Subscribe Us

RAMADAN DINANTI, SYARIAH ISLAM SELALU DI HATI

Oleh Mawaddah_Sopie
(Kontributor Vivisualiterasi)


Vivisualiterasi.com-Keindahan nuansa Ramadan sungguh dinanti oleh banyak orang. Bukan hanya muslim, bahkan nonmuslim pun menantikan akan hadirnya bulan puasa. Bagaimana tidak, mereka ikut euforia dengan berjualan takjil dan makanan berbuka puasa baik berat maupun ringan. Belum lagi jelang hari raya, mereka kebanjiran orderan pakaian, alat ibadah, bingkisan, dan semua yang berbau lebaran.

Semua kecipratan berkahnya bukan? Jika mau direnungkan, efek positif itu muncul tatkala syariat Islam dijalankan. Itu baru sebagian dari syariat yang dijalankan berupa ibadah di bulan Ramadan. Apalagi jika keseluruhan dari syariat diterapkan dan diamalkan oleh kaum muslimin. Maka akan berefek positif pula bagi semua.

Lazimnya bagi orang Indonesia, Ramadan adalah bulan kegembiraan dan kenikmatan. Elemen-elemen yang menimbulkan kesan ibadah puasa tampaknya tidak mengena bagi orang Indonesia. Letihnya menjalani puasa kalah oleh kegembiraan "festival" yang menyertai ibadah di bulan suci ini.

Menurut Andre Moller,   bulan puasa di mata  penduduk Jawa Tengah dan Jawa Timur seperti  memeriahkan ibadah dan selebrasi kesenangan pada saat yang bersamaan. 

Masyarakat Indonesia  menjelang bulan Ramadan, terutama di pelosok desa mengadakan tradisi tertentu sebagai pertanda memasuki gerbang bulan suci tersebut. Acara dilakukan secara bersama, berkumpul untuk berdoa di rumah-rumah ibadah kaum muslimin atau juga saling berkunjung antar  tetangga, teman, sahabat kerabat, dan sanak saudara dengan hidangan berbentuk besek seperti parsel atau kotak nasi di kota. 

Menjelang sepertiga malam, suasana semakin semarak. Bocah-bocah di kampung   memainkan alat musik sederhana untuk keliling  mendendangkan alunan selawat dan lagu religi. Mereka berirama bernyanyi  membangunkan warga untuk sahur. Suasana gaduh seperti itu, tak sedikitpun menuai protes warga. Semua menyambut bersuka cita.

Bahkan, bukan hanya jelang Ramadan. Dua bulan sebelumnya di bulan Rajab dan Sya'ban, kaum muslimin mulai mempersiapkan segalanya. Namun sangat disayangkan, persiapan jelang Ramadan di Indonesia hanya terkesan ritual semata. Bukan dihiasi kegiatan yang mengandung esensi yang bermakna yakni persiapan ibadah sesuai syariat.

Pengamat Sosial Politik Iwan Januar berujar dalam acara Ekspo Rajab 1443 H, seharusnya kaum muslimin merasa diingatkan, bahwa kondisinya sekarang ini sedang tidak baik-baik saja. Saat ini umat Islam belum menunaikan tajul furudl (mahkota kewajiban), yaitu penegakan syariat Islam yang akan menjadi perisai, pelindung, dan penjaga umat keseluruh penjuru dunia secara universal. Rajab juga jadi ajang merenung, mengingatkan kaum muslimin akan efek negatifnya sistem kapitalisme yang sekarang banyak diadopsi negara-negara di dunia. Termasuk oleh negeri Islam. Jangan sampai negri-negri kaum muslimin terlena dengan ideologi kapitalisme yang bertentangan dengan ajaran Islam secara total.

Berbeda dengan kapitalisme, sistem Islam merupakan sistem pemerintahan yang kedaulatannya berada di tangan Allah Swt. Khalifah dan para pembantunya tidak memiliki kewenangan apapun untuk membuat hukum. Sehingga tidak ada celah merekayasa atau memasukkan undang-undang proyek oligarki. (mediaummat.id, 26/02/2022)

Bukan hanya Ramadan yang dinanti setiap tahunnya, seharusnya syariat Islam pun selalu ada di hati kaum muslimin. Setiap muslim sewajarnya harus menyadari bahwa tidak ada hukum lain yang wajib ditaati selain hukum Islam. Yang terbingkai lewat syariat Islam. Bersumber pada Al-Qur'an dan sunnah.

