Subscribe Us

REMAJA ZAMAN NOW, MASA GITU?

Oleh Novita Mayasari, S.Si 
(Pemerhati Generasi)

Vivisualiterasi.com- Pemuda yang katanya energik, cerdas, kreatif, dan inovatif adalah harapan besar untuk keberlangsungan sebuah peradaban. Di pundaknya amanah itu diserahkan. Merekalah bibit para calon pemimpin masa depan. Bagi perempuan, mereka jualah bibit ibu generasi. 

Namun, apa yang dirasakan hari ini sungguh membuat sesak di dada. Nyata adanya, kelakuan minus pemuda zaman now makin mengkhawatirkan dan meresahkan.

Kenakalan, perkelahian, bullying, pergaulan bebas, tawuran, dan masih banyak sederet daftar kelakuan minus generasi muda hari ini. Seolah semua itu adalah hal biasa yang terjadi di kalangan kawula muda. Faktanya di Kota Pempek alias Palembang, baru-baru ini terjadi tawuran berdarah antarpemuda. Alhasil, akibat dari peristiwa tersebut menelan satu korban tewas. Kabarnya, si korban mengalami luka bacok di bagian kepala belakang. Bahkan terdapat juga luka tusuk dan sayatan. Sungguh sangat sadis aksi generasi zaman now ini. Kapolsek IB I Palembang Kompol Rian Suhendi SPT SIK membenarkan aksi tawuran tersebut dan mengatakan, "Iya, benar dan korban yang tewas belum diketahui identitasnya (Mr.X). Sementara terduga pelaku sudah diamankan di Polsek". (sumeks.co, 15/01/2023)

Sebegitu buramkah potret pemuda hari ini? Lantas bagaimanakah caranya menyelamatkan pemuda dari tindakan sadis dan miskin visi ini?

Kapitalis Merusak Generasi

Sungguh tantangan zaman now memang tak terlepas dari permasalahan pemuda. Tak hanya mengkhawatirkan, tetapi sudah keterlaluan. Bukan hal yang aneh jika melihat profil pemuda hari ini sungguh 'semerawut'. Karena saat ini mereka telah dibajak potensinya dan digiring untuk menjadi pemuda yang loyo, tempramental, mudah depresi, serta miskin (adab, tanggung jawab dan visi tentunya).

Ya, semua ini terjadi akibat dari buah penerapan sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) dan kapitalisme. Sekularisme dan kapitalisme telah mencengkram, bahkan sukses melahirkan paham liberalisme alias kebebasan. Alhasil, generasi zaman now terkhusus gen Z berada pada ketidakstabilan akibat pengaruh dan gempuran dari fashion, food, dan life style Barat yang serba bebas.

Belum lagi tolok ukur sukses yang diterapkan dalam sistem hari ini, segala sesuatunya disandarkan pada pencapaian materi dengan menghalalkan berbagai macam cara. Sehingga mereka ditekan untuk menjadi pribadi-pribadi yang mapan secara materi, tetapi nol dari sisi kerohanian dan spiritual. Adalah hal yang wajar jika jiwa kosong dari nilai kerohanian dan spiritual, menjadikan pemuda zaman now mudah terserang mental illness, mudah emosi, sulit mengendalikan amarah, bahkan untuk melampiaskan amarahnya kerap melakukan kekerasan. Bahkan tak sedikit, ketika mereka lelah menjalani kehidupan, akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup. Na'udzubillah.

Islam Melindungi Generasi

Melihat kondisi hari ini, timbul tanda tanya besar, kenapa para generasi muda hari ini dijadikan santapan bahkan dirusak oleh musuh-musuh Islam? Ya, karena pemuda merupakan pemimpin masa depan dan calon ibu generasi yang dengan fitrahnya memiliki potensi mampu membawa perubahan ke arah yang lebih cerah. Tentu saja untuk mewujudkan generasi cemerlang dibutuhkan peranan dari keluarga, lingkungan, bahkan negara.

Tidak seperti hari, negara justru abai terhadap nasib generasi muda. Maka dari itu, perlu sebuah sistem yang sahih untuk menghentikan kejahatan dari sistem sekuler dan kapitalis ini. Sistem tersebut tidak lain berasal dari Sang Khaliq (Pencipta), yaitu Allah Swt. Sistem yang telah berhasil selama ribuan tahun lamanya mampu mencetak generasi berkualitas, cerdas, dan bermental tangguh. Seperti Muhammad Al-Fatih sang pembebas Konstatinopel, Shalahuddin al-Ayyubi penakluk Al-Quds, Imam Syaf'i seorang ulama dan imam besar yang sampai hari ini namanya tetap harum dan masih menjadi rujukan di tengah umat. 

Semua itu tidak akan bisa terwujud tanpa adanya campur tangan negara. Negara di dalam Islam akan menyelenggarakan sistem pendidikan yang tentunya berbasis akidah Islam. Tujuannya adalah untuk membentuk pemuda agar bersyahsiah Islam (berkepribadian Islam) pola pikir dan sikapnya hanya bersandar pada Islam semata. Bukan hanya itu, negara akan menyadarkan dan mengembalikan potensi pemuda bahwa mereka adalah agen perubahan. Pemuda diajarkan untuk memiliki keberanian dalam memperbaiki kondisi umat dengan menyampaikan yang makruf dan mencegah dari yang munkar.

Tentu saja di dalam sistem pergaulan Islam, negara akan melindungi dan menjaga generasi mudanya dari kerusakan akibat pergaulan bebas yang makin kebablasan. Negara akan menutup  rapat dari segala arah yang dapat menjerumuskan pada pergaulan bebas. Seperti adanya larangan berkhalwat (berdua-duanya tanpa disertai mahrom), ikhtilat(campur baur antara laki-laki dan wanita) dan juga larangan berpacaran. Insya Allah dengan begitu kaum muslim akan kembali menjadi umat terbaik. Sebagaimana firman  Allah Swt.:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..." (QS. Ali Imran: 110).

Dengan Islam, potensi pemuda akan kembali pada jalurnya, menjadi harapan di masa depan, dan sekaligus  sebagai solusi atas problematika umat yang ada. [Irw]

Posting Komentar

0 Komentar