Subscribe Us

INDIA DAN PEMIMPIN ISLAM YANG MEMBISU

Oleh Farid Al Khawaridzmi
(Kontributor Media Vivisualiterasi)


Vivisualiterasi.com-Darah mendidih, itulah ekspresi yang muncul ketika melihat fakta saudara muslim di India terzalimi. Penyiksaan yang tiada henti, masuk dalam jeruji besi, hingga berujung pada pertumpahan darah yang tak sedikit menjadi korban.

Nampaknya, sekali lagi kita melihat martabat kaum muslimin di seluruh dunia kembali terkoyak-koyak. Penghinaan demi penghinaan simbol ajaran serta penghinaan terhadap junjungan kita Nabi Muhammad saw. tak mampu membuat satu simpul persatuan yang kuat antara sesama muslim.

Padahal dalam hadis kita disebutkan sebagai umat yang berada pada satu tubuh.

عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رواه مسلم)

Dari An-Nu'man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR. Muslim No. 4685)

Yang menjadi pertanyaan adalah benarkah saat ini kita masih satu tubuh? Atau setiap muslim di negara lain mempunyai tubuh masing-masing? Jikalau kita satu tubuh maka sakit tubuh di bagian tubuh lain akan dirasakan oleh seluruh tubuh di bagian lainnya. Kenapa? Karena kita satu tubuh, saraf itu terhubung antara satu dengan yang lainnya maka kita akan sama-sama merasa sakit.

Tetapi jika sudah berpindah tubuh, maka wajar saja kita tak bisa merasakan sakit dari tubuh orang lainnya. Terbukti berulang kali umat Islam di belahan bumi lain tersakiti, terzalimi, tak ada perasaan sakit yang terlihat dari diri kita.

Kita dengan entengnya tertawa dan bersantai seakan tak ada sesuatu yang terjadi pada kita. Padahal martabat kaum muslimin sedang diinjak dan dinista.

Ada satu hal yang menggelitik menurut saya pribadi. Apakah kezaliman yang terjadi pada kaum muslimin di belahan bumi lain tidak dapat kita dengarkan teriakannya? Apakah para kepala negara itu tidak melihat penderitaan yang dialami oleh kaum muslimin? 

Tentu saja mereka melihat dan mendengarnya karena saat ini banyak saluran media. Tak sedikit kita mendapatkan video gambaran para wanita berteriak meminta bantuan kaum muslimin. Hal ini kembali mengingatkan kita pada sebuah kisah masyhur menunjukkan kepedulian Khalifah Al Mu’tashim kepada muslimah. Peristiwa itu tercatat dalam kisah penaklukan Kota Ammuriah pada 223 Hijriah.

Pada 837 Masehi, seorang budak muslimah dilecehkan orang Romawi. Dia adalah keturunan Bani Hasyim, yang saat kejadian sedang berbelanja di pasar. Bagian bawah pakaiannya dikaitkan ke paku, sehingga terlihat sebagian auratnya ketika ia berdiri. Dia lalu berteriak-teriak, “Waa Mu’tashimaah!”, yang artinya “Di mana engkau wahai Mu’tashim (Tolonglah aku)”. 

Berita ini sampai kepada Khalifah. Dikisahkan saat itu ia sedang memegang gelas, ketika didengarnya kabar tentang seorang wanita yang dilecehkan dan meminta tolong dengan menyebut namanya. Beliau segera menerjunkan pasukannya. Tak tanggung-tanggung, ia menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu Ammuriah (yang berada di wilayah Turki saat ini).  

Lantas apakah ada pemimpin kaum muslimin yang saat ini berani dalam mengambil tindakan yang sama atas apa yang dilakukan oleh para Khalifah terdahulu? Tentu pertanyaan ini sudah berulangkali terlontar dari lisan para pejuang. Sebab tiap kali kaum muslimin dinista, pertanyaan ini sering muncul kembali ke permukaan. Akan tetapi, toh tidak ada tindakan terarah dan keras yang dilakukan oleh pemimpin kaum muslimin melainkan hanya mengecam. Padahal kecaman yang dilakukan tidak banyak menyelesaikan persoalan yang ada. Dan lagi-lagi kita bermain diksi bahwa "kita tak boleh ikut campur dalam urusan negara mereka".

Jelas ini logika yang fatal, jikalau kita melihat kezaliman yang berujung pada hilangnya nyawa seseorang itu ibaratnya telah membunuh manusia seluruhnya

“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya”. (QS: al-Maidah: 32)

Oleh karena itulah, persoalan ini tak boleh berlarut-larut. Sebab makin larut kejadian ini maka banyak pula nyawa yang hilang. Maka seharusnya pemimpin muslim setidaknya harus memberikan ultimatum yang keras " bahwa jikalau ini tidak dihentikan maka kami akan mengirimkan tentara". Minimal itu saja.

Kalau mau maksimal, tirulah apa yang dilakukan Khalifah Sultan Sulaiman al-Qununi, ketika mengirimkan surat kepada Raja Inggris atas eksekusi mati yang akan dilakukan kepada raja Prancis yang ditahan. Isi suratnya tidak ada kata "dengan hormat" tetapi langsung pada intinya " bebaskan raja Prancis kalau tidak, maka kalian tidak akan melihat matahari di pagi harinya"

Luar biasa! Betapa kaum muslimin dahulu adalah adidaya.[Irw]

Posting Komentar

0 Komentar