Subscribe Us

DEISLAMISASI IMBAS KETIADAAN INSTITUSI

Oleh Wilma Indah MTY
(Aktivis Dakwah) 


Vivisualiterasi.com-Direktur Keamanan Negara Badan Intelijen Keamanan Polri, Brigjen Pol Umar Effendi membeberkan pihaknya akan melakukan pemetaan terhadap masjid-masjid untuk mencegah penyebaran paham terorisme. Pernyataan itu disampaikan dalam agenda Halaqah Kebangsaan Optimalisasi Islam Wasathiyah dalam Mencegah Ekstremisme dan Terorisme yang digelar MUI disiarkan di kanal YouTube MUI, Rabu, 26 Januari 2022. (cnnindonesia.com)

Tidak hanya masjid, pondok pesantren menjadi target pencegahan penyebaran radikalisme. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI membeberkan 198 pondok pesantren yang terafiliasi dengan sejumlah jaringan teroris. "Terafiliasi 198 itu antara lain bisa jadi terafiliasi secara ideologi tadi. Kedua, bisa jadi mereka terafiliasi memang ada kolaborasi, ada koneksi ataupun kerja sama antara mereka," kata Brigjen Ahmad Nurwakhid selaku Direktur Pencegahan BNPT RI. (cnnindonesia.com, 28/1/2022)

Menanggapi hal ini, berbagai tokoh berkomentar dan tidak sedikit yang menyayangkan tindakan BNPT untuk melakukan pemetaan terhadap masjid maupun pondok pesantren. Ketua Mejelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH. Muhammad Cholil Nafis mengatakan kebijakan BNPT yang tidak merinci data sejumlah pesantren tersebut tidak seharusnya dilakukan, hal ini untuk mencegah adanya praduga buruk pada pesantren dan membuat masyarakat tidak merasa terusik. (www.nu.or.id, 31/1/2022)

Sekretaris Jenderal MUI Pusat, Buya Amirsyah Tambunan juga menanggapi informasi terkait dengan ratusan pesantren yang disebut terafiliasi dengan terorisme, "Bagi saya kelompok ekstrim terorisme ada pada  kelompok ekstrim kiri seperti KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) di Papua, namun tidak pernah diungkap ke publik sebagai kelompok terorisme. Jadi jangan seolah-olah kelompok pesantren yang di sasar. Ini sikap yg tidak mencerminkan keadilan sesuai Pancasila sila ke empat Keadilan soasial bagi seluruh rakyat Indonesia," (Republika.co.id, 21/1/2022)

Dalam proyek deradikalisasi ini, rencana pemetaan terhadap masjid membuat  muslim merasa diperlakukan tidak adil. Mengapa hanya tempat peribadatan Islam saja yang dipetakan, sedangkan tempat ibadah agama lain tidak pernah diusik, bahkan aparat mengerahkan pasukan untuk melindungi tempat ibadah ketika mereka sedang melaksanaan hari raya. 

Jika melihat belahan bumi lainnya seperti di India, genosida terhadap muslim justru dilakukan oleh kelompok beragama Hindu, namun tidak pernah ada yang menyebut mereka sebagai kelompok radikal ataupun teroris. Selain itu AS, Inggris, Australia, Israel serta Bush, Howard, Ariel Sharon yang melakukan kekerasan hingga tangan mereka basah oleh darah kaum muslim di Irak, Afganistan dan Palestina juga tidak disebut teroris. Dengan demikian, jelas bahwa definisi terorisme hanya ditujukan kepada kelompok Islam.

Demikian  juga yang terjadi di negeri ini. Hanya Islam yang selalu dituduh sebagai kelompok radikal ataupun teroris. Proyek deradikalisasi mereka gembor-gemborkan dengan alasan klasik yaitu setiap kelompok yang ingin memecah belah NKRI, maka kelompok itu disebut radikal. 

Padahal disaat yang sama ada kelompok-kelompok yang terbukti menggunakan senjata untuk mengancam  keutuhan bangsa ini seperti kelompok Ekstrim KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) di Papua. Bahkan aparat keamanan sudah banyak yang menjadi korban sasaran mereka. Jangankan dikatakan kelompok radikal ekstrimis, justru perlakuan yang diberikan penguasa terhadap kelompok tersebut tidak tegas, bahkan dikatakan bahwa mereka adalah saudara kita. 

