshowab
0 Komentar