Subscribe Us

HARGA PANGAN NAIK MENJELANG RAMADHAN, TRADISI-KAH?

 

Oleh Fathin Kusumardani, S. Pd.
(Kontributor Vivisualiterasi Media)


Vivisualiterasi.com- Bulan suci Ramadhan akan segera tiba, setidaknya satu pekan lagi seluruh umat muslim akan mulai berpuasa. Beberapa bahan pokok mulai mengalami kenaikan harga, karena permintaan yang melonjak. Komoditas pangan tersebut di antaranya adalah cabai, telur, ayam, daging, hingga beras. 

Kenaikan ini sebenarnya sudah menjadi tradisi. Siklus tahunan kenaikan bahan pokok terjadi hampir setiap menjelang bulan Ramadhan. Anehnya, keluhan masyarakat sebagai angin lalu. Solusi yang diberikan pemerintah tetap tidak mampu menahan laju kenaikan bahan pokok. 

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan harga komoditas pangan akan mengalami inflasi pada bulan Ramadan mendatang. Hal ini merupakan situasi musiman seperti tahun-tahun sebelumnya.

BPS mencatat, pada Februari 2024 ini beras kembali inflasi sebesar 5,32 persen dengan andil pada inflasi bulanan di Februari sebesar 0,21 persen. Cabai merah, yang punya andil 0,9 pada inflasi secara bulanan, dan 0,17 persen terhadap inflasi secara tahunan pada Februari 2024 ini. Telur ayam memiliki andil terhadap inflasi bulanan sebesar 0,04 persen, sementara daging ayam ras punya andil inflasi sebesar 0,02 persen. (KumparanBisnis, 1/3/2024)

Seolah tradisi, harga pangan naik setiap menjelang Ramadhan. Kondisi ini tentu memberatkan rakyat, dan mengganggu kekhusyukan ibadah dalam bulan mulia ini. 

Akibat dari kondisi yang terus berulang tiap tahunnya, banyak masyarakat yang mengeluh. Tapi mau tidak mau tetap membeli bahan pangan yang mahal untuk mencukupi kebutuhan perutnya. 

Sistem ekonomi yang diterapkan hari ini, yakni ekonomi kapitalisme, yang berkaitan erat dengan para pemilik modal, sehingga harga pasar sangat bergantung kepada kuantitas dan permintaan di pasar.

Penyebabnya adalah dengan menerapkan sistem kapitalisme, sistem ini akan menyebabkan negara berlepas tangan dari tanggung jawabnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat seperti pangan. 

Di sistem kapitalisme, peran pemerintah hanya sebagai regulator, yaitu yang membuat aturan dan fasilitator yang mempertemukan pihak kapitalis yang akan memeras rakyat, bukan lagi sebagai pelayan dan pelindung rakyat.

Dengan adanya para korporat, kehadiran nya justru hanya untuk mencari keuntungan, bukan lagi melayani hajat rakyat. Penegakan sanksi yang lemah makin meleluasakan para pelaku kejahatan pangan. Sanksi yang dijatuhkan tidak berefek jera dan sifatnya tebang pilih. Hukum hanya menjerat pelaku kecil, tetapi para mafia kelas kakap sulit ditindak.

Selama tata kelola pangan masih menggunakan konsep kapitalisme dengan abainya peran negara, stabilitas harga pangan mustahil terwujud. Apalagi paradigma yang digunakan dalam mengatasi kenaikan harga sekadar menurunkan angka inflasi, bukan untuk menyelesaikan masalah sampai ke akarnya. 

Sehingga di saat terjadi masalah kenaikan harga pangan yang terus berulang, menunjukkan abainya pemerintah dalam mengatasi persoalan ini. Sekaligus menunjukkan bahwa negara telah gagal dalam menjamin kebutuhan pangan yang murah dan terjangkau untuk masyarakat. Justru sebagian pihak memanfaatkannya untuk kepentingan individu dan kelompok. 

Di sisi lain, terdapat kesalahpahaman bagaimana seharusnya beribadah dan beramal shalih selama bulan Ramadhan sehingga tidak ada lagi masyarakat yang justru disibukkan dengan harga pangan yang naik. 

Apabila semua kebutuhan pangan sudah terjamin oleh negara, makan akan tercipta suasana yang tentram. Masyarakat akan fokus beribadah di bulan Ramadhan tanpa memikirkan kesulitan beban hidup, masalah kenaikan harga bahan pokok dan segudang masalah hidup lainnya.

Ramadhan adalah bulan yang akan menciptakan individu-individu dan juga masyarakat yang bertaqwa pada akhirnya akan menjadikan negara yang bertaqwa. Tentunya negara yang bertaqwa ini hanya akan ada apabila syariat Islam diterapkan dalam kehidupan. 

Solusi terbaik hanya dengan Islam. Berbeda dengan sistem kapitalisme, sistem Islam mendorong setiap muslim bersiap memasuki Ramadhan dengan memperbaiki amal dan banyak melakukan ibadah. 

Dalam Islam juga memudahkan masyarakat dalam menjalani ibadah Ramadhan, mempersiapkan segala sesuatunya demi meraih ridha Allah dan nyaman menjalankan ibadah puasa tanpa harus memikirkan harga pangan naik. Islam juga memberikan Pendidikan terbaik sehingga umat memiliki pemahaman yang benar atas ibadah Ramadhan, termasuk pola konsumsinya. 

Dalam Islam, negara akan hadir sebagai pelindung umat dari bahaya, termasuk ancaman hegemoni yang dilakukan oleh korporasi. Negara tidak akan membiarkan korporasi menguasai rantai pasok pangan yang hanya berorientasi keuntungan segelintir orang.

Selain itu, apabila diterapkan sistem Islam maka akan diterapkan beberapa kebijakan yang akan diambil Khalifah untuk menjaga stabilitas harga. Disertai dengan adanya penegakan hukum yang tentunya tegas dan berefek jera sesuai dengan aturan Islam. 

Sebagai negeri yang mayoritas penduduknya muslim, maka sudah selayaknya kita melirik sistem Islam untuk menggantikan sistem kapitalisme. Karena sudah jelas, sistem kapitalisme tidak mampu menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah kenaikan harga pangan. Maka hanya dengan sistem Islam lah yang mampu menyelesaikan segala permasalahan kehidupan manusia termasuk masalah pangan. Sehingga, ketika menjelang Ramadan maupun bulan-bulan lainnya harga pangan tetap stabil. Semua itu bisa terwujud hanya dengan menerapkan sistem Islam dalam kehidupan. Wallahu a'lam bish-shawab.[AR]

Posting Komentar

0 Komentar