Subscribe Us

EYES ON PALESTINE

Oleh Juniwati Lafuku, S. Farm.
(Pemerhati Sosial)


Vivisualiterasi.com-Ketakutan dirasakan warga yang hidup di Jalur Gaza karena dalam beberapa tahun terakhir ketegangan Palestina-Israel kerap terjadi di bulan Ramadhan. Pada 2021 lalu misalnya, konflik terjadi pasca pasukan keamanan Israel menyerang Masjid al-Aqsa. Hal ini memicu terjadinya serangan beruntun selama 11 hari yang dilakukan Israel di Gaza. 

"Kami kini sedang ada di kondisi bersiap menghadapi puncak eskalasi. Kondisi di sini sudah memuncak dan hampir meledak," kata Analis Politik dari Yerusalem, Mazen Jaabari, mengutip Al Jazeera, Jum'at (15/4/2022). 

Polisi kompleks Masjid al-Aqsa Yerusalem bahkan memasuki tempat suci tanpa melepas alas kaki dan menyerang orang-orang Palestina menggunakan peluru, granat kejut, tongkat polisi, gas air mata, dan sebagainya. 

Dilansir The Guardian, Jum'at (15/4), bentrokan disebabkan pasukan Israel masuk sebelum shalat Subuh pada hari Jum'at untuk memindahkan batu yang katanya telah dikumpulkan untuk mengantisipasi kekerasan. Setidaknya 152 orang terluka dalam bentrokan tersebut. 

Dosen Politik Islam dan Studi Kawasan Timur Tengah Universitas Islam Indonesia (UII), Gustri Eni Putri mengatakan syiar ibadah yang dilakukan warga Palestina tidak disukai Israel sehingga hampir setiap Ramadhan, Israel menyerang warga Palestina. 

Normalisasi Konflik 

Tragedi Nakba (malapetka) 14 Mei 1948 yang ditandai dengan pengusiran 700.000 warga Palestina dari kampung halaman mereka dan penyerahan tanah Palestina kepada Israel secara sepihak, telah menciptakan konflik kemanusiaan yang panjang. 

Hal ini mendorong Israel untuk melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan negara-negara di Jazirah Arab agar eksistensinya diakui. 

Selain itu, normalisasi hubungan Palestina dan Isreal dengan two nation solution yang didukung oleh AS dan PBB tak kunjung mendapatkan titik terang. 

Namun, lagi-lagi agresor Israel takkan berhenti memerangi warga Palestina. ada upaya dari media Internasional untuk mengembangkan narasi pro Israel dan  membatasi berita tentang Palestina di media sosial serta mereduksi makna kejahatan perang Israel tehadap Palestina sebagai konflik perebutan wilayah biasa. 

Pengkhianatan Penguasa Muslim 

Para pemimpin muslim yang diharapkan membantu menyelesaikan konflik Israel Palestina, hanya bisa mengecam keras perbuatan Israel. Dibalik itu, cenderung main mata dengan Israel. Sebut saja KTT Arab-Israel di Negev pada Maret 2022 telah menjadi simbol penerimaan pemimpin Arab atas Israel yang selama ini menumpahkan darah muslim Palestina. 

AS sebagai negara pendukung Israel memiliki kepentingan atas negara-negara teluk dalam bisnis militer tentu sangat diuntungkan. Sementara Palestina dibiarkan berjuang sendiri untuk mendapatkan haknya. 

Padahal dunia mengenal self determination right, nasionalisme, demokrasi, HAM, nyatanya nilai-nilai ini tak berlaku untuk Palestina. 

Bersatu Bebaskan Palestina 

Masalah Palestina adalah masalah kita. Umat Islam yang terikat dengan ikatan aqidah Islam tanpa mengenal sekat wilayah. Ibarat satu tubuh, kepedihan dan penderitaan mereka juga kita rasakan. 

Setidaknya ada tiga hal yang harus dipahami dan diperjuangkan umat Islam tentang Palestina. Pertama, pada level individu. Selain bantuan berupa doa dan donasi, umat Islam harus terbebas dari narasi-narasi yang mengerdilkan masalah Palestina, karena ada sejarah Baitul Maqdis yang tidak lepas dari tradisi peribadatan umat Islam serta memahami status tanah Palestina sebagai tanah kharijiyyah yaitu tanah yang diperoleh dengan darah dan air mata umat Islam. Maka selamanya akan menjadi milik umat Islam. 

Kedua, umat Islam harus memiliki kesiapan melakukan perang pemikiran akan pengkhianatan dunia internasional dan pemimpin Arab atas masalah Palestina. Melakukan perjuangan politik dengan mengkritik kebijakan dan kemunafikan pemimpin muslim yang menjadi antek Yahudi. 

Ketiga, harus ada negara yang membela Palestina dengan mengirimkan pasukan dan senjatanya untuk mengusir Israel yang telah menodai kesucian Baitul Maqdis. Yakni negara yang menerapkan Al-Qur'an dan sunnah sesuai dengan metode kenabian. Wallahua'alam.[AR]

Posting Komentar

0 Komentar