Subscribe Us

EFEK CITAYAM MENULAR KE DAERAH, PARAH!

Oleh Mimi Muthmainnah
(Pegiat Literasi)


Vivisualiterasi.com- Dalam hadis riwayat Al-Hakim, Rasulullah saw. telah berpesan kepada wanita yang maknanya agar menanamkan rasa malu dan iman pada dirinya, baik dalam segala kondisi dan situasi apapun. Bila rasa malu telah sirna, maka iman pun akan hilang. Sayangnya nasihat keramat Rasulullah saw. ini tak berpengaruh pada sebagian orang termasuk wanita.

Sebagaimana diberitakan media online baru-baru ini, viral sekelompok wanita berlenggak-lenggok di zebra cross persimpangan Balikpapan Baru. 
Para wanita itu mengenakan pakaian putih, celana jin, dan sepatu putih. Aksi mereka tentu saja mengundang perhatian para pengguna jalan. Ada yang berhenti sekadar memotret serta tak sedikit pengendara yang merasa terganggu perjalanannya. Terlebih bisa membahayakan para pengguna jalan lain akibat tidak fokus mengendara atau pejalan kaki, bahkan para wanita itu sendiri. 
(tribun.news.com, 27/7/2022)

Pihak Polresta Balikpapan pun segera bertindak dan menghentikan kreatifitas bablas dan tidak pada tempatnya tersebut, serta meminta kepada warga tidak mencontoh perbuatan yang menyalahi aturan jalur penyebrangan.

Akar Masalah

Sebenarnya apa yang dilakukan para wanita berjalan di jalur Zebra Cross Balikpapan Baru adalah penularan dari demam Citayam Fashion Week di DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Dan tidak menutup kemungkinan kegiatan semacam ini akan diikuti pula oleh daerah lainnya. Miris bukan? 

Tapi tak mengherankan juga bila hal ini terjadi. Walau negeri ini mayoritas muslim, namun aturan yang dipakai buatan manusia yang berasal dari Barat yakni sistem kapitalisme sekuler liberal. Di mana sistem ini sesungguhnya telah menjamin bagi seseorang bebas dalam menentukan sikap. Seperti bebas melakukan perbuatan/bertindak, berucap, memiliki apa yang diinginkan, ataupun untuk tidak berkeyakinan (agama).

Dalam ideologi kapitalisme sekuler liberal melalui perlindungan HAM, seseorang boleh melakukan apa saja sesuai keinginannya tanpa ada yang bisa menghadangnya. Meskipun itu melanggar peraturan hukum negara yang berlaku atau nilai-nilai agama. Akibat dari kebebasan bablas yang diusung ini, maka lahirlah para pemuda-pemudi yang kehilangan identitas, hedonis, amoral, mental yang rapuh, dan tanpa rasa malu sebagai pembebek budaya Barat. Padahal di pundak merekalah perjuangan dan eksistensi sebuah bangsa akan dititipkan. Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan pemuda-pemudi pada masa kejayaan Islam. 

Islam Lahirkan Pemuda Hebat

Islam sebagai agama yang sempurna, sangat memperhatikan kualitas iman dan akhlak generasinya. Oleh karena itu, untuk mencetak para pemuda-pemudi yang berkepribadian Islam dan ketakwaan yang tinggi kepada Allah Swt., sejak dini Islam telah memberikan pendidikan terbaiknya yakni berlandaskan akidah Islam, lingkungan yang kondusif, terjaga, serta memfasilitasi sarana maupun prasarana pendidikan dengan kualitas terbaik secara cuma-cuma.

Sejarah kejayaan Islam telah membuktikan kehebatan para pemuda-pemudi yang pendidikannya dimulai sejak kanak-kanak, yang dibelakangnya ada peran orang tua dan guru yang sabar mendidik serta membersamainya, di antaranya:

Pertama, pada masa kekhilafahan Utsmani ada Sultan yang sangat terkenal cerdas dan wibawanya tersiar ke seluruh penjuru bumi. Yaitu Sultan Mehmed ll atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Muhammad Al-Fatih atau Sang Penakluk. Pada usia muda belia (12 tahun), kala itu beliau sudah diangkat menjadi Sultan. Masa mudanya dipergunakan untuk belajar dan berguru kepada para alim ulama. Kepribadian Islam adalah kesehariannya, lisannya selalu berhiaskan kalam Ilahi. Dhuha dan tahajud tak pernah ditinggalkan. Sungguh ketakwaan yang tinggi kepada Allah telah tertancap kuat di sanubari dan pikirannya.

