Subscribe Us

ENDEMIK DEMAM KEONG DIANGGAP ENTENG

Oleh Nur Hajrah MS
(Aktivis Dakwah Nisa Morowali)


Vivisualiterasi.com-Demam Keong adalah salah satu penyakit endemik yang hanya ada di Indonesia tepatnya di Sulawesi Tengah. Dilaporkan lebih dari 200 warga Poso dan Sigi menderita penyakit tersebut. Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), mengatakan bahwa upaya membasmi keong penyebab penyakit tersebut mengalami kesulitan. Kerena tempat berkembang biak keong ini sangat kecil, contohnya di daun. Pengobatan demam keong mengalami kendala karena ketersediaan obat yang tidak memadai. Namun, Kemenkes memastikan bahwa WHO mengupayakan proses pengiriman obat tersebut. (cnnindonesia.com, 22/02/23)

Demam keong atau Schistosomiasis merupakan salah satu penyakit endemik yang berada di wilayah Sulawesi Tengah. Penyakit ini disebabkan oleh cacing parasit Schistosoma, yang hidup dibeberapa jenis siput dan keong air tawar. Penyebaran parasit ini ditemukan pada daerah yang kesulitan akses air bersih dan sanitasi yang buruk. Penularan parasitnya muncul dari siput ke dalam air. Orang akan terjangkit oleh parasit tersebut dalam bentuk larva. Kemudian larva akan menembus kulit melalui pori-pori jika melakukan aktivitas di air yang telah terkontaminasi. Sementara itu, penularan antar manusia terjadi jika penderita demam keong mencemari sumber air tawar dengan urine atau fesesnya yang mengandung telur parasit tersebut.

Gejala demam akan muncul jika terjadi reaksi tubuh terhadap telur cacing. Gejala demamnya terbagi atas tiga stadium.

Pertama, kulit terasa gatal-gatal akibat larva parasit. Kedua, gejala yang muncul karena cacing mulai bertelur di dalam tubuh. Gejalanya seperti demam, diare, penurunan berat badan, dan gejala disentri. Ketiga, penderita bisa mengalami sirosis hati atau kerusakan hati dan limfa. Selain itu, pengidapnya makin lemah, perut membesar bahkan bisa berdampak pada kematian. 

Sebagaimana dijelaskan oleh dr. Verury Verona, yang dikutip dari Halodoc.com. Ia menjelaskan bahwa, seseorang yang terinfeksi parasit ini bisa sembuh tanpa penanganan khusus secara medis jika memiliki sistem daya tahan tubuh yang kuat. 

Upaya Penanganan Demam Keong 

Dikutip dari Republika.co.id, terkait dengan penyakit demam keong, pada 2018 WHO pernah menegur Indonesia karena menjadi satu-satunya negara di Asia yang memiliki penyakit ini. Pada faktanya, penyakit endemik ini telah bertahun-tahun ada di Sulawesi Tengah. Maka sangat disayangkan, mengapa ketersediaan obat penyakit demam keong bisa sampai tidak memadai atau tidak memiliki ketersediaan? Padahal penyakit ini telah ada di Indonesia sejak lama. 

Jika diperhatikan, penanganan demam keong hanya terfokus pada penderita atau manusianya saja. Buktinya, mengapa disaat terjadi lonjakan pasien baru ada upaya untuk memenuhi ketersediaan obat Schistosomiasis? Dan mengapa upaya dalam penanganan penyebab penyakit demam keong ini masih sangat minim atau kurang terealisasi? Padahal pada 2018 pemerintah telah meluncurkan Roadmap Eradikasi Schistosomiasis 2018-2025, sebagai upaya pemerintah dalam pencegahan dan penanganan Schistosomiasis. Di mana Kabupaten Poso dan Sigi menjadi daerah yang difokuskan untuk dilakukannya gerakan eradikasi atau pembasmian keong penyebar cacing schisto, yang diharapkan akan tuntas pada 2023. (Tirto.id, 05/04/2018)

Lantas, apakah upaya gerakan ini berhasil? Sepertinya tidak, karena apa yang diharapkan lima tahun yang lalu justru menjadi sebaliknya. Buktinya saat ini penderita demam keong telah mencapai lebih 200 orang, dari wilayah Poso dan Sigi. Ini menjadi salah satu bukti bahwa fokus penanganan terhadap penyebab penyakit demam keong kurang diperhatikan dan direalisasikan, ataukah mungkin rencana hanya sebatas wacana?

