Subscribe Us

PARENTING WASATHIYAH DAN KEBANGSAAN, MENYEMAI MODERASI SEJAK DINI

Oleh Juniwati Lafuku, S. Farm. 
(Pemerhati Sosial) 


Vivisualiterasi.com-Menjelang akhir 2021, isu moderasi beragama terus diaruskan di tengah publik. Tak hanya itu, gagasan akan pentingnya penanaman nilai moderasi beragama juga dimasukkan kedalam kurikulum parenting. 

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta mengenalkan model parenting atau pola asuh kebangsaan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi keluarga dalam menumbuhkan semangat dan jiwa nasionalisme anak sejak usia balita.

“Dari survei kecil-kecilan yang kami lakukan, peran keluarga untuk mengenalkan wawasan kebangsaan masih perlu ditingkatkan. Makanya, kami melakukan intervensi dengan mengenalkan pola asuh berwawasan kebangsaan,” kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta Budi Santosa di sela peluncuran Program Parenting Kebangsaan Yogyakarta. (antaranews.com, 02/11/2021) 

Anak dan Pola Asuh Moderat

Sebagian pihak menilai persoalan radikalisme dan terorisme di Indonesia sudah sangat kian berbahaya. Bahkan, aksi tersebut telah menyeret anak-anak di dalamnya. Misalnya saja, bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya pada 2018 yang melibatkan empat anak yang notabenenya masih sekolah. Bahkan yang menyedihkan dua diantaranya masih di tingkat sekolah dasar. Oleh karena itu, mereka berupaya untuk berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan tersebut dengan pengabdian di lembaga pendidikan dasar Islam, yakni Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) dengan kerangka besar moderasi beragama. Kegiatan yang dijalankan ada dua, yakni parenting bernuansa wasathiyah dan perpustakaan Qur’ani. Maka, sedini mungkin bibit radikalisme dan ekstrimisme dapat di pangkas. 

Nyatanya, radikalisme dan ekstrimisme bukan paham yang lahir dari ajaran Islam yang luhur. Islam tidak mengajarkan muslim untuk menjalankan praktik agama dengan berlebihan dan mengganggu agama lain. Apalagi hingga merusak tempat ibadah agama lain. 

Dalam Islam, toleransi bukan berarti membenarkan praktik agama lain. Hal tersebut justru lebih mengarah pada paham pluralisme yang mengakui semua ajaran agama adalah sama. Umat Islam harus berpegang teguh pada agamanya tanpa mencampuradukkan yang 'haq dan bathil'. Amat jelas batas diantara keduanya karena telah ditetapkan oleh Allah. 

Tindakan ekstrim seperti terorisme juga tidak berasal dari Islam. Justru Islam melarang keras perilaku membunuh tanpa alasan yang 'haq'. Tuduhan ini jelas tidak beralasan karena secara normatif Islam sangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ

"Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi". (Q.S. Al-Maidah: 32)

Islam sangat menjamin setiap makhluk hidup di muka bumi. Bahkan ketika menyembelih hewan saja ada tata caranya. Kalaupun ada muslim yang melakukan tindakan ekstrim, itu semua muncul karena dangkalnya pemahaman agama. Namun, bukan berarti seenaknya saja melabeli Islam sebagai agama radikal dan ekstrim. Yang salah adalah personal orangnya, bukan ajaran Islamnya.

Jika kita mencermati lebih dalam, sebenarnya yang mengancam anak kita hari ini adalah gempuran budaya permisif yang datang dari propaganda Barat. Nilai-nilai liberal dan hedonis terus bermunculan melalui kanal informasi yang memunculkan nuansa seksualitas. Maka wajar, tingkat seks bebas, hamil di luar nikah hingga aborsi kian tinggi. Diikuti dengan beragam tindakan kriminal lainnya. 

Anak-anak tidak tumbuh sesuai fitrahnya, justru banyak yang durhaka secara terang-terangan. Sebagai contoh melaporkan orang tuanya ke pihak berwenang karena alasan sepele.

Menundukkan Paham Moderat Dengan Proporsional

Setiap keluarga muslim pasti mendambakan anak yang salih dan salihah. Karenanya, para orang tua akan mendidik anak-anak mereka sedari kecil sesuai ajaran Islam. Berharap kelak anaknya menjadi penyambung amal orang tua kala tiada. Pendidikan yang diberikan tentu sesuai dengan fitrah, sesuai dengan firman Allah.
 

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

 

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Dalam hadis riwayat dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Setiap anak terlahir dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari Muslim)

Hal ini merupakan tugas para orang tua di zaman ini. Era millenial dan baby boomers dengan kondisi lingkungan fisik maupun digital yang tak sesuai fitrah manusia, cenderung mengantar manusia pada "kegagalan" (Failure era). 

Fitrah manusia adalah menghamba kepada Allah Swt. sepenuhnya karena ia adalah makhluk terbatas yang membutuhkan Ilah (Tuhan) yang Maha Agung. Menjadi hamba yang “lurus” bermakna ‘beriman sepenuhnya kepada Allah Swt. dan bertakwa kepada-Nya’. Bukan setengah-setengah mengambil aturan-Nya yang disukai saja lalu mengabaikan aturan lainnya. Bukan pula bersikap moderat yang cenderung mengambil jalan tengah. Pembentukan karakter moderat pada anak justru harus kita hindari. Sejak dini, kita harus mengajarkan anak mana hal yang baik dan buruk, benar dan salah, terpuji dan tercela. Anak harus paham cara bersikap baik, benar, dan terpuji. Bukan sebagai dogma atau paksaan tetapi memang yang baik, benar, dan terpuji itulah yang mendatangkan kebaikan untuk hidupnya kelak.

Anak muslim memiliki karakter baik dan terpuji bukan sekadar pilihan, tetapi ada balasan pahala berlimpah dari Allah Swt. untuk setiap hamba-Nya. Itu adalah sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayangnya Allah Swt. Menjadi anak salih dan salihah adalah kewajiban, bukan pilihan. Anak-anak inilah kelak yang akan memimpin peradaban dan mendapatkan gelar umat terbaik. 

Wallahu a'alam. [Ng]

Posting Komentar

0 Komentar