Subscribe Us

ISLAM PASTI MENANG!

Oleh Kiki Firmansyah
(Kontributor Vivisualitetasi)


Vivisualiterasi.com-Hingga memasuki awal pertengahan tahun ini, potret dunia Islam belum menunjukan kecerahan nuansa yang menjanjikan. Krisis ekonomi dan politik masih membayangi sebagian besar umat Islam. Arogansi Amerika Serikat (AS) ditumpahkan terang-terangan di depan mata kaum muslimin tanpa mendapatkan perlawanan berarti. Negara-negara muslim di Timur tengah, Afrika, dan Asia menjadi objek politik luar negeri yang diarahkan bagi kepentingan AS. 

Kondisi memprihatinkan ini memunculkan banyak pertanyaan di benak kita, harus beginikah umat Islam? Akankah Islam menjadi kekuatan baru yang mampu mendominasi dunia? Tidak salah kiranya apabila kita membuka kembali lintasan sejarah perjalanan umat ini kemuculannya. Menengok peradaban yang mampu bertahan selama 13 abad, sebelum akhirnya tenggelam dalam dominasi Barat yang kapitalis.

Dimulai dari kota kecil Madinah, komunitas umat Islam dipimpin langsung oleh Rasulullah saw. Penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, interaksi, dan misi dakwah serta jihad dikomandoi langsung oleh beliau. Kehidupan kaum muslimin berlangsung dalam warna yang khas, dibangun dengan nuansa akidah Islam. Ayat-ayat Al Qur’an yang turun pada kurun waktu tersebut menjelaskan hukum-hukum dalam hal kemasyarakatan (uqubat, muamalah, jihad, dan lainnya).

Perkembangan Islam

Seiring dengan turunnya syariat, umat Islam berinteraksi dengan masyarakat luar baik di Madinah dan sekitarnya maupun dengan kabilah-kabilah di seluruh Jazirah Arab. Konsep masyarakat baru yang dilandasi tauhid ditanamkan kepada mereka. Hal ini menimbulkan pergulatan pemikiran, pertarungan politik, hingga benturan fisik, atau peperangan. 

Sejarah mencatat perdebatan antara kaum muslimin dengan masyarakat Yahudi dan Nasrani, Perang Badar, pengusiran Bani Qanuiqa, persoalan-persoalan kaum munafik dalam negeri, perang Ahzab, Perjanjian Hudaibiyah, pengiriman utusan-utusan ke negara tetangga, Perang Kaibar, Perang Khandaq, Perang Mut’ah, futuhat Mekah, Perang Hunain, dan Perang Tabuk.

Pertumbuhan masyarakat yang unik baru muncul di permukaan bumi tersebut dalam tempo 10 tahun berkembang dari "negara kota" yang hanya meliputi satu kota Madinah, menjadi "negara besar" baru yang meliputi seluruh Jazirah Arab. Perang Tabuk menandai mantapnya kekuatan Islam baru tersebut dalam menjaga tapal batasnya. Setelah turun surah At-Taubah, kaum musyrikin yang masih menyembah berhala melaksanakan haji dengan kemusyrikannya dan berthawaf dengan telanjang. Diberi tempo 4 bulan untuk memilih, masuk Islam atau mati. Dengan demikian, bersihlah Jazirah Arab dari noda-noda kemusyrikan dan Daulah Islam yang baru tegak dengan asas akidah Islam siap untuk menyerbarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.

Penaklukan demi penaklukan (futuhat Islam) dilakukan oleh kaum muslimin untuk menyerbarkan dakwah Islam bukan untuk menjajah dan mengeksploitasi bangsa-bangsa yang ditaklukan dari kehidupan sulit serta sistem peraturan hidup yang rusak. Futuhat Islam dilakukan tanpa mempertimbangkan kesulitan dan kemudahan, juga tanpa melihat penerimaan atau penolakan penduduknya. Tidak dibedakan antara penaklukan Mesir yang kaya raya dengan Afrika Utara yang miskin dan sulit ditaklukan. Sebab penaklukan Islam hanya demi dakwah Islam.

Pasukan kaum muslimin yang melaksanakan futuhat, di dalamnya juga terdapat para ulama dan ahli-ahli baca tulis Al Qur’an termasuk juga para ulama yang berpindah dari Darul Islam ke negeri-negeri yang baru dibuka. Oleh karena itu di negeri-negeri tersebut mereka mengajarkan Al Qur’an, hadis, dan Bahasa Arab. Terjadilah gerakan kultural Islam (harakah tsaqafah Islamiyah).

