(Aktivis Dakwah Nisa Morowali)
Menurut Paramita, pilihan Macron untuk mengunjungi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Akademi Militer Magelang, dan Candi Borobudur mencerminkan pendekatan soft power Prancis. Sektor pendidikan dan kebudayaan dianggap sebagai investasi jangka panjang yang strategis, tidak hanya membina sumber daya manusia, tetapi juga membuka jalan bagi ekspansi industri pendidikan Prancis dan promosi budaya mereka di Indonesia.
Pengamat hubungan internasional Hikmahanto Juwana juga menilai kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Indonesia, khususnya ke Akademi Militer (Akmil) Magelang dan Candi Borobudur, bukan sekadar simbolis. Menurutnya, kunjungan ini mencerminkan dua fokus utama dalam hubungan bilateral Indonesia–Prancis, penguatan kerja sama pertahanan dan diplomasi kebudayaan.
Prabowo menjelaskan, pada tahun ini Perancis dan Indonesia memperingati 75 tahun hubungan diplomatik. Dia mengatakan bahwa hubungan antara Indonesia dan Perancis berawal dari saling menghormati, dan menekankan masih banyak peluang baru yang perlu mereka manfaatkan secara bersama.
Dimana kerja sama yang disepakati tidak hanya sebatas impor-ekspor. Beberapa poin penting meliputi, pertukaran teknologi pertanian, peningkatan kapasitas SDM dan pelatihan petani, modernisasi alat dan infrastruktur pertanian, dan riset bersama untuk varietas tahan iklim ekstrem.
Memerangi Islamophobia
Belakangan ini kata islamophobia sering kali muncul menjadi momok yang menakutkan. Islamophobia sendiri sering kali didasari oleh ketakutan dan prasangka terhadap Islam dan umat Islam yang mungkin berasal dari kurangnya pemahaman atau pemahaman yang salah tentang ajaran islam.
Sambutan hangat dan meriah atas kedatangan kepala negara Perancis, negara yang banyak membuat kebijakan islamophobia perlu menjadi perhatian, Bahwasanya kaum muslimin tidak boleh lupa akan negara-negara yang membuat kebijakan yang memusuhi Islam dan umatnya. Perancis merupakan salah satu contoh negara yang sering membuat kebijakan yang menguatkan Islamophobia.
Dimana konsistensi negara ini dalam mengembangkan ide Islamofobia berdampak buruk bagi muslim di Prancis. Saudara-saudara kita di sana kerap mendapat perlakuan diskriminatif dan pembatasan kebebasan dalam beragama. Dengan adanya pelarangan hijab, pelecehan karikatur Nabi Muhammad, puluhan masjid yang terpaksa ditutup dan beberapa badan amal muslim yang dibubarkan, sudah menjadi bukti sebagai bentuk Islamofobia dilegalkan di sana.
Seharusnya, pemimpin negara dengan mayoritas penduduk muslim memiliki sikap yang tegas dalam menunjukkan pembelaan terhadap agamanya. Karena tujuan bernegara, salah satunya adalah untuk "Hiratsatu ad-diin" (menjaga agama). Seharusnya pemimpin kaum muslimin marah ketika agama dan simbol-simbolnya dilecehkan.
Inilah yang terjadi dalam sistem sekulerisme-kapitalisme, kerjasama antar negara dirasa menguntungkan karena adanya asas manfaat. Negara pengusung anti-Islam ini tak henti-henti membuat jebakan agar pemimpin muslim mengikuti kemauan mereka di balik kerjasama politik dan diplomatik. Negara-negara yang memusuhi Islam semakin memperkuat pemahaman ideologi mereka pada negara mayoritas muslim sebagai misi menjauhkan agama dari kehidupan dan memecah ikatan-ikatan yang terjalin dalam satu akidah Islam.
Bersikap Tegas Terhadap Musuh Allah
Dalam sistem Islam, ada aturan dan tuntunan tentang bagaimana negara bersikap terhadap pihak yang memusuhi Islam terlebih jika banyak kebijakan yang menyengsarakan umat Islam. Tidak boleh bersikap ramah tamah dan harus menolak kerja sama bilateral dengannya.
