Subscribe Us

HILANGNYA FUNGSI QAWWAMAH DI SISTEM KAPITALIS SEKULER

Oleh Ina Ariani
(Aktivis Muslimah Ideologis)

Vivisualiterasi.com- Kekerasan dalam rumah tangga makin menjamur dan tak jarang kekerasan berakhir pada kematian. Seakan-akan menjadi sesuatu yang biasa di sistem ini, sudah tak memiliki rasa malu, kemanusiaan, dan cinta kasih sayang terhadap makhluk-Nya. Na'udzubillah

Sungguh kasus KDRT ibarat fenomena gunung es. Banyak terjadi hal yang serupa, namun yang melapor hanya sedikit. Korban kekerasan tak hanya istri tetapi dari kalangan laki-laki. Namun yang lebih banyak pelakunya adalah dari kalangan laki-laki (ayah/suami).

Sekularisme kapitalisme telah menghilangkan fungsi qawwam pada laki-laki, maka sudah seharusnya kita menyadari bahwa kasus ini bukanlah masalah individual, tetapi masalah sistematis. Permasalahan sistematis membutuhkan solusi yang sistematis pula. Yaitu peran negara sebagai pemimpin umat untuk segala hal.

 Allah Swt. berfirman dalam surat An Nisa ayat 34.

"Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya".

Demikianlah Allah Sang Maha Pencipta, menetapkan laki-laki sebagai Qawwam (pelindung) bagi perempuan. Namun sayang, di era sekarang, banyak laki-laki telah kehilangan fitrahnya. Bukannya menjadi pelindung, tak jarang para suami justru menjadi orang yang menyakiti keluarga. Salah satu berita menyayat hati, adalah RN (31) tega menganiaya istrinya berinisial NI (31) dan membunuh anak perempuannya berinisial KPC (13) menggunakan parang. Aksi kejam dan biadab yang dilakukan suami kepada istri dan anaknya tersebut, terjadi di sebuah rumah di Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Jawa Barat. Mirisnya, si anak meninggal dalam keadaan memakai seragam sekolah SD. Kejadian tragis itu terjadi di pagi hari saat si anak hendak berangkat ke sekolah. (liputan6.com, 01/11/2022)

Di tempat lain kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kembali terjadi di Depok, Jawa Barat. Tanpa belas kasihan, seorang suami tega memukul sang istri berkali-kali. Ironisnya, penganiayaan tersebut dilakukan sang suami di pinggir jalan di Pangkalan Jati, Cinere disaksikan sang anak yang masih balita dan warga sekitar. (beritasatu.com, 06/11/2022 )

Fakta-fakta di atas hanyalah sekelumit cerita dari sekian banyak kasus penganiayaan keluarga oleh sosok ayah atau suami. Mulai dari kasus KDRT, pemerkosaan, bahkan pembunuhan ayah terhadap keluarganya setiap hari silih berganti tak ada habisnya. Inilah bukti bahwa hiruk pikuk dunia yang mengadopsi sistem kufur sekuler kapitalis telah menggerus kejantanan kaum lelaki. Menggambarkan dengan jelas betapa bobroknya moral bangsa ini dari hari ke hari. 

Laki-laki khususnya seorang ayah atau suami seharusnya menjadi panutan, pelindung, dan pengayom istri serta anak-anaknya. Suami atau ayah adalah seorang yang bisa dikatakan sebagai tempat sandaran bagi anggota keluarga lainnya. Namun, ayah atau laki-laki pada umumnya telah jauh dari fitrah yang sesungguhnya. Lelaki sering kali menjadi perusak dan penghancur hidup perempuan. 