Gerakan ini sangat berpengaruh pada penduduk negeri-negeri yang ditaklukan lantaran kekuatan dan kebenaran mabda (ideologi) Islam. Mereka berbondong-bondong masuk Islam, tanpa dipaksa. Dengan pengajaran tsaqafah Islamiyah dan penerapan hukum Islam secara praktis, bangsa-bangsa Mesir, Persia, Syam, Afrika Utara, dan Spanyol (Andalusia) mengalami perubahan besar. Mereka yang tadinya berbeda-beda kebangsaaan, bahasa, perundangan, dan tsaqafah telah menyatu menjadi satu umat, yakni umat Islam.

Dengan demikian masyarakat yang tumbuh di Madinah dan Jazirah Arab telah berkembang ke daratan Asia, Afrika, dan Eropa. Wilayah yang begitu luas itu, dihuni oleh manusia yang berbeda warna kulit, bahasa asli, dan kesukuan serta kebangsaan, kepercayaan dan pemikiran sebelumnya menjadi satu masyarakat. Masyarakat yang islami, kemudian menorehkan sejarah gemilang kejayaan Islam. Suatu peradaban yang unik, maju, disegani, menjungjung tinggi ilmu dan mendominasi peradaban dunia.

Titik Balik Peradaban Islam

Masyarakat Islam mengalami titik balik pada pertengahan abad 18 M, setelah terjadi perang kebudayaan dan kristenisasi. Sekian lama kaum muslimin mengalami stagnasi akibat kurangnya perhatian terhadap Bahasa Arab dan perkembangan pemikiran ilmu pengetahuan serta proses panjang kebekuan pemikiran lantaran adanya paradigma penutupan pintu Ijtihad (abad 4 H) mayoritas masyarakat bertaklid dan kondisi ini tidak mendapat perhatian serius dari kebanyakan ulama dan negara.

Pada saat yang sama, sebagian kaum muslimin khususnya kaum intelektual begitu terpesona dengan peradaban dan pemikiran barat dalam bentuk materi yang telah melaju dengan pesat menemukan  kemajuannya (antara abad 16-18 M). Ini mendorong mereka berbondong-bondong menuntut ilmu ke Eropa. Pergesekan Islam dengan peradaban barat yang semula sebatas aspek materi (teknologi) berkembang memasuki ke bidang peradaban. 

Pandangan-pandangan politik, serta produk pemikiran (tsaqafah) barat menjamur, dan ini dihadapi sebagai solusi kebaikan bagi umat yang sedang sekarat berat dalam Khilafah Utsmaniyah.

Kekuatan Islam yang bertumpu pada kekhilafahan Utsmaniyah semakin limbung dan tersungkur ketika mengalami kekalahan dari sekutu (1917) pada Perang Dunia I, setelah sebelumnya terjadi berbagai kelemahan, masuknya pengaruh barat, terhentinya politik luar negeri dan jihad fii sabilillah stelah masuk ke LBB (cikal bakal PBB) pada 1856. Berbagai goncangan dari dalam dan luar memperburuk kondisi Turki Utsmani. Sejarah panjang selama 13 abad bermula dari negara kecil Madinah yang dibangun Rasulullah saw., dilanjutkan khulafaur Rasyidin, Daulah Ummayah, Daulah Abbasiyyah, terakhir Daulah Utsmaniyah telah memayungi kaum muslimin selama ini, diruntuhkan 3 maret 1924. Kekhilafahan diubah oleh Mustafa Kemal Attaturk menjadi Republik Turki yang berbasis semangat nasionalisme (sekularisme). 

Kemudian berlanjut dengan sekularisasi besar-besaran di pusat Daulah tersebut, setelah runtuhnya khilafah, pada April 1924, Mustafa Kemal Attaturk menghapus Makamah Syariah di Turki, suatu pengadilan yang selama ini hanya menggunakan syariat Islam. Kemudian diganti undang-undang sipil Swiss pada Oktober 1925. Bahkan kata agama adalah Islam dari UUD Turki pun dihapus pada 10 April 1928.