Banyak bahasa yang dikuasainya seperti bahasa Arab, Latin, Yunani, dan Persia. Tak hanya itu, ia juga memiliki keahlian dalam strategi perang, sains, fikih, ilmu falak, ilmu hadis, dan matematika.  

Kegemilangan perang diraihnya saat usia 21 tahun dan berhasil menaklukkan Kota Konstantinopel. Ia pun mendapat gelar Panglima Terbaik beserta pasukannya. Uniknya, sebelum penaklukkan itu terjadi 825 tahun sebelumnya, Rasulullah saw. telah menyampaikan sebuah pesan dalam riwayat Ahmad, bahwa Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya sebaik-baik pasukan." Masyaallah. Tabarakallah. Sultan Muhammad Al-Fatih pun kemudian membuktikannya. 

Kedua, Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia mendapat gelar ummul mukminin. Ia membangun rumah tangganya bersama Rasulullah saat berusia 9 tahun. Namun di bawah asuhan dan didikan suaminya Rasul saw. ia menjelma menjadi wanita mulia berkepribadian Islam. Selain wajahnya yang cantik, beliau memiliki kecerdasan luar biasa, menyerap pelbagai disiplin ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran, fikih, politik, sastra, dan telah banyak meriwayatkan hadis serta menjadi rujukan tempat bertanya para sahabat. 

Saking cerdasnya membuat Rasul saw. jatuh hati dan menyayangi Aisyah. Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan Amr bin Ash tatkala bertanya kepada Rasul saw., "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling engkau cintai?" Beliau menjawab, Aisyah. "Jika kalangan laki-laki?" tanya Umar lagi. Rasul pun menjawab: " Abu Bakar." 

Ketiga, Abu Rayhan Muhammed Ibnu Ahmad Al-Biruni. Kelahiran Kota  Khawarizm. Sejak muda telah menunjukan ketekunannya belajar. Hingga akhirnya banyak menghasilkan karya seperti bidang sains, astronomi, fisika, farmasi/kedokteran, sastra, fisika, matematika, dan lain-lain.

Begitulah gambaran sedikit tentang para pemuda-pemudi dalam asuhan Islam. Mereka hadir sebagai generasi ulama sekaligus ilmuwan yang berkualitas, fakih fiddin, menguasai disiplin ilmu, menghasilkan banyak karya tanpa menanggalkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt.

Bercermin dari catatan sejarah di atas, tentu sebagai umat muslim kita merindukan masa-masa keemasan kembali menaungi umat masa kini. Menjadi pemuda-pemudi bermartabat, tahu tujuan hidupnya, dan berani menolak kemaksiatan ketika terjadi di depan matanya. Dengan demikian, yang dibutuhkan negara ini dalam menuntaskan pelbagai persoalan yang menimpa generasi muda saat ini hanya dengan satu cara penyelamatan. Yakni penerapan kembali hukum syarak dalam semua aspek kehidupan baik ranah individu, masyarakat, maupun level negara. Serta membuang jauh-jauh sistem atau ideologi sekuler liberal yang ada saat ini dari pengaturan kehidupan umat. Tak kalah penting merombak kurikulum pendidikan yang berbasis sekuler dengan kurikulum berasaskan akidah islamiyah. Semua itu dilaksanakan karena perintah Allah Swt. agar selamat hidup di dunia dan akhirat.  

Bisa dipastikan negara yang menjalankan hukum syariat dalam roda pemerintahannya akan mendapatkan keberkahan, keadilan, kesejahteraan, kedamaian, dan keridaan Allah Swt. Selain daripada itu, akan mendapatkan kebinasaan dan kehinaan di dunia dan akhirat. Begitupun terhadap pemimpinnya kelak, Allah akan membebaskan mereka dari siksa api neraka atas ketaatannya kepada Allah dan kepeduliannya menjaga umat dari perbuatan buruk. Cukuplah hadis berikut menjadi peringatan, "Setiap umatku akan masuk ke dalam jannah kecuali orang yang menolak masuk surga." Beliau pun ditanya, "Siapakah yang menolak, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Barangsiapa menaatiku, niscaya dia akan masuk ke dalam jannah, dan barangsiapa mendurhakaiku, sungguh dia telah menolak jannah." (HR. Al-Bukhari No. 6851)

Wallahu a'lam [Ng]

Posting Komentar

0 Komentar