Tindakan pemetaan terhadap masjid dan pondok pesantren ini membuktikan secara nyata bahwa negeri ini sedang berperang melawan Islam dan para pengusungnya yang menginginkan Islam tegak secara menyeluruh dalam kehidupan. Islamophobia telah lama tampak dalam kebijakan-kebijakan yang diambil oleh penguasa negeri ini. Hal ini dikarenakan penguasa di negeri muslim hari ini mengikuti arahan Barat untuk mencegah kebangkitan Islam.

Proyek deradikalisasi dimainkan oleh AS setelah sebelumnya mereka menggencarkan proyek perang melawan terorisme (War on Terorism) pasca hancurnya gedung WTC pada tahun 2001 silam. Proyek ini ditujukan untuk menjauhkan muslim dari agamanya. Seperti salah satu program yang dilakukan untuk mendukung proyek deradikalisasi adalah program moderasi beragama. 

Muslim dilarang untuk mengambil Islam dengan kafah atau menyeluruh dalam kehidupan, namun hanya diarahkan untuk mengambil Islam dengan parsial atau sebagian saja dan meninggalkan sebagian yang lain. Proyek ini juga telah membuat muslim tidak percaya diri dengan identitas keislamannya. Dengan demikian, proyek ini dapat disebut sebagai sekulerisasi bahkan deislamisasi terhadap penduduk di negeri mayoritas muslim ini. 

Oleh karena itu, sikap yang seharusnya diambil oleh seorang muslim adalah senantiasa menumbuhkan sikap politik ke dalam dirinya agar ia tidak mudah terjebak oleh propaganda yang digencarkan oleh musuh Islam, seperti deradikalisasi ini. Umat muslim harus terus berjuang untuk beramar ma’ruf nahi mungkar di tengah masyarakat. Tidak pantang menyerah untuk menyebarkan Islam kaffah meskipun musuh Islam selalu berusaha menghambat dengan propaganda-propaganda yang mereka lakukan. 

Seperti halnya firman Allah dalam ayat berikut yang artinya,

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.“ (QS. Ali Imran: 110)

Dengan keteguhan kaum muslim dalam beramar ma’ruf nahi munkar maka akan membuat kaum muslim menjadi umat yang terbaik di antara golongan umat lainnya. Sekalipun bara sunnah Rasulullah yang digenggam kaum muslim sangat panas namun mereka tidak boleh melepaskannya walaupun sekejab, karena ketika mereka berlepas diri dari tanggung jawab yang diembankan Allah kepada mereka maka mereka akan menjadi kaum yang terhinakan. 

Rasulullah saw, bersabda; 

“Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya, ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahn.” Seseorang bertanya, "Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Nabi  bersabda, ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR. Abu Dawud)

Demikianlah gambaran umat muslim hari ini yang tidak jauh berbeda dari keadaan yang disampaikan oleh Rasulullah. Gelar umat terbaik seakan jauh dari pandang, lebih tepat dikatakan bahwa umat Islam hari ini seperti buih di lautan. Hingga berapapun jumlahnya tidak sedikitpun menggetarkan musuh Islam. Keadaan yang demikian tidak lain karena tidak adanya perisai yang melindungi umat Islam, yaitu institusi khilafah dan seorang pemimpin amanah yang disebut khalifah. 

Namun percayalah bahwa kemenangan pasti akan datang. Karena Allah tak pernah mengingkari janji-Nya, pun Rasulullah tak mungkin salah mengabarkan berita gembira. Bahwa setelah zaman kegelapan ini akan ada zaman yang terang benderang oleh cahaya Islam. Islam akan tegak dengan kafah, dengan pemimpin amanah yang siap menjadi tameng untuk semua umat muslim di dunia. 

Tinggal kita, di manakah posisi kita ketika Islam tegak? Apakah kita akan menjadi pendukung, penonton, penjegal, atau penghalang? Pilihan ada di tangan kita. Namun satu hal yang perlu kita ketahui bahwa posisi kita menentukan seberapa kualitas kita di akhirat kelak. Wallahu a'lam.[NFY]

Posting Komentar

0 Komentar