Subscribe Us

ISU RADIKALISME TERUS DIGAUNGKAN, SERANGAN MASIF TERHADAP ISLAM

Oleh Neno Salsabillah 
(Aktivis Muslimah Serang) 


Vivisualiterasi.com-Belum lama ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan para istri personel TNI dan Polri untuk tidak mengundang penceramah radikal dengan mengatasnamakan demokrasi. Beliau mengatakan "Ibu-ibu kita juga sama, kedisiplinannya juga harus sama. Enggak bisa, menurut saya, enggak bisa ibu-ibu (istri personel TNI-Polri) itu memanggil, ngumpulin ibu-ibu yang lain memanggil penceramah semaunya atas nama demokrasi," kata Jokowi saat memberikan pengarahan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa (1/3/2022). (kompas.com, 01/03/2022)

Sebagaimana yang saat ini sedang viral diberbagai media. BNPT telah menyebutkan ciri-ciri penceramah radikal. Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ahmad Nurwakhid menerbitkan daftar ciri penceramah radikal, salah satunya adalah antipemerintah. Ciri lain para pendakwah radikal juga disebut selalu menyebarkan paham khilafah dan menanamkan paham anti-Pancasila.

Mengapa Pemerintah Fokus Pada Isu Radikal?

Saat ini isu radikalisme mulai digaungkan kembali. Penguasa membentuk opini di tengah-tengah masyarakat bahwa masalah terbesar saat ini adalah radikalisme. Padahal jelas-jelas permasalahan yang rakyat rasakan saat ini adalah kelangkaan dan mahalnya minyak goreng, harga LPG yang melambung, wabah yang tak usai, koruptor merajalela, pengangguran dimana-mana, kemarahan soal azan yang disamakan dengan gonggongan anjing, dan berbagai persoalan yang tak ada solusinya.

Dengan setumpuk permasalahan yang terjadi saat ini, membuat rakyat seperti tak peduli dengan isu tersebut. Karena rakyat sudah disibukan dengan problematika hidup terutama ekonomi.
Namun, karena semua ini sistematis maka isu tersebut akan terus dikampanyekan. Nampak dari Kemenag dalam progam  penguatan moderasi beragama. Saat ini kita tahu bahwa telah menjadi program nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024. Penguatan moderasi dipandang menjadi solusi antara dua kutub ekstremitas beragama, yaitu ekstremitas kanan serta kiri yang liberal.

Selanjutnya viral daftar penceramah radikal di media sosial yang belum jelas sumbernya. Namun daftar tersebut mengarah kepada para penceramah yang selama ini memiliki banyak followers dan digemari. Seperti Ustaz Abdul Somad, kemudian Ustaz Felix siaw yang banyak di gemari para pemuda dalam berhijrah. Serta banyak ustaz lainnya yang identik menyuarakan tentang khilafah.

Hal ini jelas, moderasi beragama menjadi program pemerintah melawan radikalisme dan terorisme. Radikalisme, ekstremisme, dan terorisme seolah-olah menjadi virus atau permasalahan utama negeri ini. Adapun moderasi beragama digadang-gadang sebagai penawar alias solusi bagi radikalisme.

Langkah selanjutnya yang ditempuh pemerintah adalah menguatkan posisi kelompok moderat. Hal ini senada dengan apa yang diuraikan oleh Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Prof. Irfan Idris. Dia mengatakan, Pemerintah harus bersama kelompok-kelompok moderat untuk meminimalisasi penyebaran pemahaman radikal keagamaan di Indonesia. Upaya moderasi yang digaungkan hari ini justru menjadi masalah besar dan mengakibatkan umat jauh dari ajaran Islam kafah. Moderasi bagian makar yang dibuat oleh musuh Islam untuk mencegah penegakkan Islam dimuka bumi. Bahkan melalui lembaga pemikiran di Amerika Serikat.yaitu Rand Corporation, mereka telah membagi Islam menjadi empat kelompok. Di antaranya Islam radikal/fundamentalis, modernis, tradisional, dan sekuler/moderat.

Islam radikal/fundamentalis adalah Islam yang harus diwaspadai dan dicegah penyebarannya. Namun, yang kita lihat permasalahan radikalisme bukan isu krusial yang dihadapi oleh rakyat. Mereka tidak mempermasalahkan para penceramah yang dianggap radikal, justru merekomendasi ustaz yang masuk daftar sebagai pencermaah radikal untuk diundang dan didengarkan tausiahnya. Ini menunjukkan bahwa para ustaz yang dituding radikal tersebut justru dicintai umat.

Lalainya Periayahan Pemerintah

Pemerintah seperti menutup mata melihat kondisi rakyat saat ini. Dimana rakyat sangat membutuhkan kecukupan ekonomi yang sejahtera. Namun pemerintah malah sibuk mengkampanyekan isu radikalisme. Akibatnya, persoalan tidak terselesaikan, berlarut-larut, dan memunculkan masalah turunan. Seperti kisruh minyak goreng yang berawal dari ketundukan pada para kapitalis sehingga harga melejit. Lantas memunculkan masalah baru yaitu penimbunan dan 'panic buying' sehingga operasi pasar tak lagi solutif. Masalah minyak goreng pun tidak kunjung usai, sementara penguasanya sibuk membahas radikalisme.

Inilah buah dari kapitalisme dimana rakyat yang menjadi tumbal atas keserakahan para penguasa. Katanya demokrasi dari rakyat dan untuk rakyat, namun yang terjadi rakyatlah yang menjadi korban. Tidak ada Periayahan secara optimal kepada rakyatnya. Mereka sibuk memenuhi pesanan segelintir pengusaha kapitalis demi kedudukan dan materi.

Gambaran tersebut seperti yang dikatakan oleh Rasulullah saw. sebagai seburuk-buruknya pemimpin dalam hadis,

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah kalian cinta kepada mereka dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian ialah kalian benci kepada mereka, dan mereka pun benci kepada kalian. Kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” (HR Muslim No. 3447)

Bagaimana Solusi Islam?

Jelas sudah, proyek melawan radikalisme hanyalah akal-akalan agar umat menerima moderasi dan tidak menghendaki penerapan Islam kafah dalam bingkai khilafah. Ajaran Islam akan terus mengalami penghinaan selama sekularisme terus dijalankan. Sebabnya, sekularisme yang menjadi akar masalahnya. Karena itu mencampakkan sekularisme beserta ide-ide turunannya harus dilakukan. Akibat penerapan sekularisme umat jauh dari Islam, padahal solusi terhadap aneka kerusakan tersebut semuanya ada dalam Islam. Tak hanya itu, umat bahkan buta tentang Islam. Umat pun menempatkan Islam hanya sebagai agama ritual, sementara aspek politiknya ditinggalkan.

Misi kita saat ini adalah mengganti sistem kapitalisme sekuler yang rusak dan merusak ini dengan sistem yang sahih, yakni Islam. Untuk itu perlu dakwah masif kepada umat agar mereka paham tentang keunggulan Islam. Sudah jelas bahwa dengan menerapkan Islam kafah, negeri ini akan terhindar dari kemurkaan Allah. Dan Allah akan bukakan keberkahan dari pintu langit maupun bumi, sebagaimana firmanNya: 

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (TQS Al A’raf [7]: 96)

 Wallahu 'alam. [Dft]

Posting Komentar

0 Komentar