Subscribe Us

RAMAH OTAK DALAM ISLAM

Oleh Suci Riyani, S.E 
(Kontributor Media Vivisualiterasi.com) 


Vivisualiterasi.com-Ketua Yayasan Indonesia Mengaji, Komjen Pol. Syafruddin menyampaikan 65 persen dari jumlah penduduk Indonesia beragama Islam tidak bisa membaca Al Qur'an. Data ini mengacu pada kajian dan penelitian mendalam oleh organisasi dan tokoh-tokoh pemuda Islam. Dari semua penduduk Indonesia beragama Islam, yaitu 87,2 persen dari jumlah penduduk Indonesia, ternyata hanya 35 persen yang bisa membaca Al Qur'an, jadi 65 persen itu tidak bisa membaca Al Qur'an, apalagi hafiz Al Qur'an," ujar dia dalam soft launching 'Indonesia Mengaji untuk Kemakmuran dan Kedamaian Bangsa' secara daring. (Republika.co.id, 12/04/2021)

Melihat fakta di atas, persentase muslim di Indonesia khususnya yang tidak bisa membaca Al Qur'an sebesar 65 persen. Itu baru yang belum bisa membaca, bagaimana dengan kewajiban seorang muslim yang harus mentadabburi Al Qur'an, memahami  maknanya, dan minimal sedikit belajar tafsirnya? Tidak bisa dibayangkan, betapa jauhnya umat Islam saat ini dengan kitabnya. Bagaimana mau dijadikan sistem hidup, kalau hanya sekadar membacanya saja Indonesia bisa dikatakan belum memenuhi syarat.
 
Dari sini kita bisa belajar pendidikan di dalam Islam. Betapa sempurnanya Islam mengatur bagaimana mendidik sebuah generasi yang cerdas dan gemilang. Kalau ditarik ke belakang, kenapa orang yang tidak bisa baca Al Qur'an pada hari ini bisa terjadi, terlepas dari kemauan individunya. Ini terlihat dari sistem pendidikan kita hari ini yang memang bukan berasal dari Islam. 

Kalau berbicara masalah kurikulum, sangat berbeda sekali dengan kurikulum pendidikan di dalam Islam. Pendidikan dalam Islam, ketika anak usia dini justru harus dekat, belajar, membaca, dan menghafal serta sampai memahami makna dari isi Al Qur'an.

Mengutip pernyataan Ustaz Budi Ashari di channel youtubenya, anak usia 3-5 tahun harus didekatkan dan harus sampai pada level mengahafal dan memakai Al Qur'an.

Ternyata menghafal adalah awal dalam konsep pendidikan di dalam Islam. Jadi ini pekerjaan rumah orang tua, jika ingin anaknya cerdas maka sejak dini dekatkanlah pada Al Qur'an. 

Hal ini sekaligus membantah pernyataan Johann heinrich Pestalozzi yang menyatakan bahwa "menghafal itu tidak ramah otak". Wajar bila dia mengeluarkan statement seperti itu karena background dia memang tidak suka dengan hafalan. Berbeda dengan cara pendidikan di dalam Islam. 

Jadi wajar ketika dulu para ulama hafal Al Qur'an pada usia masih kecil. Imam Syafi'i Rahimahullah diserahkan oleh ibunya untuk menghafal Al Qur'an pada usia 4 tahun. Dan hafal Al Qur'an di usia 7 tahun. Imam Nawawi Rahimahullah diantar oleh ayahnya ke Maktab Rawahiyah untuk menghafal Al Qur'an pada usia 9 tahun, dan hafal sebelum baligh. Ibnu Hajar Al-‘Atsqalani disekolahkan ke Maktab untuk menghafal Al Qur'an pada usia 5 tahun, dan khatam usia 9 tahun. Imam Ibnul Jazaariy Rahimahullah selesai menghafal Al Qur'an pada usia 13 tahun. Sultan Muhammad Al Fatih pun hafal Quran di usia 7 tahun dan juga menguasai 7 bahasa pada usia masih belia. 

Begitulah seharusnya pendidikan di dalam Islam, anak pada dasarnya harus lulus terlebih dahulu hafalan Qur'annya, karena ilmu-ilmu lainnya seperti matematika, kimia, fisika, teknologi, dan ilmu duniawi lainnya bisa dipelajari setelah itu. Jadi tak heran kalau usia 21 tahun Muhammad Al-Fatih sudah menjadi Sultan dan mampu menaklukkan Konstantinopel. Kalau kita bandingkan di Indonesia, umur 21 tahun saat ini kita bisa apa?

Coba kita lihat jenjang pendidikan saat ini. Masa SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, Strata-I 4 tahun. Misalkan jumlah 16 tahun dididik, ditambah usia belum masuk SD 5 tahun jadi total 21 tahun dan itu belum bisa baca Al Qur'an apalagi belajar tafsir, hadis, dan yang lainnya.

Dari contoh sederhana ini bisa kita bandingkan umur 21 tahun Muhammad Al-Fatih sangat menakjubkan sekali bukan. Kalau boleh saya simpulkan ini akibat dari beda perlakuan pendidikan ala Islam Vs pendidikan ala kapitalisme. 

Ini baru salah satu kerusakan atau hancurnya generasi Islam tanpa menggunakan pendidikan yang sesuai dengan kurikulum Islam. Baru dari segi pendidikan, belum lagi dari ranah yang lain seperti ekonomi, politik, hukum, dan peradilan yang belum Islam. Sebenarnya semua akan sempurna jikalau syari'at Allah yang kita jalankan. Karena yang diinginkan Allah ada pada syari'at, kalau sekarang hanya yang bermanfaat untuk sesaat saja. Kalau mau Al Qur'an jadi sistem hidup, ya tidak bisa memang di sistem sekarang. Semua itu karena sistem sekarang bukan berasal dari Islam. Hanya pada sistem Islam, sistem hidup umat muslim sesuai dengan syari'at yaitu Daulah Islam.
 
Wallahu a'lam bishawab.[NFY]

Posting Komentar

0 Komentar