Subscribe Us

GAGALNYA PENDIDIKAN DENGAN SISTEM SEKULER

Oleh Shiva Alami Nura’ini
(Komunitas Muslimah Rindu Surga)


Vivisualiterasi.com- Ditemukan tewas gantung diri, mahasiswa berinisial BH sempat berkeluh kesah soal kuliahnya selama 7 tahun yang tak kunjung selesai. Keterangan itu didapat setelah polisi mendalami keterangan dari kakak angkat korban, RD.

"Dia diajak ngomong baru nyambung. Katanya kuliah 7 tahun enggak lulus-lulus. Ngajukan skripsi ditolak terus sama dosennya. Sehingga dia diduga stres akhirnya bunuh diri,” tutur Kanit Reskrim Polsek Sungai Pinang, Iptu Fahrudi. Beliau menambahkan, berdasar keterangan RD, sejak itu BH tampak lebih sering murung dan menyendiri. 

Terkait kasus tersebut, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda, Kalimantan Timur, Muhammad Noor mengatakan, BH merupakan mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Hubungan Internasional. Menurut Noor, masa kuliah BH semestinya sudah berakhir 31 Juni 2020. (tribunnews.com, 14/07/2020)

Kejadian serupa juga terjadi pada seorang pelajar SMA yang sedang menunggu pengumuman kelulusan masuk perguruan tinggi. Dikutip dari akun Twitter @utbkfess, ia bernazar jika diterima di PTN impiannya maka akan memberikan santunan untuk anak yatim. Namun impian itu belum terwujud, ia sempat menghilang dan membuat gempar jagad twitter setelah kakaknya meminta bantuan netizen untuk mencari keberadaan sang adik. Selang beberapa jam, seseorang mengirimkan tweet menyampaikan bahwa adik tersebut sudah mengakhiri hidupnya. Dikabarkan adik yang bernama Dena telah meninggal akibat over dosis alkohol dan beberapa obat yang diberikan psikiater.

Dari fakta di atas, bunuh diri merupakan kasus yang lumayan banyak terjadi di dunia pendidikan. Menurut WHO dalam global burden of disease 2004, bunuh diri termasuk dalam 20 penyebab utama kematian untuk semua usia. Penyakit mental terutama depresi, pelecehan, kekerasan, latar belakang sosial, dan budaya merupakan faktor risiko utama. Perilaku bunuh diri dapat dijadikan salah satu pendekatan untuk prevalensi gangguan kesehatan mental suatu negara. Ini menjadi bukti nyata bahwa sistem kapitalisme yang diterapkan di dunia saat ini sangat tidak manusiawi. Manusia dibiarkan bebas untuk melakukan apa saja selama hidup di dunia. Termasuk pada tata aturan bersumber pada buah pikiran dari manusia. 

Bagaimana tidak, dalam sistem kapitasime setiap individu dibiarkan mencari sendiri cara bertahan hidup. Pada sistem ini berlaku hukum rimba.suapa yang kuat dan mampu bertahan, maka ia akan terus hidup dan eksis. Pada dasarnya, kapitalisme menghamba pada harta dan materi. Sehingga capaian yang paling tinggi adalah bagaimana caranya mengumpulkan materi yang banyak serta dalam jangka waktu yang singkat. Hasilnya adalah pihak-pihak yang tak mampu meraih materi akan berdampak pada diri mereka sendiri. Depresi dan putus harapan tentunya akan sangat tampak jelas. Dan ujung-ujungnya memicu diri untuk melakukan aktivitas mengakhiri kehidupan di dunia ini alias bunuh diri. 

Kasus bunuh diri ternyata menyelimuti dunia pendidikan juga. Terbukti dengan fakta yang ada di atas. Inilah fakta dunia pendidikan sekuler kapitalis yang telah gagal membangun kepribadian kuat pada pelajar. Pasalnya, pendidikan pada sistem ini menjauhkan peran agama dari kehidupan. Sistem ini justru membentuk generasi berkarakter materialistik dan liberalis. Serta standar kehidupan mereka berputar pada harta dan materi. Oleh karena itu, mental mereka pun mudah rapuh hanya karena kekurangan materi. 

Kasus yang terjadi pada remaja tersebut merupakan fenomena gunung es. Miris tentunya! Itu semua menunjukkan gagalnya sistem pendidikan sekuler wujudkan generasi bersyaksiyah atau berkepribadian Islam. Yaitu pola pikir dan sikapnya sesuai dengan Islam. Padahal, katanya pemerintah telah menjalankan pendidikan karakter agar peserta didik mempunyai akhlak mulia, tapi nyatanya malah menghasilkan generasi rusak yang jauh dari ajaran Islam. 

