Subscribe Us

PEMUDA, JANGAN MAU DIKAPITALISASI

Oleh Seni Fitriani
(Aktivis Dakwah)


Vivisualiterasi.com- Pada Juli 2022, Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan event internasional Youth 20, yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Bandung. Event ini merupakan ruang bagi para intelektual muda terpilih dari 20 negara untuk berdiskusi, berargumentasi tentang isu- isu tertentu untuk mencapai kesepakatan bersama. Y20 sendiri merupakan perpanjangan dari G20. Sedangkan untuk acara prasummit diselenggarakan di Palembang, Balikpapan, dan Manokwari. Ada 4 isu yang dibahas; ketenagakerjaan pemuda, transformasi digital, planet yang berkelanjutan dan layak huni, serta keberagaman dan inklusi. (y20-indonesia.org) 

Sambutan terhadap diselenggarakannya event internasional ini begitu antusias oleh para pejabat. Terbukti dengan support yang mereka berikan atas terselenggaranya event tersebut di daerah. Begitupun masyarakat menyambut baik, apalagi dengan ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah. Event ini dianggap membawa angin segar bagi nasib para pemuda. Tapi apakah benar ini semua demi kebaikan para pemuda?

Melihat potensi peta pemuda muslim di Indonesia sebagai negeri mayoritas muslim terbesar di dunia dan secara demografis, menurut data dari dokumen PBB UN strategy youth 2030 di dalam pendahuluannya dikatakan bahwa 1,8 milyar penduduk dunia adalah pemuda dan 90% dari negara berkembang. Sebagaimana kita ketahui bahwa negara berkembang adalah negara-negara muslim. (Muslimah Media Center) 

Salah satu isu yang diangkat adalah tentang transformasi digital, maka kita juga perlu menilik potensi digitalisasi pemuda muslim. Menurut ketua Y 20 Indonesia Michael Victor Sianipar, sebanyak 65% pemuda Indonesia adalah pengguna aktif internet. Rata-rata mereka menghabiskan waktu untuk internetan 9-10 jam sehari. Bahkan data dari google Temasek dan Bain menyebut bahwa Indonesia memiliki potensi digital terbesar, yakni sebanyak 40%. (Muslimah Media Center) 

Pemuda memiliki semangat dan energi yang sangat besar. Berbicara tentang pemuda muslim, harusnya spirit yang mereka miliki adalah spirit Islam. Dengan potensi demografis dan digital yang begitu besar. Jika saja energi pemuda itu diarahkan untuk perjuangan kebangkitan Islam, maka ini akan menjadi energi yang luar biasa. Namun sebaliknya akan menjadi ancaman bagi Barat terhadap eksistensinya selama ini sebagai pemimpin peradaban global. Maka youth 20 ini adalah cara Barat membalikan ancaman menjadi hal yang menguntungkan bagi mereka. Hal ini bisa kita lihat dari 4 isu yang menjadi bahasan utama dalam youth 20 ini. 

Dalam Isu ketenagakerjaan pemuda dan transformasi digital disebutkan bahwa melihat ekonomi dunia yang makin terpuruk akibat covid, di mana lapangan kerja menjadi sangat langka, pemulihan ekonomi global ada di tangan para pemuda, yakni dengan mengoptimalkan transformasi digital. Padahal ekonomi global sudah terpuruk jauh sebelum adanya covid dikarenakan penerapan sistem ekonomi kapitalis. Terlihat jelas bahwa pemuda hanya dijadikan sebagai bemper ekonomi. 

Barat tentu melihat potensi yang sangat besar dari para pemuda untuk memanfaatkan kreatifitas dan inovasinya. Jika para pemuda dari negara berkembang ini harus bersaing dalam dunia digitalisasi, tentu saja akan sangat sulit karena saingan mereka adalah para kapitalis global. Pada akhirnya, kreatifitas pemuda ini hanya akan dicaplok oleh kepentingan para kapitalis. Sedangkan para pemuda hanya kebagian remah-remahnya saja. 

Dalam isu lainnya yakni keberagaman dan inklusif, para intelektual muda ini dibidik untuk menjadi 'trend setter' ide-ide mereka. Isu ini jelas mengusung ide kesetaraan dan kebebasan. Tidak lain lahir dari paham liberalisme yang mereka gaungkan dan sebarkan ke seluruh negeri. Paham ini tentu bertentangan dengan Indonesia yang mayoritasnya umat Islam. Bahwa tak ada kebebasan mutlak, segala sesuatunya harus terikat dengan syariat Islam. Hal ini penting dan selalu menjadi fokus utama Barat untuk bisa menggoalkan segala hasrat mereka. Misal bisnis bitcoin atau opini LGBT yang jelas jelas bertentangan dengan agama. Maka dengan isu ini para pemuda muslim tidak lagi terikat dengan agamanya. 

Satu lagi tentang isu planet yang berkelanjutan dan layak huni. Kita tahu kapitalisme telah menjadi penyebab segala kerusakan alam akibat eksploitasi yang penuh kerakusan. Dengan isu ini mereka ingin mengopinikan bahwa penyebab kerusakan alam adalah perubahan iklim. Mereka meyakinkan bahwa pemuda yang harus menjadi bahu sandaran dalam menangani segala kerusakan ini. Maka dengan pengarusopinian isu tersebut terlihat jelas Barat hendak memanfaatkan potensi pemuda ini sebagai aset ekonomi dan menyelamatkan status quo mereka sebagai pemimpin peradaban saat ini. Dengan menjadikan para intelektual muda di negeri yang mayoritas muslim ini sebagai corong opini mereka. Seolah menjadi klaim bahwa inilah yang mewakili suara kaum pemuda Indonesia. Ini juga mengindikasikan adanya sebuah grand desain para pemangku kebijakan global karena sangat berkesuain dengan isi dari dokumen PBB UN  strategi youth 2030. 

Dalam Islam, pemuda bukanlah bumper ekonomi dan penjamin kesejahteraan bagi dirinya, lingkungannya apalagi menjadi penyelamat ekonomi global. Menjamin kesejahteraan ekonomi adalah tugas negara. Sedangkan tugas pemuda adalah mengembangkan ilmu pengetahuan dan kreatifitasnya untuk dimanfaatkan bagi sebesar besar kemaslahatan umat. Negara wajib mendukung para pemuda yakni dengan menjamin pendidikan mereka, menyediakan sarana dan prasarananya, serta mendukung penuh riset mereka. Dengan ini para pemuda akan memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan dan teknologi bagi umat. Ini pernah terjadi di masa kekhalifahan. Ada banyak sekali intelektual muda yang menguasai berbagai cabang ilmu dan ilmunya bermaslahat bagi umat. Ada Ibnu Sinna, yang kitabnya Al Qanun menjadi rujukan ilmu kedokteran, Al Khwarijmi dan lainnya. Dari sini jelas keberadaan khilafah ini sangat urgent bagi umat Islam. 

Oleh karena itu para pemuda harus bersikap kritis. Jangan hanya karena gengsi ikutan ikutan begitu saja, tak peduli dirinya hanya dimanfaatkan oleh para kapitalis. Para pemuda muslim harus punya kepribadian Islam, dengan mengkajinya. Sehingga energinya akan menjadi sumbangsih bagi tegaknya kembali peradaban Islam yang rahmatan lil alamin. [Ng]

Posting Komentar

0 Komentar