(Pendidik dan Pegiat Literasi)
Seperti yang terjadi di sejumlah besar perwakilan diler Teras Malioboro 2 (TM2) menyambangi Gedung DPRD Kota Jogja, Umbulharjo, Kota Jogja. Mereka mengeluhkan tindakan represif yang dilakukan pemkot Jogja saat merelokasi sebagian pedagang kaki lima. Pantauan detik Jogja, tak banyak pedagang yang datang ke gedung DPRD kota Jogja (Detik.com, 17/9/2024).
Dalam banyak kasus, relokasi PKL ternyata tidak selalu berhasil dalam menciptakan perbaikan ekonomi yang signifikan. Di sisi lain, pendekatan kapitalisme yang mendominasi kebijakan ekonomi sering kali hanya memperparah ketimpangan dan kegagalan dalam membangun kesejahteraan masyarakat kecil. Islam, sebagai alternatif sistem ekonomi, menawarkan solusi yang lebih adil dan berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan ini.
Relokasi PKL: Masalah dan Dampaknya
Kebijakan relokasi PKL biasanya berfokus pada tujuan jangka pendek seperti memperindah kota dan mengurangi kesemrawutan di jalan. Namun, dari sisi ekonomi, banyak dari kebijakan ini justru menimbulkan tantangan baru bagi para pedagang. Salah satu masalah utama adalah lokasi baru yang sering kali kurang strategis dibandingkan tempat mereka berjualan sebelumnya. PKL yang direlokasi ke tempat yang jauh dari pusat keramaian umumnya mengalami penurunan pendapatan yang drastis. Hal ini terjadi karena berkurangnya akses ke pelanggan tetap mereka dan menurunnya daya beli akibat jarak yang lebih jauh dan kurangnya sarana transportasi yang memadai.
Selain itu, relokasi yang dilakukan tanpa memberikan pelatihan atau pendampingan usaha membuat PKL kesulitan beradaptasi di lingkungan baru. Mereka mungkin tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan yang cukup untuk menarik pelanggan di lokasi baru atau mengembangkan usahanya lebih jauh. Dampak lainnya adalah meningkatnya biaya operasional, seperti sewa tempat yang lebih mahal, yang tidak sebanding dengan pendapatan yang mereka hasilkan.
Kebijakan relokasi ini menunjukkan bahwa pendekatan kapitalisme, yang sering berfokus pada perbaikan fisik dan estetika tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi jangka panjang, sering kali gagal mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat kecil. Hal ini juga menjadi cerminan dari kegagalan kapitalisme dalam memberikan solusi yang berkelanjutan dan adil bagi ekonomi masyarakat kecil.
Kapitalisme dan Kegagalan dalam Perbaikan Ekonomi
Kapitalisme sebagai sistem ekonomi global didasarkan pada prinsip keuntungan maksimal dan efisiensi pasar. Dalam konteks relokasi PKL, kebijakan yang diambil biasanya bertujuan untuk menyesuaikan dengan visi pembangunan yang berorientasi pada investasi dan daya tarik bagi investor. Kebijakan ini lebih banyak berfokus pada keuntungan ekonomi makro seperti peningkatan sektor properti atau pengembangan area komersial, daripada pada kesejahteraan para pelaku ekonomi kecil.
Masalah yang lebih mendasar dalam kapitalisme adalah ketidakmampuannya untuk mendistribusikan kekayaan secara adil. Sistem ini sering kali hanya memperkaya segelintir orang yang sudah memiliki modal besar, sementara sebagian besar masyarakat, terutama yang beroperasi di sektor informal seperti PKL, dibiarkan berjuang sendiri. PKL yang direlokasi sering kali kehilangan mata pencaharian tanpa adanya jaminan pekerjaan lain atau peluang usaha yang layak. Dalam jangka panjang, hal ini tidak hanya memperburuk ketimpangan sosial, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan karena semakin banyak orang yang terjebak dalam kemiskinan.
Kapitalisme juga cenderung memandang masalah ekonomi dari sudut pandang angka dan statistik makro, mengabaikan dampak-dampak sosial yang nyata di lapangan. Pembangunan fisik, seperti relokasi PKL, mungkin meningkatkan indeks pembangunan kota, tetapi sering kali mengorbankan kesejahteraan masyarakat kecil. Dengan demikian, kapitalisme telah gagal menyediakan solusi yang berkelanjutan untuk masalah-masalah ekonomi di tingkat mikro, terutama bagi mereka yang terpinggirkan.
Solusi Ekonomi Islam: Pendekatan yang Berbeda
Islam menawarkan pendekatan ekonomi yang berbeda secara mendasar dari kapitalisme. Dalam sistem ekonomi Islam, kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan menjadi prioritas, bukan hanya pertumbuhan ekonomi secara makro. Prinsip keadilan dan distribusi kekayaan yang merata menjadi landasan utama. Islam tidak memandang ekonomi semata-mata sebagai alat untuk meraih keuntungan, tetapi sebagai sarana untuk menciptakan kesejahteraan sosial yang berkelanjutan.
Salah satu prinsip utama dalam ekonomi Islam adalah larangan riba (bunga), yang menghindarkan masyarakat dari jebakan utang yang memberatkan. Selain itu, Islam juga menekankan pentingnya zakat, infak, dan sedekah sebagai mekanisme redistribusi kekayaan yang efektif. Zakat, misalnya, berfungsi untuk membantu masyarakat miskin dan memberdayakan mereka agar dapat mandiri secara ekonomi. Mekanisme ini dapat menjadi solusi bagi PKL yang direlokasi, karena mereka dapat diberikan modal atau bantuan untuk membangun kembali usaha mereka di tempat baru tanpa harus bergantung pada pinjaman berbunga tinggi.
Selain itu, konsep hisbah dalam ekonomi Islam dapat diterapkan untuk mengawasi praktik-praktik bisnis yang merugikan dan memastikan adanya keadilan dalam distribusi sumber daya ekonomi. Hisbah berfungsi untuk melindungi hak-hak konsumen dan produsen kecil, sehingga mereka tidak dieksploitasi oleh kekuatan pasar yang lebih besar. Ini adalah salah satu instrumen penting untuk menjaga keseimbangan ekonomi antara pelaku usaha kecil dan korporasi besar.
Kesimpulan
Kebijakan relokasi PKL dalam sistem ekonomi kapitalisme sering kali gagal memberikan solusi yang adil dan berkelanjutan. Kapitalisme, dengan fokus pada pertumbuhan ekonomi makro dan keuntungan, cenderung mengabaikan dampak sosial dan kesejahteraan masyarakat kecil, oleh karena itu, tidak tepat jika relokasi PKL dijadikan alasan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, sistem ekonomi Islam menawarkan pendekatan yang lebih berfokus pada keadilan dan distribusi kekayaan yang merata, sehingga dapat menjadi solusi bagi permasalahan ekonomi yang dihadapi PKL dan masyarakat kecil lainnya. Islam mengajarkan bahwa ekonomi bukan hanya tentang keuntungan, tetapi juga tentang kesejahteraan dan keadilan bagi semua anggota masyarakat.[Irw]
0 Komentar