Subscribe Us

ANTARA LANGIT PALESTINA DAN UKRAINA

Oleh Leihana 
(Ibu Pemerhati Umat


Vivisualiterasi.com-“Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.”

Peribahasa tersebut bermakna bahwa seseorang harus menghormati adat dan aturan di mana ia tinggal. Hanya saja pada saat ini, dalam satu bumi yang dipijak ada lebih dari satu langit yang dijunjung. Berarti dalam satu negeri atau bahkan negara kerap menerapkan hukum dengan standar ganda. Tidak ketinggalan, Indonesia termasuk di dalamnya. 

Standar ganda ini selalu berlaku berat sebelah bagi kepentingan umat Islam, tidak terkecuali pada jenis kasus mana pun. Bahkan kasus skala internasional sekalipun. 

Beberapa bulan terakhir, dunia internasional dihebohkan oleh penyerangan Rusia ke Ukraina. Seluruh dunia terutama Uni Eropa mengutuk Rusia yang melakukan penyerangan tersebut sebagai aksi terorisme tanpa alasan yang kuat. Dukungan terus mengalir untuk melindungi Ukraina, seperti yang dilakukan oleh Perdana Menteri Republik Ceko, Polandia,  dan Slovenia yang mendatangi Kyiv dengan kereta api pada Selasa (15/3/2022). Kunjangan ke Kyiv ini diambil melalui konsultasi dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan Presiden Komisi Eropa Ursula Von der Leyen. Gagasan kunjungan ini juga disepakati pada pertemuan puncak pemimpin Uni-Eropa di Versailes Prancis pekan lalu, kata Dworczyk (tribunnews.com, 16/3/2022).

Pandangan dunia semua tertuju kepada langit Ukraina, padahal disaat yang bersamaan terjadi kekejaman brutal yang dilakukan oleh tentara Isrel terhadap warga sipil Palestina. Terjadi penembakan brutal yang dilakukan tentara Israel terhadap seorang wanita Palestina berusia 40 tahunan di Tepi Barat, dekat Betlehem. Diketahui wanita itu seorang janda dengan enam anak yang dituding mendekati tentara Isrel. Tanpa bukti yang jelas,  wanita itu ditembak hingga wafat pada 10 April 2022. Peristiwa ini kerap terjadi dan makin menjadi di bulan Ramadan. Pihak Palestina yang gugur adalah warga sipil tak bersenjata dan selalu dituding melakukan penyerangan tanpa bukti (cnnindonesia.com, 11/4/2022).

Peristiwa terjadi sepanjang masa,  kewaspadaan Israel saat perayaan agama terjadi pada waktu yang bersamaan yaitu Ramadan dan Paskah. Bahkan pemerintah Israel membolehkan pemukim,  yakni warga sipil untuk menembaki warga sipil Palestina yang dituding menjadi pelaku penyerangan. Dikarenakan kebrutalan Israel terus makin menjadi, bahkan Perdana Menteri Palestina Mohammed Ishtaye pada Senin (4/4/2022) menyerukan permintaan kepada dunia yang tengah sibuk membantu Ukraina melawan invasi Rusia. Dia memohon kepada masyarakat internasional agar menghentikan kezaliman Israel terhadap warga Palestina. Kekerasan yang dilakukan Israel makin menjadi di bulan Ramadan. Dan terus berulang setiap tahunnya. 

Dunia kembali menampakkan standar ganda, begitu peduli dan prihatin terhadap pembantaian di Bucha akan tetapi abai terhadap penembakan mati muslimah Palestina. Pekan ini, untuk kedua kalinya Israel melakukan serangan udara di Jalur Gaza. Bahkan, serangan keduanya pada Kamis (21/4/2022) dibarengi dengan tindak kekerasan terhadap kaum muslim yang sedang beribadah di Masjidilaqsa. 

Langit Palestina di bulan Ramadan tidak dihiasi gempita kegembiraan petasan dan kembang api seperti di Indonesia. Akan tetapi dihiasi luncuran rudal dan dentuman peluru yang mencekam. Para penguasa negeri-negeri muslim seperti halnya di Indonesia hanya mampu membisu menyikapi kasus Palestina tersebut. Entah memang tak memiliki rasa atau hanya menggunakan topeng kemanusiaan untuk korban yang bukan umat Islam saja. 

Hal ini akan terus terjadi selama seluruh dunia tidak menerapkan Islam sebagai langit yang harus mereka junjung. Setiap muslim di dunia berpijak di atas sistem sekuler kapitalis sehingga tak dapat berbuat apa-apa untuk menolong saudaranya yang tengah menjerit akibat kejahatan tentara Israel. Sebab semua berpegang pada kapitalisme yang mendukung pihak mana pun pemberi keuntungan materi. 

Sangat berbeda dengan sistem Islam yang diterapkan dalam sebuah negara khilafah yang bertujuan menjaga jiwa-jiwa manusia. Penjagaan negara terhadap jiwa manusia sangat terpelihara. Dalam sistem Islam, berlaku qishash yaitu hukum pembalasan yang setimpal bagi pelaku kejahatan pembunuhan dan perusak jiwa seseorang. Sebagaiman tertera dalam Al-Qur’an.

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih." (TQS. Al Baqarah: 178)

Negara tidak akan berdiam diri jika ada warganya yang dibunuh atau disakiti dengan sengaja baik muslim maupun bukan. Akan dibalas dengan pembalasan setimpal. Bahkan Khalifah Sulaiman di Kekhilafahan Utsmaniyyah membantu kekaisaran Prancis yaitu Loise dari Savoy (ibu dari raja Prancis) Prancis I, menulis surat kepada khalifah untuk mengeluarkan putranya dari penjara Habsburg.

Sisi kemanusiaan negara Islam yang tinggi karena pandangan Islam harus menjaga jiwa mengantarkan Khalifah Sulaiman mengarahkan Gabsburg dan sekutunya Kekaisaran Hungaria pada 1526. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi standar ganda di seluruh negara yang berpenduduk mayoritas muslim dan seluruh umat Islam dapat menolong saudaranya yang dizalimi. Maka Islam kafah harus dilangitkan sebagai sistem sempurna yang diterapkan dalam negara Islam yaitu Khilafah Islamiyyah yang akan segera tegak kembali. Wallahu a'lam bishshawab. [Dft]

Posting Komentar

0 Komentar