Subscribe Us

UNRWA MENGATASI MASALAH PENGUNGSI PALESTINA: BENARKAH SOLUSI ATAU HANYA ILUSI?




Oleh: Larasati Putri Nasir 
(Aktivis Dakwah)


Vivisualiterasi.com-Sejak 2022, sudah berapa jumlah korban yang jatuh akibat konflik yang Israel adalah pemeran utamanya. Tercatat 97 orang rakyat Palestina tertembak, itu belum dijumlah korban luka-luka, korban finansial, dan kerusakan aset pribadi dan fasilitas publik masyarakat seperti fasilitas Kesehatan, dll. Berdasarkan data itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres merasa prihatin. Ia mengaku kaget dengan kezaliman negara zionis itu. Ia menyoroti kebiadaban Israel dan akan memberinya sanksi jika tahun ini tidak menunjukkan perbaikan. Ia pun memberi solusi bahwa konflik Israel dan Palestina bisa terselesaikan dengan solusi dua negara. (Republika, 29/0
9/2022)
 
Karena konflik yang tak berkesudahan maka jumlah korban dan pengungsi pun bertambah, mengingat dampak yang luar biasa terhadap rakyat Palestina. Kini 6 juta pengungsi Palestina namun dunia hari ini masih acuh dan tidak begitu merasa bahwa masalah pengungsi Palestina sebagai masalah berat. Maka ada badan khusus yang mengurus pengungsi Palestina yaitu UNRWA (The United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) dari PBB ikut andil membantu, namun sayangnya kini mengalami kekurangan dana.

Oleh karenanya, Indonesia mengajak komunitas internasional untuk tidak mengabaikan Palestina dan bekerja sama membantu para pengungsi di sana. “Para pengungsi Palestina berhak menikmati hidup layaknya kehidupan yang kita jalani,” ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pertemuan Tingkat PBB di New York. (Kompas, 24/9/2022)

Indonesia pun mendukung penuh aktivitas UNRWA dengan menyatakan dua sikap. Pertama, Indonesia berkomitmen untuk terlibat dalam mengatasi masalah keuangan yang sedang membelit Palestina. Kedua, Indonesia akan memastikan UNRWA melakukan tugasnya dengan baik.

Benarkah UNRWA adalah solusi dari penderitaan panjang dan tak berkesudahan rakyat Palestina? 

UNRWA (The United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) adalah badan khusus yang menangani pengungsi Palestina yang merupakan badan yang berada di bawah PBB. Berdiri sejak 1950 dan hingga tahun 2022, UNRWA mengurus pengungsi Palestina sebanyak 6 juta pengungsi.

Jika kita memperhatikan asal UNRWA ini yang merupakan badan di bawah PBB, maka kita bisa melihat sejarah bahwa PBB merupakan organisasi internasional yang didirikan pada 24 Oktober 1945. Lembaga perdamaian dunia ini terwujud setelah Perang Dunia II. Negara yang tergabung dalam Liga Bangsa-Bangsa (LBB) kala itu yang membentuk PBB adalah AS, India, Inggris, Prancis, Uni Soviet,dll.

Maka kita paham bahwa PBB adalah Lembaga yang dibentuk oleh AS, dan sudah menjadi rahasia umum bahwa bagaimana keberpihakan AS terhadap Israel sebagai Golden Boy yang mereka lindungi. Sumber dana UNRWA yang berada di bawah naungan PBB ini yang memiliki donatur terbesar adalah AS meski ada beberapa negara lainnya termasuk negeri Muslim yang menjadi donatur UNRWA. Dari misi besar UNRWA dalam membantu pengungsi Palestina yang donator terbesarnya adalah AS dan saat yang sama AS menjadi negara penyuplai support terbesar bagi Israel. Negara yang memerangi rakyat Palestina dari tanah mereka sendiri yang menjadikan mereka pengungsi. Yang secara langsung memastikan jumlah pengungsi yang bisa bertambah dengan skala yang besar.

Hal tersebut juga akan berdampak pada UNRWA sendiri yang kewalahan menangani pengungsi Palestina yang akan terus bertambah dan seiringan dengan kebutuhan pengungsi yang juga akan bertambah. Jika hari ini PBB mengaku kaget atas apa yang Israel lakukan hingga berdampak banyaknya kerugian dan korban rakyat Palestina maka layak dipertanyakan bagaimana UNRWA dalam hal ini juga bagian dari PBB menanganni dan mengurusi pengungsi Palestina.