Di sisi lain seiring globalisasi dan modernisasi, kesetaraan gender digaungkan di seluruh dunia. Hal tersebut menimbulkan anggapan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki tanggung jawab yang setara, termasuk dalam hal pekerjaan. Jadilah banyak laki-laki menjadi pengangguran karena berebut lapangan pekerjaan dengan perempuan. Tak jarang dalam sebuah keluarga si ayah tidak bekerja tapi ibulah yang bekerja. Ayah malah menjadi pengurus rumah tangga yang hanya berdiam di rumah. Jika demikian, maka sang ayah pun otomatis akan kehilangan harga diri dan martabatnya sebagai kepala keluarga. Alhasil, cerita kepahlawanan seorang ayah sudah jarang dijumpai. Ayah seringkali tidak menjalankan perannya, justru menjadi teror bagi keluarganya. Semua ini akibat kehidupan sekuler yang telah lama diterapkan. Setiap orang hanya bertindak sesuai dengan hawa nafsunya. Nilai-nilai agama telah jauh ditinggalkan. Padahal, manusia tidak bisa bertindak sesuka hati melampaui norma agama, sebab akan menimbulkan kekacauan.

Islam, sebenarnya tidak bertentangan dengan ide kesetaraan gender. Islam memandang bahwa laki-laki dan perempuan memiliki fitrah masing-masing sehingga memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang berbeda. Maka Islam jauh lebih sempurna daripada paham kesetaraan gender. 

Coba kita pikirkan, fisik perempuan dan laki-laki jelas berbeda sejak lahir. Tidak ada yang bisa memungkiri bahwa laki-laki memiliki otot yang lebih kuat. Maka pastilah laki-laki lebih pantas bekerja mencari nafkah. Terlebih pada pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar, kuli bangunan misalnya. Apabila kita berpatokan pada kesetaraan gender, apakah pantas atau apakah sanggup perempuan melakukan pekerjaan berat seperti itu? Tentu tidak. Ini hanyalah salah satu contoh. Islam telah memuliakan, baik laki-laki maupun perempuan dengan syariat yang lengkap.

Pada surat An Nisa ayat 34 di atas, disebutkan bahwa laki-laki adalah "Qawwam".  Al-Maraghi menjelaskan makna “qawwam” di sini adalah keutamaan laki-laki dari pada perempuan. Keutamaan tersebut terbagi menjadi tiga. Pertama, “fitrawiyun” yang menunjukkan kepada kekuatan laki-laki dan kesempurnaan bentuk yang diikuti dengan kemampuan akal dalam berpikir laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan. Sehingga, laki-laki dapat berpikir dengan lebih sehat, tenang, dan tajam dalam menyelesaikan masalah. 

Keutamaan kedua bagi laki-laki adalah “kasabiyyun” yang berarti kemampuan laki-laki dalam bekerja. Oleh karena itu, laki-laki (suami) memiliki beban untuk memberi nafkah terhadap istri dan berfungsi sebagai kepala keluarga. Sebagaimana yang diungkapkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud dengan “ar-rijalu qawwamuna ‘ala an-nisa” adalah laki-laki itu pemimpin kaum perempuan dalam artian sebagai kepala, hakim, dan pendidik bagi perempuan. 

Keutamaan ketiga adalah kenabian yang dikhususkan kepada laki-laki. Disebabkan oleh kelebihan laki-laki dari perempuan. Begitu pula kepala negara, kehakiman, dan lain-lain. Agar segala urusan umat manusia menjadi lebih sempurna. Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang mengangkat wanita sebagai pemimpin dalam urusan mereka.” (HR Bukhari)

Demikianlah begitu pentingnya kedudukan laki-laki bagi peradaban umat manusia. Namun mereka hanya akan mampu menjalani fitrahnya dengan sempurna apabila telah ditegakkan aturan Islam secara sempurna. Sebab sistem Islam menjaga dan memelihara segala urusan umat agar sesuai dengan aturan Allah. 

Sistem sekuler yang berlaku sekarang tidak akan mampu mewujudkan peran laki-laki sebagaimana mestinya. Ketika telah tercabut fitrah Qawwam pada diri laki-laki, kehancuran manusia tinggal menunggu waktu. Maka jalan paling logis yang bisa kita tempuh adalah berupaya menegakkan sistem Islam secara total dan menyeluruh di atas muka bumi ini. Wallahu'alam bishshawab. [Ng]

Posting Komentar

0 Komentar