Subscribe Us

POLA KELUARGA DALAM ISLAM

Oleh: Mulyaningsih
(Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga)

Vivisualiterasi.com- Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) akhir-akhir ini terus terjadi. Apalagi makin viral ketika yang menjadi korbannya adalah artis ibu kota. Rasanya KDRT sampai saat ini belum mampu diselesaikan sampai akarnya. Muncul dan kembali lagi tanpa menemui titik ujungnya. 

Sebagaimana fakta yang terjadi di wilayah Jawa Barat, Depok. KDRT dilakukan oleh suami yang dilakukan di pinggir jalan. Sontak saja kejadian tersebut menjadi viral. Suami korban telah melakukan pemukulan terhadap istrinya di pinggir Jalan Pangkalan Jati, Cinere. Pemukulan dilakukan berulang kali dan kejadian tersebut disaksikan oleh anak mereka yang masih balita serta ditonton oleh warga yang melewati jalan. (media beritasatu.com, 06/11/2022)

Melihat persoalan KDRT ini kita dapati bahwa menjadi salah satu masalah yang ada di masyarakat dan belum menemui titik terangnya. Pasalnya, dari dulu dampai sekarang tetap ada persoalan tersebut, entah menimpa pada masyarakat biasa, para pejabat, atau public figur negeri ini. Bak gunung es, yang tampak hanya sebgaain kecil namun jauh di dalam sana banyak sekali bongkahannya. Artinya, persoalan ini bisa jadi masih banyak yang belum terekspos oleh media massa. 

Fakta yang terjadi di atas menunjukkan pada kita bahwa hilangnya peran penjaga dan pelindung dari seorang pemimpin keluarga. Tak lain adalah hilangnya fungsi qowwamah pada suami. Qowwam adalah menjadi pembimbing dan penuntun bagi sang istri. Sebagaimana sebagai pembimbing maka berkewajiban untuk memberitahu segala sesuatu yang tidak diketahui oleh pasangannya dan mengarahkan pada jalan yang sesuai. Berikut juga memberitahukan jika aktivitas yang dilakukan salah atau kurang sesuai. Itu semua adalah fungsi dari suami kepada istrinya. Hal ini tentunya harus dilandasi dengan rasa saling percaya dan pola komunikasi yang baik. Karena ini berpengaruh terhadap segala sesuatu yang akan dilakukan bersama.

Dari sini dapat kita tarik pula bahwa visi dan misi ketika mau menikah juga sangat penting. Jika sudah sama visi dan misi dalam hal membentuk sebuah keluarga tentunya akan berjalan dengan baik dan sesuai yang diharapkan. Namun sebaliknya, jika tidak adanya kesamaan pada dua komponen tadi maka dapat dipastikan bagaimana keluarga yang akan terbentuk nanti.

Kembali kepada fungsi qowwam yang hilang tadi. Hal tersebut dapat terjadi kala sistem yang diterapkan tidak bersumber dari Sang Pencipta. Sebut saja kapitalisme sekuler yang ada saat ini begitu menekan kepada para suami. Semua distandarkan pada sisi materi dan manfaat yang dihasilkan. Berikut makna kebahagiaan pun akan bersandar pada kedua hal tadi. Bahagia jika banyak uang, punya tabungan dimana-mana, rumah besar, kendaraan banyak, dan yang lainnya. Dengan adanya hal ini maka menjadi beban tersendiri bagi para suami. Sementara saat ini, situasi ekonomi masih belum stabil dan banyak sekali PHK. Belum lagi para suami secara penuh menanggung seluruh biaya kehidupan anak dan istrinya. Mulai dari kebutuhan pokok, rumah, kendaraan, kesehatan, pendidikan, keamanan, dan yang lain. Ini menjadi tambahan beban yang wajib ditanggung para adam. 

