Vivisualiterasi.com- Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam yang begitu melimpah, bahkan orang Barat menamakannya sebagai serpihan surga. Segala macam kekayaan alam di dunia ada di Indonesia. Flora dan fauna yang menyimpan keindahan menakjubkan. Ditambah kekayaan alam yang berbentuk migas, emas, perak, dan masih banyak lagi.
Namun fakta miris menghinggapi sebuah negeri kaya raya. Hal tersebut adalah kemiskinan yang ekstrim. Bahkan selama pandemi melanda, kemiskinan mengalami banyak peningkatan. Beberapa faktor yang melatarbelakanginya yaitu tingkat pengangguran. Selama pandemi, banyak perusahaan mengalami gulung tikar dan tentu berdampak pada pekerja yang harus di berhentikan. Ditambah lagi kenaikan harga komoditas yang makin mencekik rakyat kecil, biaya pendidikan yang tinggi, dan lain sebagainya.
Kalau sudah begitu, tak heran muncul kejahatan di mana-mana. Ada yang terpaksa melakukan tindakan kejahatan karena tekanan ekonomi yang menghimpit dan ada pula sengaja untuk memenuhi gaya hidup yang hedonis. Tak peduli halal atau haramnya. Seperti yang terjadi, kasus perdagangan orang dengan dalih diiming- imingi gaji besar dan kehidupan yang layak.
Maraknya perdagangan orang yang makin meresahkan harus penuh kewaspadaan. Berbagai modus dijalankan agar terlaksana tujuan awalnya. Salah satunya melalui pekerja migran. Seperti dalam pernyataan Komisaris Polisi Polresta Bandara Soekarno Hatta, Rezha Rahandi sebagai Kepala satuan reserse kriminal mengungkap sindikat perdagangan orang melalui Pekerja Migran Indonesia (PMI). Modus yang dilakukan para pelaku yakni menjanjikan kepada calon korbannya pekerjaan di luar negeri dengan gaji yang menggiurkan.
Polisi berhasil mengamankan tiga tersangka, RC alias UR (43) yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga asal Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Lalu BM alias O bin M (46) yang berprofesi sebagai wiraswasta. Dia berperan memberangkatkan calon pekerja migran Indonesia yang berasal dari Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Dan terakhir MAB (49), yang berprofesi sebagai karyawan swasta asal Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. (liputan6.com, 11/02/2023)
Menurut Rezha, ketiga pelaku yang ditangkap bekerja sama dengan sebuah perusahaan agensi penyalur tenaga kerja berinisial Az di Jawa Barat. Perusahaan tersebut mendapatkan permintaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk dikirimkan ke negara-negara Timur Tengah. Adapun dana yang diberikan oleh perusahaan asing luar negeri itu sebesar 3.200 dolar AS per orang. Sindikat tersebut telah mengirimkan orang untuk bekerja secara ilegal di luar negeri lebih dari 15 kali. Dalam setiap pengiriman bisa puluhan hingga ratusan orang yang diberangkatkan.
Miris apabila melihat fakta yang terjadi, negeri yang terkenal dengan sebutan "gemah ripah loh jinawi" kekayaan alam yang melimpah tidak bisa menjamin rakyat yang hidup di dalamnya sejahtera. Mereka harus didera dengan berbagai problem yang ada.
Perdagangan orang hanyalah sekelumit masalah yang ada, masih banyak problem yang dihadapi semua itu tak lepas karena penerapan sistem sekuler kapitalis yang berasaskan materi. Dengan itu pula, berbagai sendi kehidupan berasaskan kebebasan. Tidak peduli halal maupun haram, semua itu demi terwujudnya nilai materi.
Di samping itu, penerapan ekonomi kapitalis bertumpu kepada kepentingan para pemilik modal. Sehingga negeri yang katanya serpihan surga tak kuasa dalam mengelola kekayaan alam yang ada. Penguasa negeri hanya tunduk kepada kepentingan para oligarki dan korporasi. Kalau sudah terjadi ketimpangan sosial, yang kaya makin kaya dan yang miskin makin tersingkir. Walaupun penguasa negeri ini telah menentukan sebuah kebijakan dalam menuntaskan kemiskinan, salah satu contoh dengan UMKM, kartu Pra kerja, bansos, PKH, dan lainnya. Namun itu semua hanya bersifat sementara tidak sampai menyentuh ke sumber masalahnya. Karena jelas sumber masalah dari kemiskinan ekstrim yang melanda negeri ini tak lain karena sistem yang diterapkan tidak sesuai dengan Islam, melainkan sistem yang hanya membawa kepada kenestapaan.
Berbeda halnya dengan penerapan sistem Islam yang tegak di atas akidah Islam yang mengatur segala aspek kehidupan.
Pemimpin di dalam Islam sangat mengerti betul fungsi seorang pemimpin. Yaitu sebagai peri'ayah urusan umat, karena dia akan di mintai pertanggungjawaban kelak atas apa yang di pimpinnya. Di samping itu juga, pemimpin harus bisa menjadi junnah bagi orang yang di pimpinnya dan orang yang bisa melindungi rakyatnya. Baik dalam menjaga agama dan menjamin keamanannya. Seorang pemimpin juga mempunyai kewajiban melayani kebutuhan masyarakat sesuai dengan Islam, seperti kebutuhan pokok, dengan bekerja keras mengentaskan kemiskinan, kelaparan, serta layanan kesehatan.
Islam juga tidak menoleransi setiap bisnis yang bertentangan dengan syari'at Islam. Baik itu bisnis prostitusi, klub malam, atau pameran yang mengeksploitasi penampilan perempuan dan lelaki. Karena semua itu akan menghantarkan pada perkara yang haram dan dapat menumbuhsuburkan prostitusi dan perdagangan orang, terutama perempuan dan anak-anak.
Islam akan memberlakukan sanksi yang tegas kepada sindikat atau pihak-pihak yang terlibat dalam jaringan perdagangan orang. Siapapun yang terlibat akan mendapatkan sanksi atas setiap tindakan yang mereka lakukan tanpa pandang bulu. Semua itu tidak akan di temukan dalam sistem kapitalis melainkan dapat di temukan dalam sistem Islam di bawah naungan daulah Khilafah Islamiyyah.
Mengembalikan sistem Islam inilah yang seharusnya menjadi titik fokus perjuangan umat, yakni dengan membangkitkan pemikiran dengan berdasar ideologi Islam. Karena hanya itulah solusi yang paripurna dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan negara yang bersih. Tak lupa untuk mendapatkan ampunan dari Allah Ta'ala.Wallahua'lam bishshawab.[NFY]
0 Komentar