Inilah salah satu bukti bagaimana ketika negara telah terkontaminasi paham kapitalisme. Paham yang tidak sepenuh hati dan penuh perhitungan dalam mengurus urusan umat. Buktinya, bagaimana bisa selama bertahun-tahun persoalan demam keong tidak bisa diatasi? Bahkan pihak WHO sendiri telah menegur Indonesia atas persoalan ini. Tidakkah pemerintah Indonesia merasa malu menjadi satu-satunya negara yang memiliki penyakit ini? 

Khilafah adalah Solusinya

Jika merujuk pada laporan WHO bahwa penyakit demam keong biasa terjadi di daerah yang minim akses air bersih dan sinitasi yang buruk, maka hal ini sungguh sangat disayangkan bisa terjadi. Pada faktanya, Sulawesi Tengah merupakan daerah yang masuk tiga besar dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia. Jadi, bagaimana mungkin persoalan ini luput dari perhatian pemerintah? Apakah fokus pemerintah hanya pada persoalan pertumbuhan ekonomi? Lalu melupakan persoalan genting yang harus segera ditangani?

Jika kembali pada penjelasan sebelumnya, bahwa seseorang yang terinfeksi parasit Schistosoma akan bisa sembuh tanpa penanganan medis, jika memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Maka hal-hal yang bisa dilakukan pemerintah dalam penanganan kasus demam keong ini adalah:

Pertama, berupaya menjaga kesehatan masyarakat, baik secara mental, jasmani, maupun rohani. Selain itu, sebisa mungkin mengupayakan agar masyarakat terhindar dari stres. Karena salah satu cara meningkatkan daya tahan tubuh adalah menghindari stres. Sehingga negara harus memastikan bahwa setiap kebijakan yang dibuat tidak akan membebani rakyatnya. Dan untuk penderita, pemerintah harus memastikan kesembuhannya.

Kedua, rutin memberikan penyuluhan bagaimana menjaga pola hidup yang sehat, khususnya bagi daerah yang memiliki penyakit endemik. 

Ketiga, berupaya menciptakan kondisi lingkungan yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Karena penyebaran parasit penyakit ini bisa saja ditemukan di daerah yang kurang akses air bersih dan memiliki sanitasi yang buruk. 

Keempat, memastikan ketersediaan obat demam di dalam negeri dan penanganan medis lainnya, baik itu tenaga medis maupun peralatan medis lainnya.

Kelima, jika wabah penyakit makin merebak, maka sudah seharusnya suatu negara atau wilayah melakukan karantina kesehatan ( lockdown), baik wabah itu bersifat endemi maupun pandemi. Harapannya agar wabah tidak makin menyebar ke wilayah lain. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,

"Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah maka janganlah kamu memasuki wilayah itu. Namun, jika terjadi wabah di wilayah kamu berada maka jangan tinggalkan wilayah itu."(HR. Bukhari)

Selain itu, negara juga harus memastikan kebutuhan setiap masyarakat di daerah yang diberlakukan lockdown. Baik itu makanan, kesehatan, maupun kebutuhan lainnya. Inilah beberapa langkah yang dilakukan oleh khilafah ketika menghadapi endemi maupun pandemi. Langkah-langkah yang tidak akan mungkin bisa diterapkan oleh para kapitalis bersama sistem yang diembannya. Karena satu-satunya sistem pemerintahan yang memperhatikan rakyatnya adalah Khilafah Islamiah.Wallahua'lam bish-shawab.[NFY]

Posting Komentar

0 Komentar