Subscribe Us

ISLAM TETAP SOLUTIF, MESKI DIFRAMING NEGATIF

Oleh Wilma Indah M.T.Y.
(Aktivis Dakwah) 


Vivisualiterasi.com-Akhir-akhir ini, media dihebohkan oleh viralnya dua berita dengan waktu yang hampir bersamaan. Yaitu kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh anak kiyai pondok pesantren di Jawa Timur juga penyelewengan dana umat oleh lembaga filantropis di Indonesia. 

Adalah sebuah kejanggalan manakala kedua berita ini seolah 'digodog' di media, seolah merupakan kasus besar. Apakah lantaran berhubungan dengan simbol keIslaman? 

Kasus pelecehan yang dilakukan oleh Moch. Subchi Azal Tsani atau Mas Bechi terhadap sejumlah santriwati di pesantren Shiddiqiyyah, Jombang, bikin geger Tanah Air. Dengan kasus yang dialami, ia terancam hukuman penjara hingga 12 tahun. (detik.com, 10/07/2022)

Berita lainnya, Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri menyelidiki dugaan penyelewengan dana donasi yang dilakukan lembaga filantropis Aksi Cepat Tanggap (ACT) setelah media mengungkapkan dugaan penyelewengan tersebut. Kasus ini berlanjut dengan ditutupnya 300 rekening ACT. (MSN, 10/07/2022)

Kedua kasus tersebut sudah sering berseliweran di negeri ini. Hanya saja, jika oknum atau pelakunya berkaitan dengan Islam mengapa begitu masif diberitakan. Seperti kasus pencabulan yang juga banyak dilakukan oleh lembaga selain Islam, namun beritanya tidak begitu viral. Dengan berbagai macam kasus korupsi yang dilakukan oleh penguasa hari ini, tidak pernah dianggap serius bahkan banyak kasus yang cenderung tenggelam serta tidak lagi diusut. 

Berkaitan dengan masifnya pencitraburukan simbol Islam, mari kita ingat pendapat Cheryl Bernard yang merupakan peneliti dari suatu lembaga think-tank dan konsultan militer Amerika Serikat. Rand Corporation, yang dituangkan dalam dokumen penting "Civil Democratic Islam: Partners, Resources, And Strategy", ia menyarankan beberapa hal untuk Islam, diantaranya.

Pertama, “encouraging journalists to investigate issues of corruption, hypocrisy". Media didorong untuk mempublikasikan secara masif tentang kesalahan dan kelemahan "tokoh atau orang yang mengelola pesantren dan lembaga" seperti korupsinya, kemunafikannya dan tindakan tak bermoral lainnya, pelecehan seksual, pemerkosaan, dan penyalahgunaan dana. Tujuannya adalah memutus mata rantai kepercayaannya masyarakat terhadap simbol pendidikan Islam yaitu pesantren dan lembaga kemanusiaan Islam.

Kedua, "exposing their relationships with illegal groups and activities". Memunculkan ke hadapan publik untuk mengaitkan "tokoh atau pengelola lembaga" dengan kelompok yang dicap teroris, radikal, dan extrimis. Dengan tujuan agar masyarakat menjauhi lembaga tersebut dan menjadi waspada untuk dananya.

Dalam sistem kapitalisme, kebebasan pendapat dijamin bahkan tak sedikit pemerintah membiarkan hinaan terhadap simbol-simbol Islam. Hal ini sesuai dengan sudut pandang akidah sekuler yaitu memisahkan agama dari kehidupan. 

Framing media yang sedemikian rupa tidak lain memiliki tujuan utama yaitu islamofobia, atau dengan kata lain media digunakan sebagai alat untuk mengkerdilkan Islam. Tak lupa agar eksistensi Islam makin menciut. Juga agar kebangkitan Islam tak terwujud. 

Islamofobia tidak hanya ada di zaman ini, namun sejak Rasulullah diangkat menjadi Rasul pun musuh-musuh Islam telah gencar untuk menumpas Islam dan pengikutnya. Berbagai cacian, siksaan, bahkan pemboikotan telah dialami oleh Rasulullah dan umat muslim lainnya. 

Islamofobia pun terus berlanjut seperti terjadinya peristiwa penting dalam Islam yaitu pecahnya perang salib pada tahun 1095-1291 M. Sentimen anti-Islam terus digelontorkan oleh kekaisaran Bizantium demi merebut Yerusalem dari tangan muslim. Hingga Islam pun menang telak dalam perang tersebut, namun upaya musuh Islam tidak pernah berhenti untuk melawan Islam.

Hingga hari ini perang ideologi pun terus berlanjut. Sejak khilafah Islam diruntuhkan pada 1924 M, Barat mengerahkan segala upayanya untuk mencegah bangkitnya Islam. Karena ketika ada rasa kebangkitan, maka nafsu untuk menguasai dunia tidak dapat diwujudkan dan dunia akan berganti dengan aturan Sang Pencipta manusia. 
 
Menyikapi hal yang demikian, umat muslim harus dibina dengan tsaqofah Islam yang utuh. Islam tidak hanya sebatas agama ritual namun juga ideologi yang dapat menyelesaikan seluruh problematika kehidupan.

Di era karut-marutnya tatanan dunia hari ini, akibat bercokolnya sistem kapitalisme-sekularisme. Sistem Islam yang justru dibutuhkan hari ini untuk memperbaiki berbagai kerusakan di dunia. 

Muslim harus difahamkan bahwa inilah saatnya kita membangun kekuatan politik yang berlandaskan Islam, hingga kebenaran dapat mengalahkan kebatilan di kancah peradaban. Selama berabad-abad lamanya, ketika Islam tampil sebagai sistem politik yang sahih (khilafah), Islam telah mampu membuat lawan maupun kawan segan. 

Untuk menghadapi islamofobia, maka Islam memiliki mekanisme agar eksistensinya tetap terjaga. Yaitu dengan memahamkan muslim untuk berIslam dengan kafah/menyeluruh dengan dilandasi oleh ketakwaan sebagai Individu. 

Membentuk masyarakat yang kondusif untuk saling beramar ma’ruf nahi munkar. Berikut dengan sistem negara yang menerapkan dalam lingkup ekonomi, sosial, budaya, dan politik Islam hingga membuat sejahtera seluruh masyarakat bahkan nonmuslim pun akan dijaga haknya hingga mereka akan merasa diperlakukan dengan adil di bawah naungan Islam.

Negara akan menjadikan media sebagai alat untuk menggencarkan dakwah. Framing positif terhadap ulama maupun lembaga Islam akan terus digencarkan. Bahkan ditayangan yang diberikan harus sesuai dengan standar syariat. Negara juga memiliki kewenangan untuk melawan atau menanggulangi media yang bertujuan untuk menyudutkan atau menjauhkan muslim dari ajarannya.
 WawlahuallamallamBis'howab. (Dft)

Posting Komentar

0 Komentar