Firman Allah Swt.:

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS: Al Maidah: 50)

Dalam buku ”Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir” tercatat: ”Allah mengingkari orang yang berhukum kepada selain hukum Allah, karena hukum Allah itu mencakup segala kebaikan dan melarang segala keburukan. Berhukum kepada selain hukum Allah berarti beralih kepada hukum selainNya. Seperti kepada pendapat, hawa nafsu, dan konsep-konsep yang disusun oleh para tokoh tanpa bersandar kepada syariat Allah sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat jahiliyah yang berhukum kepada kesesatan dan kebodohan. Yang disusun berdasarkan penalaran dan seleranya sendiri. Oleh karena itu Allah berfirman ”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki?” dan berpaling dari hukum Allah.”

Seorang mukmin selayaknya tidak pernah melakukan suatu perbuatan sebelum ia bertanya kepada Allah dan RasulNya. Terutama bila perbuatannya menyangkut masalah yang fundamental dalam kehidupan. Oleh sebab itu, marilah kita renungkan bagaimana Allah memerintahkan kita bersikap tegas menyangkut soal hukum. Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang memberikan pedoman bagaimana seorang mukmin seharusnya bersikap dalam urusan hukum. 

وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ

وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu…”(QS, Surat Al Maidah: 49)

Dalam buku ”Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir” Muhammad Nasib Ar-Rifa’i mengomentari potongan ayat yang berbunyi “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah…” dengan catatan sebagai berikut: ”Hai Muhammad, putuskanlah perkara di antara seluruh manusia dengan apa yang diturunkan Allah kepadamu dalam kitab yang agung ini (yaitu Al-Qur’an)…”. (eramuslim.com.22/03/2022)

Di dalam At- Taubah 36, Allah Swt. menetapkan empat bulan sebagai bulan mulia. Keempatnya dijelaskan dalam sabda Rasulullah saw.:

"Sungguh waktu itu telah diputar sebagaimana keadaannya saat Allah Swt. menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga berurutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Lalu Rajab bulan Mudharr yang terdapat di antara Jumadil dan Sya’ban. (HR. Muslim)

Begitu mulianya bulan-bulan tersebut sehingga pahala dan dosa manusia pun dilipatgandakan. Khususnya bulan Rajab, terdapat beberapa peristiwa penting yang terjadi di dalamnya yang berpengaruh terhadap sejarah peradaban kaum muslimin yaitu momen  pertama kali Rasulullah saw. bertemu dengan Kaum Anshar yang menjadi jalan bagi tegaknya negara Islam pertama di Madinah. Sejak hari pertama tiba di Madinah, Rasulullah saw. membangun masyarakat Islam di atas pondasi akidah yang kokoh, menerapkan syariat secara total, menyusun kekuatan untuk melindungi rakyat dan negara, serta mendakwahkan Islam ke luar Madinah. Sepeninggal beliau, kepemimpinan ini diteruskan para khalifah, dari Khulafaur Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah, hingga Ustmaniyah. Dengan diterapkannya syariat, tak hanya kebutuhan rakyat yang terjamin, harta dan jiwa mereka pun terpelihara.

Momentum besar terjadi merundung pilu umat Islam. Yakni awal runtuhnya Khilafah Utsmaniyah pada 28 Rajab 1342 H atau 3 Maret 1924 M. Dimana Mustafa Kemal Ataturk meruntuhkan khilafah dan menggantinya dengan Republik Turki. Saat ini sudah bertahun-tahun (hijriyah) umat Islam hidup tanpa khilafah. Padahal seharusnya pemerintahan Islam tanpa khalifah itu hanya diperbolehkan berlangsung selama tiga hari. Karena para  sahabat telah berijmak saat mereka berkumpul di Saqifah Bani Saidah untuk memilih khalifah pengganti Rasulullah saw. 

Lihatlah sekarang, saat syariat Islam tidak menghujam di dalam hati kaum muslimin. 
Umat Islam kehilangan perisai melindungi. Mereka tersekat dengan nasionalisme (nation states), dan dipaksa menjalani sistem kapitalis sekuler dari Barat. Banyak penguasa negeri Islam pro kepada kepentingan Barat dengan menzalimi rakyatnya sendiri. Di antara mereka bahkan berhubungan mesra dengan zionis Israel yang jelas-jelas merampas tanah kaum muslim dan menyebabkan penderitaan berkepanjangan bagi umat Islam Palestina. (Muslimahjakarta.com, 02/02/2022)

Oleh karenanya kalau bukan kita, siapa lagi yang harus memperjuangkan syariat Islam? Maka, jadikan Rajab, Sya'ban, Ramadan tahun ini lebih bermakna. Untuk memperjuangkan syariatNya. Agar kemenangan Islam segera terwujud. Dan syariat Islam terukir indah di hati kita semua. 

Wallahu'alam bissawab. [Ng]

Posting Komentar

0 Komentar