Subscribe Us

TAHUN BARU HIJRIYAH, MOMEN PERSATUAN SELAMATKAN PALESTINA

Oleh Farid Al Khawaridzmi
(Kontributor Vivisualiterasi Media)


Vivisualiterasi.com- Baru kemarin kita bergembira atas tahun baru Islam. Meramaikan dengan kajian, bahkan tak sedikit dengan pawai sebagai tanda kesyukuran kita telah memasuki bulan Muharram. 

Bulan Muharram merupakan bulan yang dimuliakan melalui sabda nabi shalallahu alaihi wasallam,

"Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan, di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati, tiga bulan berturut-turut: Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram, serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat di antara bulan Jumada Akhirah dan Sya'ban," (HR. Bukhari dan Muslim)

Muharram identik dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw dari Mekkah ke Madinah. Disamping karena penentangan yang semakin keras dari kaum Quraisy, juga karena Madinah yang telah disiapkan menjadi mercusuar peradaban baru dengan diutusnya Sahabat mulia, Mush'ab bin Umair ra.

Peradaban agung pun tumbuh di Madinah, seluruh penduduknya hanya membicarakan Islam dan Rasulullah. Sejak saat itu kaum muslimin mempunyai kuasa dan wilayah yang tak bisa dihalau oleh orang-orang Quraisy.

Betapa peradaban agung itu semakin luas hingga puncaknya mampu menguasai 2/3 dunia dengan luas wilayah yang melebihi kekuasaan dari Persia maupun Romawi. Kaum muslimin hidup tenang damai berdampingan dengan agama lain. Memberikan hak dan perlindungan kepada mereka sebagai warga negara yang hidup dalam negara Islam.

Pada saat itu, setiap nyawa kaum muslimin begitu berharga, harga diri kaum muslimin begitu tinggi, harta kaum muslimin begitu banyak. Namun, nampaknya sangat jauh berbeda dengan saat ini. Kaum muslimin teraniaya, pikiran mereka dirusak, harga diri mereka direndahkan, nyawa kaum muslimin begitu murah. Serta penguasa-penguasa kaum muslim begitu hina melindungi kuasanya.

Tahun 1948 Israel mencaplok wilayah Palestina. Sejak saat itu pula-lah kaum muslimin mulai terbiasa dengan suara mesiu yang meledak, suara langkah tentara yang begitu beringas, hingga suara roket bak hujan yang menggenangi darah. Kaum muslimin begitu hina, tempat kiblat pertama kaum muslimin direndahkan serta persatuan kaum muslimin hanya sayup-sayup terdengar.

Setidaknya 24 orang, termasuk 6 anak-anak, tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza, Palestina, dalam dua hari hingga Sabtu (6/8). Kementerian Kesehatan Jalur Gaza mengonfirmasi laporan ini. Mereka juga mencatat 203 orang terluka akibat gempuran Israel. (cnnindonesia.com)

Dengan mata telanjang, seluruh kaum muslimin melihat saudaranya terbantai, dengan telinga terbuka kita mendengar teriakan mereka. Namun, kemanakah kita sebagai saudaranya? Apa andil kita membantu mereka? Sekadar opini tangan kita terasa malas, suara kita hanya lantang pada momentum diskursus yang melenakan waktu kita dan mengeraskan hati kita sesama kaum muslimin.

Yaa Rabb, semoga persatuan kaum muslimin dalam naungan syariat Islam bisa segera tegak, sehingga hilanglah segala penderitaan kaum muslimin di seluruh dunia.[AR]

Posting Komentar

0 Komentar