Sekularisasi pendidikan akan menggerus dan menghancurkan masa depan generasi muslim agar jauh dari kata taat syariat. Inilah tantangan bagi kita (keluarga muslim) bagaimana bisa membentuk syaksiyah Islam pada buah hatinya di tengah sistem sekuler yang rusak dan merusak ini.

Dalam Islam, pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa melihat status mereka. Dan harus dipastikan juga pendidikan di keluarga, di lingkungan, maupun di sekolah berjalan dengan baik. Semua itu harus dipenuhi dan dipastikan dengan baik oleh negara. Karena negara mempunyai peran penting untuk mewujudkan generasi yang baik, berkualitas, dan bertakwa. Ditambah dengan manusia akan mendapatkan ilmu sebagai bekal di kehidupan dunia. Maka negara harus memastikan sistem pendidikan Islam ini berjalan dan terlaksana dengan sebaik-baiknya.

Terlaksananya sistem pendidikan Islam dengan baik tentu saja dapat membentuk generasi beriman, bertakwa, serta senantiasa berakhlak mulia. Tak luput karena pendidikan dalam keluarga, lingkungan, dan sekolah dapat dipastikan berjalan dengan baik. Negara pun harus memastikan ketiganya berjalan sesuai dengan hukum-hukum Islam itu sendiri, seperti: 

Pertama, negara memastikan tiap-tiap keluarga muslim mempunyai ilmu agama dan memahami betul ajaran Islam agar mereka bisa mengajarkan, mendidik, dan memahamkan kembali kepada anak-anaknya kelak. Berbekal pemahaman ajaran Islam agar bisa menguatkan akidah sang anak. Ketika akidah Islamnya kuat, insyaAllah setiap aktivitas yang dilakukannya akan selalu menghadirkan Allah Swt. dalam setiap keadaan. Karena standar dalam hidupnya adalah halal dan haram. Artinya, setiap yang diperintahkan Allah akan dilaksanakan dan setiap yang dilarang-Nya akan ditinggalkan. Sehingga sang anak bisa membentengi dirinya ketika ada sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Kedua, negara memastikan pendidikan di lingkungan masyarakat. Seperti media massa dan kehidupan bertetangga berjalan sesuai dengan ajaran Islam. Negara akan memastikan media massa tidak menampilkan konten-konten berbau porno dan hal-hal yang mengajarkan bermaksiat kepada Allah Swt. Jika ketahuan ada media yang seperti itu, negara bisa memberikan sanksi yang tegas agar tayangan tersebut tidak tersebar luas.

Begitu juga negara harus memastikan kehidupan bertetangga pun jauh dari perbuatan maksiat kepada Allah. Bisa tercermin ada hubungan yang harmonis antar tetangga karena senantiasa beramar makruf nahi munkar dan saling nasihat menasihati. Yang pasti, sesama tetangga saling menjaga serta menghargai hak dan kewajiban dalam bertetangga.

Ketiga, negara memastikan pendidikan di sekolah membekali siswanya dengan ilmu yang membentuk syakhshiyah atau kepribadian Islam baik 'aqliyah' (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap). Hal tersebut akan membentuk manusia yang berakhlak mulia dan berilmu pengetahuan yang tinggi serta menyadari manusia akan kembali kepada Allah dan semua yang dilakukan selama hidup di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Begitu juga negara memastikan kurikulum pendidikan dalam setiap jenjang TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi melaksanakan kurikulum pendidikan Islam, yakni antara materi umum dengan tsaqafah Islam seimbang, sehingga menghasilkan siswa yang cakap dalam ilmu-ilmu umum pun agamanya.

Oleh karena itu, dari sistem pendidikan Islam yang diterapkan oleh khilafah Islam memastikan pendidikan di keluarga, lingkungan, dan sekolah akan lahir generasi hebat, beriman, bertakwa, dan senantiasa berpikir cemerlang. Sehingga keluarga muslim sebagai komponen terkecil dari sebuah masyarakat tak akan berat membentuk buah hatinya agar berkepribadian Islam. Hal ini karena ada sinergi baik pendidikan di rumah, di lingkungan sekitar serta di sekolah, seperti yang kita semua inginkan. [Ng]

Posting Komentar

0 Komentar