Runtuhnya khilafah Islamiyah menyebabkan negeri-negeri kaum Islam dikontrol dan diperintah langsung oleh penjajah Barat. Mereka segera menerapkan sistem peradaban barat yang kufur di negeri-negeri Arab dan wilayah Islam lainnya. Mereka menyusun kurikulum pendidikan berdasarkan atas asas peradaban dan kebudayaan Barat (sekularisme). Mereka menjadikan peradaban, pemikiran hidup, struktur negara, sejarah, dan lingkungan mereka sebagai standar untuk otak kaum muslimin. Bahkan mereka memutarbalikan fakta. Kaum muslimin menganggap mereka kaum yang lebih mulia, bangsa teladan, dan sebuah kelompok kuat. Kaum muslimin harus berjalan bersama mereka dalam menempuh kehidupan umat Islam dijalankan cara orang lain (barat) berpikir.

Pengaruh peracunan tsaqafah barat (westoxication) tak terbatas pada kalangan terpelajar saja, tetapi merata kepada masyarakat secara umum paham-paham nasionalisme, patriotisme, sosialisme, serta paham kedaerahan yang sempit telah meracuni umat Islam. Konsep-konsep politik yang dalah seperti Demokrasi (kedaulatan di tangan rakyat) kemustahilan berdiri Daulah Islam dan bersatunya negeri-negeri Islam dengan adanya perbedaan kultur, penduduk, dan bahasa, mereka (barat) dengungkan ke tengah-tengah kaum muslimin. 

Akibat proses peracunan tersebut, masyarakat di negeri-negeri Islam, termasuk negeri-negeri Arab, mengalami perubahan yang luar biasa. Kehidupan Islami yang sebelumnya berlangsung diliputi oleh pemikiran dan hukum-hukum Islam, tercerabut total dari kaum muslimin. Yang tersisa hanya fiqh munakahat (nikah, talak, rujuk, cerai) dan sebagian kecil hukum Islam lainnya.

Kaum muslim tercerai berai terdiri dari 50 negara yang kerdil dan lemah. Banyak sudah krisis yang terjadi yang menimpa negeri-negeri kaum muslimin tidak bisa mereka selesaikan sendiri. Sebab yang paling utama adalah masing-masing negeri Islam menggantungkan berbagai sisi politik maupun ekonomi mereka kepada negara-negara adidaya yang berkepentingan memperthahankan dominasi mereka di negeri-negeri Islam dalam berbagai bentuknya.

Sekarang umat Islam di seluruh dunia merasakan nasib yang nista. Umat sedang menangisi kekalahan yang sangat mengerikan. Yang belum pernah dialami umat Islam di masa lalu. Terbersit pertanyaan di benak kita: adakah umat Islam akan kembali memimpin dunia dan mengalahkan peradaban-peradaban rusak yang kini sedang berkuasa?

Bila kita menengok isyarat-isyarat yang tercantum dalam Al Qur’an dan As-Sunnah nampaknya kita harus membuang jauh-jauh rasa pesimis di atas. Karena Allah Swt. telah menurunkan Islam dengan memastikan akan dimenangkan atas segala agama-agama. Paham-paham serta ideologi-ideologi lain (QS. As Shaff:9) bahkan Allah Swt telah menegaskan di ayat ke 139 surah An Nisa, bahwa semua kemuliaan adalah milik Nya (QS Yunus: 65 ; Fathir: 10; Al Munafiqun: 8) orang-orang kafir tidak akan diberi kesempatan untuk melumpuhkan kekuatan Islam (QS. An Nuur: 24).

Sudah menjadi keharusan bagi kaum muslimin yang senantiasa percaya kepada janji Allah Swt. dan yakin akan pertolongan Nya. Jika Allah Swt berkehendak untuk membinasakan suatu bangsa bagi Nya mudah saja. Biarpun negara itu besar, kuat dan super power tapi bila Allah mengehendaki hancur, maka hancurlah! rezim Fir’aun, Namrudz, kaum Ad dan Tsamud telah menjadi bukti.

Hanya saja semua akan kembali kepada kaum muslimin sendiri. Maukah mereka meraih kemenangan. Dan kemenangan di sisi Allah Swt yang akan membuat umat ini unggul adalah umat Islam sendiri. Allah Swt berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum sebelum mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri".
..., (QS. Ar Ra’ad: 11). Wallahualam.
[Dft]

Posting Komentar

0 Komentar