Subscribe Us

HIDUP SURAM TANPA ISLAM

Oleh Ema Darmawaty 
(Kontributor Vivisualiterasi.com)


Vivisualiterasi.com-Tahun 2021 telah berlalu tapi problematika umat masih saja bergelayut seolah tak mau pergi dari sisi kehidupan kita. Ya, masalah pasti selalu ada di setiap kehidupan karena itu bisa jadi ujian bagi keimanan kita. Namun sayangnya, sebagian persoalan yang ada karena ulah perbuatan manusia itu sendiri. 

Belum selesai satu persoalan, muncul lagi persoalan baru. Jika kemarin jagat dunia maya dan dunia nyata dipenuhi dengan kisah seorang mahasiswi yang bunuh diri akibat depresi, buah dari kebebasan pergaulannya, sekarang kembali masyarakat dibuat tercengang dengan ulah seorang pemilik pondok pesantren yang memperkosa 12 santrinya bahkan ada yang sudah melahirkan. Na'udzubillahi min dzalik.
 
Pemilik dan Pengurus Pondok Pesantren Pondok Tahfiz Al-Ikhlas, Yayasan Manarul Huda Antapani & Madani Boarding School Cibiru, Bandung, berinisial HW tega lakukan pemerkosaan. Pelaku juga diketahui merupakan Ketua Forum Pondok Pesantren di Bandung. Ia juga diketahui menggunakan modus sekolah gratis untuk menarik para korbannya.

Kasus ini sudah dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Bandung, dan telah disidangkan sejak 18 November 2021. Hingga saat ini, persidangan masih dalam tahap pemeriksaan terhadap para saksi-saksi.

Terdakwa HW didakwa telah melanggar Pasal 81 ayat (1), ayat (3) jo Pasal 76.D UU RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo Pasal 65 ayat (1) KUHP untuk dakwaan primairnya. Ancaman hukuman 20 tahun penjara. 

Ada juga dengan kasus pencabulan yang melibatkan oknum guru yang korbannya merupakan sejumlah santriwati di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kanit PPA Satreskrim Polres Tasikmalaya, Aipda Josner Ali S. mengaku sudah menerima laporan tindak pidana pencabulan dari KPAID. Kepolisian masih mendalami dan memeriksa saksi korban sebanyak dua orang. Dan masih banyak kasus serupa yang  marak terjadi.

Kapitalisme Si Biang Kerok  

Apa yang terlintas dalam benak masyarakat tentang kasus ini? Ya, mengapa seorang pengasuh pondok pesantren atau guru ngaji yang notabene paham agama melakukan tindakan bejat tersebut? Kembali lagi nama Islam tercoreng. Alih-alih ingin memberikan pendidikan agama Islam kepada anak-anak malah di pondok atau tempatnya belajar baca Qur'an tersebut, justru kehormatan dan kemuliaannya terenggut. 

Kehidupan saat ini memang sudah sangat rusak. Pola pikir dan pola sikap manusianya sangat jauh dari Islam meski ia mengaku sebagai pemeluk agama Islam. Alam kapitalisme yang menyuntikkan sekularisme dan liberalisme dalam tubuh kaum muslim menjadikan muslim menjalani hidupnya penuh kebebasan tanpa aturan yang mengikat. Itulah kapitalisme, sebuah ideologi yang saat ini digenggam oleh sebagian kaum muslim. Urusan ibadah mahdoh ikut aturan Islam tapi untuk aktivitas kehidupan tak mau diatur oleh Islam. 

Maka tak heran dalam masyarakat mudah ditemukan orang-orang dengan tampilan muslim tapi pemikirannya jauh dari ajaran Islam yang tercermin dari amal dan lisannya yang jauh dari amal-amal ketakwaan. 

Sanksi atas pelanggaran terhadap hukum syariat tidak membuat jera karena yang dipakai bukan hukum Allah, melainkan hukum buatan manusia yang bisa diatur menuruti hawa nafsunya. Maka tak heran banyaknya masalah-masalah di tengah masyarakat karena aturan Allah Swt, Sang Khalik, tidak dilaksanakan. Terlihat dari banyaknya kasus kekerasan seksual misalnya yang bagaikan hilang satu tumbuh seribu. Itu satu masalah, belum lagi masalah-masalah yang lain. Pergaulan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial budaya yang juga punya persoalannya masing-masing.

Hanya Islam yang Menghantarkan Kebaikan

Dalam laporan lembaga riset global, Pew Research tercatat, pada 2010 Indonesia menempati urutan teratas sebagai negara berpopulasi muslim terbesar di dunia. Namun banyaknya kaum muslim di Indonesia tidak menjamin kehidupannya dijalankan sesuai syariat Islam. Bahkan sebaliknya, yang menjalankan Islam secara kafah justru dikriminalkan dengan sebutan radikalisme, intoleran, dan lain sebagainya. 

Sejarah membuktikan bahwa ketika Islam menjadi pandangan dan pegangan hidup maka peradaban gemilang mampu diraih. Ketakwaan masing-masing individu terjaga dalam pembinaan intensif oleh Daulah, sanksi pelanggaran syariat juga menimbulkan efek jera, sehingga seseorang berpikir ribuan kali untuk melakukan suatu tindak kejahatan. Dan ke semua itu dirasakan ketika kekhalifahan tegak. Di mana Daulah Islam pertama berdiri sejak Rasulullah saw menjadi kepala pemerintahan di Madinah hingga Islam menguasai 2/3 dunia. Tiga belas abad lamanya Islam menjadi mercusuar peradaban dunia, menjadi cahaya di tengah kegelapan peradaban Eropa pada saat itu. Memberikan kebaikan pada umat, menjadi pelindung dan perisai bagi kaum muslimin. Kebersihannya menjadikan umat sejahtera lahir batin. 

Jika saat ini kita sebagai muslim ingin merasakan peradaban emas itu kembali, maka bukan hal yang tidak mungkin untuk mewujudkannya. Mewujudkan kehidupan Islam di tengah masyarakat. Dengan begitu, masyarakat bisa hidup tanpa rasa khawatir, takut, dan miris seperti kehidupan saat ini. Wallahua'lam bish-shawab. [DFT]
 

Posting Komentar

0 Komentar