Subscribe Us

KEJAR EKSISTENSI, POTRET GENERASI MINIM JATI DIRI

Oleh Larasati Putri Nasir
(Publisher Vivisualiterasi Media) 

Vivisualiterasi.com- Era digital dengan kemajuan teknologi yang beraneka ragam aplikasi sosial media juga fitur menarik yang terus berkembang mendorong kreatifitas setiap penggunanya. Beragam tawaran gemerlap pun menggiurkan, sebab mampu mendatangkan pundi cuan. Maka banyak bermunculan content creator juga influencer yang mengejar viewer demi eksistensi juga popularity dengan kreativitas tinggi yang kadang melampaui batas. 

Seperti yang terjadi pada seorang wanita muda tewas karena konten berakhir naas. Berawal dari bercanda hingga akhirnya merenggang nyawa. Dikutip dari DetikNews (03/03/2023), seorang wanita berinisial W (21) tewas tergantung di rumah kontrakannya di Leuwilang, Kabupaten Bogor-Jawa Barat. W tewas saat membuat konten melalui panggilan video bersama teman-temannya. Diawali dari candaan yang hendak membuat konten gantung diri dengan kain, namun korban terpeleset dari kursi pijakannya hingga tewas.

Kejadian mengerikan ini terjadi demi mengejar eksistensi yang menutup mata dan akal. Adegan berbahaya yang mengancam nyawa tetap dilakukan. Tidak lagi mempedulikan halal-haram. Yang jelas membuat konten menarik untuk mendatangkan materi.  Akhirnya adalah mengejar eksistensi untuk menjadi terkenal (popularity) is priority tak peduli tergadainya taraf berpikir, hingga sangat nampak bahwa generasi hari ini minim jati diri. Mengapa bisa terjadi hal demikian bahkan pada generasi muslim? 

Dampak Sekularisme & Kapitalisme

Tatanan kehidupan dengan sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan, juga kapitalisme yang menjadikan kebahagiaan dengan standar materi membuat individunya memiliki orientasi juga taraf berpikir yang dangkal tentang kehidupan. Hanya menjadikan orientasi kebahagiaan materi sebagai standar tujuan dan kebebasan berperilaku menjadi pedoman.

Untuk memperkuat juga  menyuburkan pemikiran sekularisme dan kapitalisme ini dengan menggunakan kekuatan media. Media didesain untuk menyebarkan pemikiran yang menjadi turunan nilai sekularisme dan kapitalisme. Media menyajikan produk dan gaya hidup yang gemerlap lagi liberal, menjanjikan bahagia bagi yang mengikutinya. Menampilkan kebahagian dengan standar materi, meski kebahagian itu semu tapi dikemas begitu apik oleh media, diterima dan diadopsi oleh generasi. Alhasil, generasi hari ini tercekoki oleh media dari sistem hari ini berburu kebahagian semu itu tadi. Dalam pemenuhannya, tak lagi memperhatikan halal-haram. Ditempuh dengan berbagai cara yang tidak memperhatikan lagi rida Ilahi melainkan untuk pemenuhan kepuasan diri dengan mencari eksistensi untuk diakui.

Tak terkecuali generasi muslim kini dijuluki dengan generasi stroberi. Generasi yang tampak begitu banyak potensi, namun kini potensi tersebut hilang hanya demi capaian kebahagiaan semu. Dan dicapai dengan usaha serba instant. Tak kuat dengan tekanan, sebab ia terdidik dengan standar ketika berhadapan dengan masalah cenderung tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikannya. Generasi pusing yang dikit-dikit healing karena 'rungsing' dan stress dikit shopping, capek dikit overthinking.

Akhirnya, potensi generasi hari ini terbajak dan minim jati diri. Ditambah lagi tidak memahami tujuan kehidupan serta bermental lemah. Sebab generasi ini dididik oleh pemikiran yang bertaraf rendah, sebab menjadikan kebahagiaan materi sebagai tolok ukur kebahagiaan diri.