Palestina Tak Butuh UNRWA 

Sejak awal UNRWA hanya dibentuk atas dasar kepentingan AS mengukuhkan kepentingannya diatas kaum muslimin dan sebagai formalitas keberpihakan dunia dalam hal ini PBB sebagai Lembaga Internasional yang memiliki misi perdamaian. 

Masalah penderitaan, pembantaian dan pembunuhan hingga pengungsi rakyat Palestina adalah sebab pendudukan Israel atas tanah Palestina yang melakukan kejahatan dan pelanggaran HAM berat namun seakan terlegitimasi dan tidak mendapati sanksi apapun dari dunia. Yang tak lebih mendapati kecaman dan kutukan dari dunia termasuk pemimpin negeri muslim.

Dimulai dari perjanjian Sykes-Picot di tahun 1916 yang menjadi dasar penderitaan pasti hingga kini rakyat Palestina yang di sepakati dunia membagi wilayah dan menjadikan wilayah Palestina menjadi wilayah Internasional. Dan di perkuat lagi dengan perjanjian Balfour diperkuat oleh Inggris pada 24 Juli 1922 mengeluarkan Mandate of Palestine yang menjadi legitimasi pembagian wilayah tanah Palestina dan federasi yahudi untuk bisa bermukim di atas tanah Palestina.

Dari sini konflik antara Israel dan rakyat Palestina dimulai, hingga tahun 1947 setelah Perang Dunia II dan pemimpin dunia berubah menjadi AS. Maka AS merubah LBB menjadi PBB yang hadir bak pahlawan yang berasumsi sebagai penengah atas konflik Israel dan Palestina dengan membagi dua wilayah Palestina dengan Israel dan berakhir berdirilah negara Israel atas tanah Palestina yang diakui dunia dan menjadikan rakyat Palestina pada posisi loss of nation. Ini semua terjadi sebab karena PBB di bawah pemerintahan AS. Maka layakkah menganggap UNRWA sebagai solusi yang menangani pengungsi Palestina?

Freedom of Palestine

UNRWA hanya tawaran solusi ilusi yang hadir sebagai angin segar terhadap penanganan pengungsi Palestina. Yang padahal tak mengurangi bebannya kecuali sedikit dari derita pengungsi.

Adanya pengungsi Palestina yang terus bertambah jumlahnya dan banyak hal lainnya itu disebabkan pendudukan dan penjajahan Israel atas tanah Palestina. Yang dunia hanya hadir untuk memberikan simpatisme pada rakyat Palestina sambil mengutuki, mengkritisi, dan mengeluarkan petisi menolak tindakan biadab tersebut. Yang kemudian mengirimkan bantuan dalam bentuk donasi, mengirimkan logistik, dll.

Untuk di kondisi hari ini, hal tersebut memang membutuhkan hal tersebut namun tak menyelesaikan masalah ini. Yang Palestina butuhkan bukan sekedar uluran tangan melalui dana bantuan dan donasi, tapi mobilisasi kekuatan militer. Dan itu hanya dapat dilakukan dalam sistem Islam dalam pimpinan komando seorang Khalifah. 

Berdasarkan hadits Rasulullah, “Sesungguhnya seorang imam (kepala negara) laksana perisai, rakyat di belakangnya dan ia menjadi pelindung bagi rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka Khalifah sebagai Al-Imam dan Perisai melindungi setiap jengkal darah dan nyawa kaum Muslimin sebab Allah berfirman soal harga darah Allah Taala juga berfirman dalam QS. An-Nisa’ : 93

وَمَنْ يَّقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَاۤؤُهٗ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيْهَا وَغَضِبَ اللّٰهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهٗ وَاَعَدَّ لَهٗ عَذَابًا عَظِيْمًا

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab besar baginya.

Maka dari sinilah Khalifah sebagai Imam dan Perisai bersama kaum muslimin memberikan perlindungan terhadap rakyat berupa perlindungan dan pembebasan atas penjajahan dengan mobilisasi kekuatan militer sebagai tandingan kekuatan Israel. Sehingga nasib pengungsi Palestina ada di tangan kaum muslimin sepenuhnya dan hanya mampu terwujud dengan kesadaran persatuan Ummat dengan mengambil petunjuk sesuai metode kenabian dan menyadari bahwa masalah pengungsi Palestina ini bukan masalah atas batas sekat nasionalisme Palestina saja namun masalah Kaum muslimin sepenuhnya. Dan masalah ini hanya mampu usia jika menjadikan Islam sebagai Mabda yang mengatur kehidupan manusia tentu tidak dengan lainnya, sebab dengan itulah kepastian nasib pengungsi Palestina mampu tersudahi. Wallahua'lam bish-shawab.(DFT)

Posting Komentar

0 Komentar