Di sisi lain, sistem saat ini membawa manusia untuk mempunyai gaya hidup yang hedonis dan ‘glamor’. Semua bermuara pada satu, yaitu kapitalisme yang memuat asas materi semata. Kemudian pada sisi pendidikan, mereka berusaha keras untuk mendapatkan nilai yang bagus agar diterima sebagai pekerja di sebuah perusahaan atau industri. Entah bagaimana caranya, yang pasti nilai yang dihasilkan adalah nilai terbaik. Sekalipun dengan cara yang curang tak menjadi masalah. Itu yang terjadi saat ini, belum lagi pendidikan gagal mencetak kepribadian seseorang. Baik dan buruk sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, bukan berasal pada aturan hakiki. Sisi keimanan pun hanya sebatas pada pelaksanaan ibadah mahdhah saja.

Akan berbeda ketika Islam diterapkan dan menjadikan keimanan yang kokoh sebagai dasar atas segala sesuatunya. Termasuk bagaimana Islam membentuk calon suami agar mempunyai sikap yang mampu membimbing, mengayomi, melindungi, dan merangkul pada anak serta istrinya kelak. Lewat keimanan yang kokoh tadi, maka ia dengan sungguh-sungguh akan menjalankan amanah yang ada di pundaknya.

Termasuk pula ia akan merancang visi dan misi ketika ingin membangun sebuah keluarga. Secara rinci dan jelas ia akan menyampaikan kepada salon istrinya. Hal tersebut dilakukan agar kesamaan didapatkan serta pembentukan keluarga yang diinginkan dapat terwujud. Sebagaimana firman Allah Swt. surat An-Nisa ayat 34 "Lelaki (suami) itu pemimpin bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lelaki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (lelaki) telah memberikan nafkah daripada hartanya."

Dari firman Allah Swt. di atas, kita dapati bahwa lelaki menjadi pemimpin bagi perempuan. Hal tersebut karena Allah telah memberikan kelebihan kepada para Adam utuk memberikan nafkah kepada anak dan istrinya. Termasuk pula untuk melindungi, mengarahkan, mengajari, dan mengayomi.

Islam tidak membiarkan keimanan kokoh pada individu tanpa adanya dukungan Negara berikut control dari masyarakat. dua komponen ini begitu penting untuk membentuk sebuah lingkungan yang kondusif dan sesuai dengan Islam. Dengan adanya control masyarakat berarti amar makruf telah mampu dijalankan dengan baik. Begitu pula dengan peran negara yang dengan ketegasan serta tangannya mampu memberikan sanksi tegas kepada para pelanggar hukum syara'. Ditambah peran Negara yang memfasilitasi penuh pada ranah pendidikan, kesehatan, dan keamanan maka akan mengurangi beban yang dipikul oleh suami. Dengan tiga komponen yang saling sinergi tadi, maka insyaAllah persoalan KDRT akan dengan mudah diatasi. 

Dengan hadirnya negara dalam urusan ini akan membantu dan meringankan beban para suami. Selain itu, negara akan memberikan jalan keluar bagi yang kesulitan ekonomi. Dengan menciptakan lapangan pekerjaan atau memberikan bantuan baik berupa uang langsung ataupun alat untuk modal usaha. 

Alhasil, dengan berjalannya ketiga komponen tadi maka insyaAllah akan meringankan beban suami dalam memafkahi keluarganya. Dengan begitu keharmonisan dan kebahagiaan akan mudah terwujud dengan baik dan segera. Maka seluruh persoalan hidup yang ada, dengan mudah dapat diatasi. Termasuk pada masalah kekerasan dalam rumah tangga, in syaa Allah jika Islam diterapkan dengan sempurna dan menyeluruh dalam bingkai Daulah Islam akan dengan mudah diatasi sampai pada akarnya. Dengan Islam pula, maka akan terbentuk pola keluarga yang bahagia dunia akhirat. Kedua belak pihak, suami dan istri sudah mengetahui amanah masing-masing sehingga tinggal menjalankan dengan optimal. Sudah saatnya kita campakkan sistem kapitalisme dan menerapkan sistem Islam secara kafah. Wallahua'lam.[AR]

Posting Komentar

0 Komentar