Subscribe Us

RENUNGAN IBADAH HAJI

Oleh Al Azizy Revolusi
(Editor dan Kontributor Media)


Vivisualiterasi.com- Berbicara tentang ibadah haji, ada pertanyaan penting yang seharusnya senantiasa mengusik pikiran kaum muslim, yaitu mengapa taqarrub kepada Allah yang biasa dilakukan pada saat ibadah haji tidak dipraktikkan juga di luar ibadah haji? Mengapa kita tidak ber-taqarrub juga kepada Allah pada saat berbisnis, bekerja, menjadi wakil rakyat, atau menjadi penguasa? Mengapa pada saat-saat seperti itu kita sering malah menjauhkan diri dari Allah dengan cara mengabaikan—bahkan mencampakkan—aturan-aturan-Nya?

Di samping itu, mengapa nilai-nilai penting dari ibadah haji tidak diwujudkan juga di luar ibadah haji? Pertama, berkaitan dengan pengorbanan. Mengapa kita rela berkorban apa saja untuk menunaikan ibadah haji (yang mungkin manfaatnya hanya bisa dirasakan oleh diri sendiri), sementara kita enggan berkorban untuk saudara-saudara kita yang muslim? Mengapa kita tetap membiarkan orang-orang miskin kelaparan dan tetap bodoh karena tidak pernah mengecap pendidikan? 

Kedua, berkaitan dengan ketaatan dan ketundukan. Mengapa kita tunduk dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya saat menunaikan ibadah haji, tetapi kita enggan tunduk dan taat kepada-Nya di luar itu? Apakah Allah hanya layak ditaati hanya dalam ibadah haji? Mengapa kita tidak menaati-Nya di luar itu? Mengapa para penguasa yang sudah bertitel haji masih memakan riba, melakukan korupsi, menipu rakyat, dan membiarkan berbagai kemaksiatan merrajalela di mana-mana? Mengapa mereka tidak berupaya untuk tunduk kepada Allah dengan cara memberlakukan syariat-Nya dalam seluruh aspek kehidupan? Mengapa mereka malah lebih memilih membuat aturan sendiri daripada tunduk dan patuh pada aturan yang telah disediakan oleh Allah? 

Ketiga, berkaitan dengan persamaan dan persaudaraan. Mengapa kita merasa sama dan bersaudara dengan sesama muslim dari berbagai penjuru dunia hanya pada saat ibadah haji, tetapi kita tidak merasakan hal yang sama di luar itu? Mengapa kita tetap membiarkan saudara-saudara kita dizalimi, baik oleh penguasa mereka maupun oleh musuh-musuh mereka; sebagaimana yang terjadi di Irak, Afghanistan, Palestina, Uzbekistan, India, Filipina, dan di berbagai belahan dunia lain? Mengapa kita diam dan cuek menyaksikan penderitaan mereka? Mengapa kita dapat menangis ketika berdoa di Baitullah, tetapi kita tidak tersentuh sedikit pun ketika menyaksikan berbagai kezaliman yang menimpa saudara-saudara kita?

Keempat, berkaitan dengan persatuan kaum muslim. Mengapa kita mampu bersatu serta beramal bersama-sama dan pada saat yang sama ketika menunaikan ibadah haji, tetapi kita bercerai-berai dan bahkan saling bertikai di luar itu? Mengapa kita masih mau dipisahkan oleh faktor nasionalisme dan batas negara, yang notabene buatan manusia, ketimbang dipersatukan dalam satu akidah dan satu wadah negara, sebagaimana selama berabad-abad kaum muslim pendahulu kita berada dalam satu naungan Kekhilafahan Islam?
 
Pertanyaan-pertanyaan itulah, antara lain, yang seharusnya menjadi bahan renungan kaum muslim saat ini, khususnya ketika tibanya musim haji. Wallahu a'lam bish-shawab.[AR]

Posting Komentar

0 Komentar