Subscribe Us

AGAIN, PALESTINE UNDERATTACK: SERUAN NYATA PERSATUAN UMMAT

Oleh Larasati Putri Nasir
(Aktivis Dakwah)


Vivisualiterasi.com- Tahun baru 1444 H ini disambut bahagia, suka cita dan dimeriahkan dengan banyak peringatan di seluruh penjuru dunia. Di satu sisi tahun baru ini dibuka dengan bahagia oleh sebagian kaum muslimin, dan di sisi lainnya tahun baru ini dibuka kembali dengan darah dan air mata saudara kita di Palestina, Gaza karena serangan brutal Zionis Israel.

Alasan Israel melakukan kembali serangan yang dilancarkan ke wilayah Palestina sebagai upaya pencegahan, dan pendahuuan terhadap jihad Islam yang telah merencanakan serangan terhadap wilayah mereka. Namun itu hanyalah klaim dan pendapat mengada-gada belaka, sebagaimana dilansir dari Wafa News (Sabtu, 6/8) Kemenlu Ekspatriat Palestina mengatakan, “Agresi ini merupakan manifestasi dari arogansi kekuatan militer Israel, dan perpanjangan dari pola pikir colonial rasis yang menganggap wilayah Palestina yang diduduki sebagai lapangan pelatihan dan warga Palestina sebagai target penembakan.”

Hingga Senin, 8 Agustus 2022, jumlah korban yang jatuh akibat serangan brutal Zionis Israel sudah mencapai 41 orang meninggal dunia termasuk 15 anak-anak, 4 wanita, dan 311 terluka.” (detikNews, 8/8/2022). Juga menewaskan Taiseer al-Jabari, komandan divisi utara Brigade al-Quds sayap militer Jihad Islam, juga membunuh Alaa Qaddoum, dan terus bertambahnya korban jiwa yang jatuh akibat serangan ini.

Akibat serangan kembali Israel atas Palestina menimbulkan banyak kecaman dari banyak pihak bahkan dunia, PBB juga beberapa negara menyuarakan keprihatinannya. “Saya sangat prihatin dengan eskalasi yang sedang berlansung (di Jalur Gaza). Tidak ada pembenaran untuk setiap serangan terhadap warga sipil,” ujar Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wnnesland pada Sabtu (6/8), dilansir dari berita Palestina Wafa. Aqza Working Group (AWG), “Mengecam keras atas agresi Zionis ini. Serangan ini sekali lagi membuktikan bahwa mereka adalah rezim zalim yang tersisa yang harus dimusnahkan dari muka bumi. Para pemimpin dunia dan seluruh komunitas internasional dituntut untuk merespon kezaliman nyata. Tidak hanya sekedar gimmick diplomatik apalagi standar ganda, memberikan kecaman tapi terus menjalin hubungan mesra dengan Zionis. Atau mengutuk, memberi sanksi, dan memboikot Rusia atas invansi Ukraina tapi diam pada kezaliman Zionis atas Palestina.” (Republika.co.id, 7/8/2022)

Dalih Nasionalisme dan Buah Normalisasi

Nasionalisme adalah penyakit yang membuat kaum muslimin memandang penderitaan umat Islam di negeri lain sebagai masalah asing yang tidak ada hubunngannya dengan mereka.” (Dr. Nazren Nawaz dalam Konferensi Internasional For Al-Hind to Al-Quds). Dr. Nazren Nawaz juga menyatakan, nasionalisme adalah penyakit yang melucuti bangsa dan negara dari kemanusiaan sehingga mereka berdiri diam dan lumpuh ditengah genosida tanpa kemampuan politik untuk bertindak kecuali untuk kepentingan nasionalnya. Nasionalisme dan politik negara-bangsa menyebabkan rezim muslim mengusir lainnya yang putus asa mencari perlindungan di tanah mereka. Menolak memberikan tempat perlindungan yang bermartabat dan kewarganegaraan karena memandang mereka sebagai orang asing berdasarkan kebangsaan atau etnis.

Selain karena dalih nasionalisme ini, para penguasa dan rezim nasionalis yang di dalamnya termasuk penguasa muslim, tidak hanya diam dan tidak menjadikan masalah kaum muslim dan tidak bertindak mereka juga aktif berteman, mendukung dan menjalin aliansi dengan mereka yang menganiaya dan membantai kaum muslim.

Sama dalam masalah yang terus terjadi pada Palestina, tidak adanya satupun penguasa negeri muslim yang mengirimkan bantuan militernyanya untuk membantu Palestina. Sekat nasionalisme yang menjadi alasannya. Mereka hanya mampu mengecam dan beretrorika yang tak membuat Zionis ini takut. Seperti realita Mesir yang menjadi negara yang berbatasan langsung dengan Palestina mempertahankan blokade wilayahnya atas Palestina dengan alasan nasional state.

Lihatlah! Nasionalisme telah menyekat kaum muslim untuk menolong saudaranya sendiri. Normalisasi yang dilakukan Arab Saudi, Bahrain, Mesir, Yordania, UEA, Mesir, termasuk Turki, sesungguhnya ialah bentuk deklarasi pengkhianatan terbuka terhadap Islam. Normalisasi hubungan dengan Israel sama seperti mengakui entitas Yahudi sebagai sebuah negara. Menurut pengamat politik internasional, Farid Wadjdi, dengan diakuinya Israel sebagai sebuah negara oleh dunia internasional, terutama oleh negeri-negeri Islam, Israel memiliki hak melakukan apa pun untuk menghentikan perlawanan rakyat Palestina. Ketika Israel melakukan pengeboman atau melakukan pembangunan pemukiman di wilayah-wilayah Palestina, hal itu akan menjadi sah dengan alasan menjaga keamanan Israel.