Islam Solusi Generasi

Masalah pelik generasi tidak akan dijumpai dalam sistem Islam. Sistem Islam yang memiliki pandangan hidup dengan takaran halal-haram tak semata dengan tujuan bahagia atas materi. Setiap perbuatan manusia diatur berdasarkan hukum syarak. Standar ini yang dijadikan acuan dalam pelaksanaannya pada masyarakat diperkuat dengan regulasi yang dikeluarkan oleh institusi negara dengan penerapan Islam sebagai standar kehidupan masyarakat.

Islam begitu paham bahwa generasi adalah aset penting sebagai fondasi kekuatan di masa depan. Maka negara sebagai pemegang kebijakan berwenang mengeluarkan regulasi akan mengatur aturan yang bertujuan mengatur, membina, dan mendidik mereka. Negara menaruh perhatian besar dalam pembentukan serta penjagaan terhadap akidah generasi. 

Yang dilakukan oleh Islam dalam membentuk dan menjaga generasi sebagai berikut:

Pertama, dalam Islam pembentukan fondasi dari generasi dimulai dari unit terkecil yaitu keluarga. Keluarga sebagai madrasah pertama dan utama untuk menanamkan akidah, nilai kebaikan, menjaga, dan mengarahkan potensi aqliyah yang di tuntun untuk memiliki orientasi mencari rida Allah. 

Kedua, negara melalui sistem pendidikan menggunakan kurikulum pendidikan berdasarkan Islam yang mengajarkan akidah dan mengembangkan aqliyah,syakhshiyyah serta nafsiyyah generasi. Ditambah dengan mencurahkan setiap potensi emas serta kreativitas yang dimiliki untuk memberikan sumbangsih terhadap kebaikan dan kepentingan Islam. Sebab mereka memahami jati diri dan tujuan hidupnya sebagaimana firman Allah:

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku."(QS. Adz-Dzariyat: 56)

Generasi yang lahir dari sistem Islam inilah yang memahami jati dirinya. Yang akan menjadi generasi penoreh tinta emas kegemilangan juga keberhasilan dengan sederet prestasi sepaket dengan kesalihan pribadi. Orientasi dirinya tak hanya sebatas duniawi namun juga demi mengejar rida Ilahi. Sebut saja Shalahuddin Al-Ayyubi yang berhasil menaklukkan Baitul Maqdis kembali ke tangan kaum muslimin. Muhammad Al-Fatih yang menaklukkan Konstatinopel pada usia 21 tahun. Tidak hanya dengan keberhasilannya itu, dia dilengkapi juga pribadi yang salih. Semenjak baligh tidak pernah meninggalkan salat, bahkan tidak pernah terlambat salat berjamaah.  

Ketiga, negara juga bertanggung jawab untuk menjaga suasana yang kondusif keislaman juga kemurniaan akidah masyarakat. Maka negara akan menjauhkan segala hal yang mampu merusak dan mengancam akidah, termasuk di dalamnya peran media. Media dalam sistem Islam tidak diperkenankan menyebarkan pemahaman selain akkdah Islam, tidak akan ada konten unfaedah juga minim moral semisal yang terjadi hari ini. Sebab akan dibanned langsung oleh negara. Selain membatasi penyebaran informasi melalui media, dalam negara Islam senantiasa dilakukan aktivitas amar makruf nahi munkar oleh masyarakat agar kebaikan terus berlangsung dalam masyarakat. Serta mencegah secara pasti kemaksiatan yang bisa jadi terjadi.

Demikianlah Islam memberikan penjagaannya secara pasti pada generasi, sebab masa depan peradaban dan kebangkitan Islam berada pada generasi. Polemik saat ini hanya bisa terselesaikan dengan solusi hakiki. Yaitu dengan diterapkan kembali Islam dalam institusi negara yaitu Khilafah Islamiyah.
Wallahua'lam . [AR]

Posting Komentar

0 Komentar