(Aktivis Muslimah)
Berdasarkan Beritasatu.com (7/6/2025), sekitar 17 warga Palestina telah dilaporkan tewas pada awal pagi waktu setempat, kebetulan saat hari kedua perayaan Idul Adha, akibat serangan udara dan tembakan militer Israel di bagian selatan Jalur Gaza, khususnya di kawasan Khan Younis dan Rafah.
Tidak hanya serangan bersenjata yang terus dilakukan oleh Zionis, mereka juga mengeluarkan larangan bagi warga Palestina di Jalur Gaza untuk mendekati lokasi-lokasi distribusi bantuan. Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, melalui pernyataan di platform X, menjelaskan bahwa penutupan pusat-pusat distribusi dilakukan untuk renovasi, restrukturisasi, dan peningkatan efisiensi.
Tahun ini menjadi yang keempat bagi warga Gaza merayakan Idul Adha sejak dimulainya operasi militer Israel, yang dianggap sebagai upaya genosida dan telah mengakibatkan hampir 54.700 jiwa melayang. Serangan militer ini tidak hanya mengakibatkan banyak kematian, tetapi juga menciptakan krisis pangan, sehingga membuat Jalur Gaza nyaris tidak layak huni.
Tragisnya, negara-negara besar di seluruh dunia tutup mata. Para pemimpin muslim juga hanya sibuk berdebat tanpa tindakan nyata, seperti mengirimkan pasukan untuk mengusir penjajah. Mereka berdiam diri meskipun rasa kemanusiaan mereka terusik. Padahal, rasa itu adalah naluri alami manusia untuk membantu sesama, khususnya untuk bayi-bayi yang tak berdaya.
Mereka bagaikan orang-orang yang hanya bisa berteriak kepada pelaku kejahatan yang tengah membantai anak-anak dan perempuan, membakar rumah-rumah, dan merobohkannya saat penghuninya masih ada di dalam, tetapi tampak tidak bisa menghentikan atau menegakkan keadilan.
Para pemimpin muslim di seluruh dunia mengekspresikan simpati mereka hanya melalui kecaman atau tuntutan, dan malah mendorong penyelesaian konflik Palestina dengan solusi dua negara yang diusulkan oleh PBB. Pendekatan ini sangat tidak tepat.
Berbagai kecaman dan ancaman dari masyarakat internasional tidak membuat Zionis Yahudi meredakan aksinya yang brutal dan sebaliknya, mereka malah semakin berani. Hal ini disebabkan oleh dukungan penuh dari negara adidaya, Amerika Serikat, dan sekutunya. Solusi yang diusulkan, seperti pemindahan penduduk Gaza yang kelaparan, dan menciptakan solidaritas internasional untuk perdamaian, pada dasarnya justru mempertahankan penjajahan. Sebenarnya, rakyat Gaza percaya bahwa serangkaian pembunuhan ini bisa membuat para pemimpin yang bertanggung jawab atas dua miliar umat manusia merasa malu untuk mengambil tindakan nyata. Namun, kenyataannya, rezim-rezim tersebut malah semakin terjerumus dalam pengkhianatan, terus mendukung entitas Yahudi, tunduk pada arahan Amerika, dan menyediakan segala kebutuhan entitas tersebut untuk melanjutkan penjajahan.
Matinya rasa kemanusiaan menunjukkan hilangnya nilai-nilai dasar dalam diri manusia. Ini adalah hasil dari penerapan sistem kapitalisme yang mengedepankan nilai materi dan superioritas disertai kebencian terhadap sesama. Kekejaman yang sangat parah ini tidak menggugah hati nurani para pemimpin muslim. Pemahaman nasionalisme yang berasal dari Barat jadi penghalang bagi mereka untuk bersikap adil kepada muslim di Palestina.
Benar-benar menyedihkan, rakyat Gaza kehilangan harapan pada prinsip-prinsip kemanusiaan dan rezim-rezim negara muslim. Mereka hanya memiliki Allah yang Maha Esa, yang Maha Kuat, yang akan memberikan pertolongan dari arah yang tidak terduga, dan mungkin pertolongan itu sudah dekat.
Sampai sekarang, tidak ada pemimpin dari negara muslim yang memberi mereka kebebasan dengan kekuatan senjata, meski umat telah menyerukan jihad. Jihad tidak mungkin terjadi tanpa adanya dorongan dari negara. Sistem negara pada saat ini tidak mungkin dapat menyerukan jihad, di saat mereka justru bersikap berkhianat dengan bekerja sama dengan penjajah Yahudi. Hanya Khilafah yang bisa mengumandangkan seruan jihad. Oleh sebab itu, umat harus berjuang untuk menegakkan Khilafah. Terwujudnya Khilafah tidak mungkin terjadi sebelum umat keluar dari belenggu kapitalisme sekuler.
Permasalahan Palestina tidak akan dapat diatasi kecuali oleh kaum Muslim itu sendiri. Diperlukan negara Islam yang menjadi penggerak utama untuk mengerahkan pasukan muslim melawan kaum kafir. Maka dari itu, upaya penegakkan sistem Khilafah memerlukan kepemimpinan dari jamaah dakwah ideologis yang konsisten dan tegas menyerukan tegaknya Khilafah. Jamaah ini akan membentuk kesadaran umat serta menunjukkan jalan yang mulia bagi umat. Umat seharusnya merespons seruan dari jamaah dakwah ini dan berjuang bersama untuk mencari pertolongan Allah.
Oleh karena itu, untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman Yahudi Israel, harus melalui kekuatan pasukan yang kuat di bawah komando Amirul Mukminin. Pasukan hebat tersebut hanya dimiliki oleh negara yang besar dan kuat, yang menerapkan syariat Islam dalam semua aspek kehidupan di bawah naungan Daulah Islam. Kembalinya Khilafah adalah sebuah keniscayaan sejarah, tetapi hal ini tidak akan terwujud tanpa usaha dakwah yang sungguh-sungguh dari para pejuang Islam. Dakwah Islam perlu dilakukan secara masif dan terorganisir di dalam masyarakat untuk membangun opini publik yang muncul dari kesadaran ideologis umat mengenai pentingnya kepemimpinan Islam secara global.
Selain itu, dakwah yang dilakukan perlu mengikuti metode yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., yaitu melalui thariqah umat. Dakwah ini bertujuan untuk memberi pemahaman yang menyeluruh mengenai akidah Islam agar dukungan dari umat dapat diperoleh, yang kemudian akan mendorong perubahan signifikan melalui pembaiatan seorang khalifah sebagai pemimpin seluruh kaum Muslimin. Oleh karena itu, tidak mungkin benar-benar menyelesaikan krisis Palestina selama dunia belum kembali kepada sistem Islam di bawah naungan Khilafah.
Dengan adanya Khilafah, langkah-langkah konkret dan menyeluruh bisa diambil untuk mengatasi permasalahan Gaza. Tanpa Khilafah, upaya-upaya tersebut akan selalu terhambat oleh sistem kapitalisme global yang saat ini menguasai dunia.
Menegakkan kembali Khilafah adalah kewajiban setiap Muslim. Khilafah telah terbukti berhasil menghentikan rencana kafir untuk mencaplok Palestina. Dengan adanya khilafah, umat Islam memiliki otoritas di hadapan orang-orang kafir. Di bawah kepemimpinan khalifah, seluruh tentara Muslim akan bersatu berjihad untuk merebut kembali tanah Palestina ini untuk umat Islam. Wallahualam bishawwab.[Irw]
0 Komentar