Rasulullah juga menunjukkan ketegasan terhadap suku atau kelompok yang secara terang-terangan melanggar perjanjian yang telah disepakati. Pengusiran Yahudi Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah adalah contohnya. Setelah hijrah ke Madinah Rasulullah membuat perjanjian dengan berbagai suku, termasuk suku-suku Yahudi, untuk hidup berdampingan secara damai. Namun, beberapa dari mereka berkhianat dan bersekongkol dengan musuh Islam. Bani Qainuqa melecehkan seorang Muslimah di pasar, yang memicu konflik, dan akhirnya diusir dari Madinah. Bani Nadhir bersekongkol untuk membunuh Rasulullah, sehingga Rasulullah mengepung benteng mereka dan mengusir mereka dari Madinah. Bani Quraizhah berkhianat selama Perang Khandaq dan dihukum berdasarkan keputusan hakim yang mereka setujui, yaitu Sa’ad bin Mu’adz. Ini menunjukkan ketegasan dalam menegakkan hukum dan menjaga keamanan umat.
Kita pun bisa melihat tegasnya para Khalifah atas negara penjajah dan kebijakannya yang menghina Islam. Masyhur bagaimana Sultan Hamid II Khalifah terakhir Kekhilafahan Turki Utsmani yang menolak mentah-mentah permintaan Theodor Herzl, Bapak Yahudi yang menginginkan sebagian tanah Palestina untuk bangsa mereka dengan imbalan Yahudi bersedia membayar utang Kekhilafahan akibat kalah perang.
Islam memberikan tuntunan bagaimana bersikap terhadap orang yang memusuhi agama Allah. Apalagi jika banyak kebijakan yang dibuat untuk menyengsarakan umat Islam.
Dalam islam, negara-negara yang ada di dunia dibagi menjadi dua, yakni Darul Islam (negara Islam) dan darul kufur ( negara kafir). Islam juga telah memberi tuntunan untuk bersikap terhadap negara kafir sesuai posisi negara tersebut terhadap Daulah Islam (negara Islam).
Tuntunan inilah yang seharusnya menjadi pedoman setiap kaum muslim, terlebih bagi penguasa. Apalagi ditengah penjajahan yang terjadi di Palestina yang mendapat dukungan dari penguasa Barat.
Ada banyak contoh sikap tegas para Khalifah ( pemimpin) atas negara penjajah dan kebijakannya yang menghina Islam. Umat Islam seharusnya menjadi negara yang kuat dan berpengaruh dalam konstelasi hubungan negara-negara di dunia, sebagaimana pernah diraih oleh Daulah Islam dan kekhilafahan. Selanjutnya ummat harus berjuang kembali untuk mewujudkan khilafah yang menjadi adidaya dan disegani negara-negara ini.
Dalam firman Allah Swt:
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ ٥٥
Artinya :
" Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan kebajikan bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia sungguh akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridai; dan Dia sungguh akan mengubah (keadaan) mereka setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Siapa yang kufur setelah (janji) tersebut, mereka itulah orang-orang fasik".(QS.An-Nur : 55).
Dalil tersebut menunjukkan bahwa Allah akan mengembalikan kekuasaan dan kehormatan kaum muslimin dan kaum muslimin tanpa harus memberi penghormatan kepada negara yang justru tidak menghormati islam bahkan negara yang memusuhi islam. Justru negara Islam akan berlaku sebaliknya kepada negara tersebut. Karena kemuliaan hanya milik Allah dan Rasulnya. Bukan negara yang memusuhi agama Allah dan Rasulnya.
Maka dengan itu kita harus memperjuangkan dengan sungguh - sungguh sehingga kemuliaan islam dan kaum muslimin segera terwujud. Sehingga kemuliaan sebagai umat dan bangsa bisa kita raih. Umat harus berjuang kembali untuk mewujudkan Khilafah yang menjadi negara adidaya dan disegani negara-negara pembenci Agama Allah SWT. berfirman:
” Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Quran) maka sungguh bagi dia penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkan dirinya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta” (TQS Thaha : 124).
Nauzubillah. Wallahualam bissawab
0 Komentar