Solusi atas permasalahan Palestina ini sering diarahkan pada 2 hal, yaitu kemerdekaan Palestina atau hidup berdampingan dengan damai bersama Israel. Berkat nasionalisme ini hingga akhirnya perjuangan pembebasan Palestina hanya dicukupkan pada perjuangan gerakan nasionalisme rakyat Palestina, tanpa adanya rasa yang sama untuk perjuangan oleh kaum muslimin sebab merasa masalah ini adalah masalah rakyat Palestina bukan masalah mereka. Padahal menjaga dan masalah tanah Palestina ini adalah tugas dan kewajiban kaum muslimin untuk berjuang. 

Seruan Persatuan Nyata Kaum Muslimin

Pengutukan dunia yang menilai tindakan Israel sebagai tindakan melanggar HAM dan kejahatan internasional hanya sekedar terlisan sebagai gimmick belaka. Sudah berapa banyak Undang-undang internasional yang telah dilanggar Israel sejak puluhan tahun penjajahannya atas tanah Palestina. Namun sanksi Undang-undang dunia atas Israel tidak pernah diberikan. Dunia seakan menutup mata, buta dan tuli atas yang Israel lakukan dan tidak menganggap itu sebagai pelanggaran kejahatan manusia yang serius. Yang dilakukan oleh dunia adalah Formalitas Simpatisme, mengutuk tanpa bertindak, menggalang dana ,dan lainnya.

Berharap pada PBB dan komunitas internasional ibarat pepesan kosong. Lembaga-lembaga itu tidak akan berdiri tegak membela Palestina dan melawan Israel. Umat Islam harus tahu bahwa penderitaan kaum muslim Palestina dimulai dari deklarasi Balfour pada 2 November 1917 yang mengumumkan dukungan bagi pembentukan sebuah rumah nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina.

Dari sinilah sejarah lahirnya zionis muncul. Resolusi 181 yang dikeluarkan PBB pada akhir 1947 menambah panjang derita Palestina. Resolusi tersebut membagi tanah Palestina bagi bangsa Yahudi dan Arab. Sejak saat itu, pencaplokan Yahudi atas Palestina terus berlangsung. Lantas, bagaimana mungkin kita meminta pertolongan pada lembaga yang berkontribusi besar terhadap penjajahan Zionis di tanah kaum muslim?

Bantuan sosial kemanusiaan juga tidak akan efektif menghentikan agresi brutal Israel terhadap Palestina. Bantuan tersebut sifatnya hanya meringankan beban dan derita kaum muslim, bukan menghilangkan penjajahannya.

Satu-satu jalan untuk membebaskan Palestina atas penjajahan Israel adalah dengan bersatunya seluruh kaum muslimin dalam satu barisan kepemimpinan. Bebasnya tanah Palestina bukan sekedar impian yang tak akan terwujud. Tanah Palestina pun sudah beberapa kali dibebaskan dan kembali pada kaum muslim yang dimulai dari masa kepemimpinan Amirul Mukminin Umar Bin Khattab dan Shalahuddin Al-Ayyubi dalam perang Hittin melawan pasukan Salib tahun 1187. Dan hanya sama Kembali ditaklukkan dengan kepemimpinan Islam yang berdasarkan metode kenabian yang diakomodir seorang pemimpin yang dalam kepemimpinnya tidak dapat digoyahkan oleh kepentingan dan keuntungan bernilai dunia, yaitu Khilafah Islam. Yang memimpin kaum muslimin atas dasar keimanan kepada Allah dan menjaga setiap tetes darah kaum muslimin, Rasulullah saw. bersabda,

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Tirmidzi 1455)

Dalam hal ini, Allah Taala juga berfirman dalam QS. An-Nisa’ [4]: 93),

وَمَنْ يَّقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَاۤؤُهٗ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيْهَا وَغَضِبَ اللّٰهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهٗ وَاَعَدَّ لَهٗ عَذَابًا عَظِيْمًا

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab besar baginya."

Selain menjaga darah kaum muslimin juga mampu memobilisasi kekuatan dalam jumlah luar biasa yang akan sangat mudah melumpuhkan penjajahan zionis Israel. Kepemimpinan ini tidak lain adalah Khilafah Islamiyah yang dipimpin oleh seorang Khalifah, Rasulullah saw. bersabda,

“Sesungguhnya seorang imam (kepala negara) laksana perisai, rakyat di belakangnya dan ia menjadi pelindung bagi rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka cukuplah ini menjadi momen terakhir tumpahnya darah saudara kita muslim Palestina atas tanah yang di jaga dan dilindungi dengan darah juang pembebasan kaum muslimin yang telah menjaganya. Masalah mereka juga seharusnya juga masalah kita. Setiap duka dan luka mereka yang dikhianati dunia hari ini yang menjadi penonton pemusnahan yang didukung oleh regulasi dunia yang bersembunyi pada kecaman dan gimmick demi keberlangsungan mesra kepentingan pemimpin negeri kaum muslim. Hanya mampu tersudahi dengan penegakkan Khilafah yang tegaknya kembali ini penting dan mendesak. Dan harus di perjuangkan dan disuarakan hingga kaum muslim memiliki kesadaran menjadikan Islam sebagai aturan bernegara. Sebab Khilafah adalah perisai dan rumah bagi kaum muslim, yaitu tempat mereka berlindung dari kejahatan, konspirasi, dan propaganda yang dibuat orang-orang kafir. Yang menjadi junnah pelindung yang sebenarnya atas darah, kemuliaan, dan kehormatan umat Islam. Wallahu a'lam bish-shawab.(Dft)

Posting Komentar

0 Komentar