Subscribe Us

HEBOH BERKOALISI DI TENGAH NEGERI MENUJU ENDEMI

Oleh Ross A. R.
(Aktivis Dakwah Medan Johor)


Vivisualiterasi.com-Walaupun pemilu masih dua tahun lagi, namun perpolitikan di negeri ini sudah heboh dengan kesibukan para elit politik yang mencari kader untuk dijadikan calon untuk pemilu. Dan partai membuka lebar pada siapa saja yang akan dicalonkan untuk didukung pada pilpres 2024 yang akan datang. Ironisnya, kesibukan para elit politik tersebut seakan tidak perduli dengan negeri ini yang sedang menuju endemi. Dengan munculnya virus varian baru Omicron BA.4 dan BA.5.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin memprediksi puncak varian baru Omicron BA.4 dan BA.5 maksimum akan mencapai 25.000 kasus per hari. Sebelumnya, Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah mengingatkan bahwa Omicron bukan akhir dari pandemi Covid-19, sehingga negara-negara dan masyarakat dunia diminta untuk tetap waspada, fokus mengalahkan Covid dan tidak menyepelekan varian-varian Covid-19 yang bermunculan. Di Indonesia, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito menjelaskan, Pemerintah mengantisipasi penyebaran varian BA4 dan BA5 dengan meningkatkan Whole Genome Sequencing (WGS), melakukan studi epidemiologi sebaran varian, dan memastikan efektivitas alat testing khususnya di pintu-pintu masuk, serta meningkatkan vaksinasi. (Suara.com, 24/6/2022)

Seperti yang dilansir oleh KOMPAS.com (15/6), Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril memastikan bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah masuk di Indonesia. Kasus tersebut ditemukan di Bali. Virus corona subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ini menginfeksi 4 orang yang terdiri dari 1 Warga Negara Indonesia (WNI) dan 3 Warga Negara Asing (WNA). Yang BA.4 itu laki-laki 27 tahun WNI, kemudian 3 orang ini masuk subvarian BA.5. "Semuanya laki-laki merupakan delegasi pertemuan The Global Platform Disaster Risk Reduction di Bali tanggal 23-28 Mei," kata Syahril.

Adanya pelonggaran dari pemberlakuan pembatasan masyarakat (PPKM) level 1 di seluruh Indonesia saat ini dianggap sebagai sikap bahwa Indonesia siap beralih ke endemi. Namun peralihan fase dari pandemi ke endemi sepertinya masih dipertanyakan, peralihan status tersebut tidak bisa diputuskan sendiri, melainkan keputusan itu merupakan wewenang dari WHO dan juga tergantung dari beberapa indikator yang harus dipenuhi oleh sebuah negara untuk masuk fase endemi. 

Endemi adalah penyakit yang berjangkit di suatu daerah pada suatu golongan masyarakat, endemi merupakan keadaan atau kemunculan suatu penyakit yang konstan atau penyakit tersebut sudah biasa ada dalam suatu populasi atau area geografis tertentu. Dalam hal ini, Covid-19 merupakan pandemi yang melanda hampir seluruh dunia, diharapkan berubah menjadi endemi karena penurunan kasus yang terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia. 

Namun, kondisi pandemi Covid-19 sendiri masih sulit untuk diprediksi karena kasus harian mulai merangkak naik dalam beberapa hari terakhir. Tercatat kasus Covid-19 bertambah 551 kasus. Berarti kasus Covid-19 di Indonesia telah mencapai 6.060.448 kasus, terhitung semenjak Presiden mengumumkan kasus pertama pada tanggal 2 Mei 2020. Terlebih lagi munculnya virus varian baru yang menyebabkan lonjakan kasus di berbagai negara, menimbulkan kekhawatiran tersendiri akan meningkatnya kembali Covid-19 di negeri ini.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menilai kerja sama antar-partai politik menghadapi Pemilu 2024 adalah sebuah keniscayaan. Untuk itu, PDI-P disebut terus menjalin komunikasi dengan petinggi-petinggi partai politik guna menyamakan platform dalam rangka Pilpres. "Kami terus membangun komunikasi dengan para ketua umum partai. Sehingga kesamaan terhadap platform dan kerja sama dalam rangka pilpres itu ujung-ujungnya kan pada penetapan calon," kata Sekretaris Jenderal PDI-P, Hasto Kristiyanto di Sekolah Partai, Jakarta. (Kompas.com, 20/6/2022)

Meskipun keadaan negeri ini belum pulih dari berbagai wabah yang melanda, para elit politik seakan tidak perduli dengan keadaan tersebut. Dengan kesibukan para elit politik dalam berkoalisi menunjukkan bahwa para penguasa abai akan kesehatan rakyatnya. Para penguasa hanya memikirkan kepentingan individu semata, dengan semakin banyak partai yang berkoalisi tentu akan semakin banyak suara yang didapat. Dan semakin banyak partai yang berkoalisi dalam dukungan mampu memberikan pengaruh yang besar dalam pemilu. Hal tersebut wajar dalam demokrasi, sebab suara terbanyak akan dianggap sebagai pemenang dalam ajang pemilu. 

Tentunya, dalam sistem demokrasi membutuhkan modal yang besar untuk bersaing dalam pemilu, semakin banyak modal yang ada dibelakang capres, tentunya berpeluang besar mendapatkan dukungan dari banyak partai. Bukan rahasia lagi, bahwa berjalan lancarnya seorang capres berasal dari dukungan pihak-pihak kapitalis yang tidak akan hitung-hitungan dalam mengeluarkan dana untuk proses kampanye.

Tentunya sudah bisa diprediksi, jika capres terpilih berhasil menang dalam pilpres maka keuntungan akan jauh lebih besar daripada modal yang dikeluarkan. Setiap kebijakan sang Presiden juga sudah bisa ditebak kemana arahnya. Lebih parahnya lagi, jika dilanjutkan dengan bagi-bagi kursi kekuasaan. Tidak jarang dijumpai banyak kecurangan ataupun manipulasi hasil suara. Begitulah bobroknya sistem demokrasi kapitalis yang saat ini masih dipertahankan. Padahal, tidak akan pernah ada perubahan dengan sistem yang salah. 

Sungguh sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan sistem Islam. Sistem demokrasi yang berasal dari manusia yang serba terbatas, namun sistem Islam berasal dari Sang Maha Pencipta, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika demokrasi meletakkan kedaulatan ditangan rakyat, maka Islam meletakkan kedaulatan pada hukum syara'.

Sudah saatnya kita beralih menuju sistem yang benar, sistem yang menguntungkan dan mensejahterakan seluruh umat, bukan menguntungkan segelintir orang dan golongan.

Hanya dengan sistem Islam yang mampu melahirkan pemimpin yang amanah, mempunyai visi, mencintai rakyatnya dan mendedikasikan dirinya sebagai pelayan umat. Dan lebih mengutamakan kesehatan rakyatnya, dan dari disinilah akan terbentuk kerja sama yang baik untuk memerangi pandemi dengan tuntas, hingga tidak akan terjadi peralihan menuju endemi. Hanya Islam yang mampu melahirkan pemimpin yang amanah dan berkapasitas, juga menciptakan masyarakat yang bertakwa dan taat kepada pemimpin. Wallahu a'lam bish-shawab.[AR]

Posting Komentar

0 Komentar