Subscribe Us

ERA DIGITAL: PEMUDA MUSLIM WAJIB IKUT BERPERANG



Oleh: Annisa Sukma Dwi Fitria
(Aktivis Dakwah) 

Vivisualiterasi.com- Kesatuan dan persatuan adalah bibit terciptanya perdamaian dalam sebuah negara. Dengan itu, seluruh warga negara senantiasa mengupayakan agar terwujudnya dua hal tersebut. Sebagaimana Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Saadi memaparkan pentingnya peran pemuda dalam era digital untuk memerangi paham radikal yang dapat mengancam kesatuan dan persatuan NKRI saat ini. Karena banyak anak muda yang reaktif terhadap konten narasi radikal dalam dunia digital, Wamenag berpendapat alangkah baiknya jika tindakan tersebut dialihkan dengan menyebarkan nilai-nilai moderasi agama dalam bentuk konten kreatif sebagai lawan. (Kemenag.go.id, 10/11/2022)

Ditambah dengan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang mengatakan bahwa remaja Indonesia menjadi kelompok usia yang paling banyak menggunakan internet dibanding dengan kelompok usia yang lain. Dibuktikan oleh data tingkat penetrasi internet di kelompok usia 13-18 tahun mencapai 99,16% pada 2021-2022 dan posisi kedua diduduki oleh kelompok usia 19-34 tahun dengan tingkat penetrasi internet sebesar 98,64% (Dataindonesia.id, 13/6/2022). 

Data di atas yang mendorong keputusan Wamenag Indonesia beberapa hari lalu. Beliau membenarkan bahwa penjelajah terbanyak dari media sosial adalah pemuda atau remaja. Oleh karena itu, beliau sangat menyarankan para pemuda untuk berkreasi sekreatif mungkin lewat jejaring digital guna menyuarakan moderasi agama. 

Big Project Of Capitalism

Secara etimologis, radikal berasal dari bahasa latin yakni ‘Radix’. Menurut The Concise Oxford Dictionary (1987), Radix berarti ‘akar’, ‘sumber’, atau ‘asal-mula’. Jika disimpulkan radix dipahami sebagai hal yang mengacu pada hal-hal mendasar, pokok, dan esensial. Jika dilihat dari artinya, kata radikal sama sekali tidak mengarah pada kejahatan atau kekejaman seperti pada pemikiran umat sekarang, maka sebenarnya baik atau buruknya makna kata radikal itu tergantung zaman dan suasana politik yang melingkupinya. 

Hingga kini, kapitalisme berasas pemisahan agama dari kehidupan tak menyerah untuk mempertahankan eksistensinya di hadapan manusia. Kesadarannya tentang Islam yang kian menunjukkan cahayanya di ujung cakrawala makin membuat mereka kebakaran jenggot. Mereka menjatuhkan dan menjadikan Islam sebagai pihak tertuduh atas kesalahpahaman masyarakat dalam mengartikan makna kata radikal. Menurut mereka, segala bentuk kejahatan adalah ulah seorang muslim, teriak teroris radikalis kepada yang menyerukan kebenaran. Namun diam seribu bahasa kepada KKB yang membunuh puluhan orang di Papua. Terus menggembar-gemborkan bahwa hanya pemahaman buruk merekalah yang membawa kedamaian, padahal sejatinya tidak. Kalian tertipu, kita semua tertipu oleh cara licik kapitalis dalam permainan ideologinya.
Dimanfaatkannya kemajuan IPTEK untuk berperang melawan muslim. Para pemuda ditarik semua perhatiannya menuju fananya dunia digital, sehingga media menjadi ladang penyebaran moderasi beragama yang dominasi oleh kaum muda. Mereka senantiasa termakan oleh pemikiran kapitalisme yang terus menyebarluaskan pengaruhnya kepada para pemuda muslim agar tetap jauh dari pemahaman Islam mendasar. Tak putus-putusnya mereka bergerak cepat dalam dunia digital untuk memberi makan konten negatif yang merusak pemikiran umat. Deradikalisasi hasil proyek Barat adalah usaha yang mereka gencarkan saat ini dengan memanfaatkan pemikiran serta tenaga para pemuda. Karena pemuda identik dengan adaptif, energik, inovatif, kreatif, kritis, dan ideologis untuk ikut berperang dalam dunia digital. Mereka dituntut menghasilkan ujaran kebencian berkedok karya kreatif ala pemikiran Barat dan didorong untuk menyebarkan nilai-nilai moderasi agama dalam setiap konten mereka. Alhasil, terlahirlah influencer atau buzzer kapitalis yang didominasi oleh para pemuda. Mereka yang berpeluang untuk menjadi hero generasi masa depan, ternyata harus berakhir menjadi jalan bagi para kapitalis sekular untuk menabur benih-benih pemahaman rusak tersebut. Maka sebenarnya, narasi Islam yang biasa-biasa saja adalah cara keji antek-antek kapitalisme untuk memundurkan pemikiran umat. Padahal sejatinya, mana ada Islam yang biasa-biasa aja? 

Fight for Islam kafah, Islam adalah agama yang menyeluruh. Di dalamnya terdapat sebuah aturan bersifat universal, yakni mengatur seluruh aspek kehidupan manusia yang tak akan berubah meskipun zaman telah berubah seribu kali. 

Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah: 208). 

Wajib bagi kita untuk mengambil Islam secara keseluruhan, segala apapun yang terjadi saat ini bahkan telah tertulis pada kitab suci Al Qur’anul Kariim dan hadis sahih Rasulullah saw. Maka dari itu, berpikir radikal untuk memahami Islam dan senantiasa ikut berperang pemikiran untuk memecah problematika umat saat ini adalah sebuah kewajiban seorang muslim. Sampai tiba masa tercerdaskan umat dengan solusi Islam yang komprehensif. Mungkin kita ragu, takut, dan malu untuk ber-Islam kaffah namun Allah Subhanahu Wata’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7). 

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah ada dipihak kaum muslimin yang bertakwa kepada-Nya, yaitu manusia yang senantiasa mengerjakan perintah dan menjauhi segala larangan Allah. Maka, tak perlu lagi kita ragu akan kebenarannya dan jangan lagi kita malu untuk menyampaikan keindahannya serta jauhilah rasa takut untuk beramar ma’ruf nahi mungkar (menyeru pada kebaikan, mencegah pada kemungkaran) ke tengah umat saat ini. Meskipun kita tengah berperang melawan sistem kapitalis sekularisme, tetapi seharusnya itulah yang dijadikan dorongan untuk semangat menyuarakan Islam kepada umat. Justru karena lawan kita itu bukan sembarang lawan maka kita harus bergerak lebih cepat daripada mereka dengan senantiasa menambah keimanan, ketakwaan, dan wawasan Islam dalam diri kita. It’s time to rise for Islam, be brave muslim to fight for Islam. [Nng]


Posting Komentar

0 Komentar