Subscribe Us

NAKES SULTRA MOGOK DAN SEGEL POSKO SATGAS COVID-19

Oleh Dewi Tisnawati, S. Sos. I 
(Pemerhati Sosial)


Vivisualiterasi.com-Posko satuan tugas penanganan Covid-19 Provinsi Sulawesi Tenggara disegel oleh anggotanya. Hal ini disebabkan honor tenaga kesehatan belum juga dibayarkan selama enam bulan terakhir ini. Salah satu anggota Satgas Covid-19 Sultra, yang enggan disebut identitasnya mengatakan, penyegelan posko dilakukan karena upah mereka belum dibayarkan sejak 6 bulan lamanya.

"Sudah 6 bulan honor kami itu belum dibayarkan. Mulai dari April sampai September sekarang." (Telisik.id, 07/10/2021)

Sementara itu, Kepala BPBD Sultra Muhammad Yusuf mengakui bahwa honor satgas Covid-19 Sultra belum dibayar. Penyebabnya karena sedang dilakukan review oleh BPKP, “Info dari BPKP minggu ini selesai. Setelah itu honor nakes baru bisa dicairkan. Karena sampai saat ini kami masih menunggu,” Kata Muhammad Yusuf. (Kendarinews.com, 7/10/2021)

Keterlambatan pembayaran honor satgas Covid, kata dia, bukan kali pertama terjadi. Bahkan ia mengaku sistemnya sudah seperti itu.

Fakta di atas menunjukkan bahwa nasib tenaga kesehatan di negara kapitalis masih jauh dari kata sejahtera. Sungguh miris, tenaga kesehatan yang berada di garda terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat tidak mendapatkan perhatian khusus. Kebutuhan tenaga kesehatan belum dianggap sebagai bidang pokok dalam masyarakat kapitalis sekuler. Kebutuhan pokok seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan belum terpenuhi. Persoalan mengenai tenaga kerja di bidang tersebut juga belum terselesaikan termasuk masalah honor. Sungguh akan mempengaruhi kinerja tenaga tersebut.

Berbeda dengan Islam dalam menyikapi hal tersebut. Dalam Islam kebutuhan akan pendidikan, kesehatan, dan keamanan dijamin oleh negara. Hal tersebut termasuk orang-orang di dalamnya akan dijamin hidupnya. Karena mereka yang akan memberikan pelayanan kepada masyarakat. 

Kesehatan merupakan salah satu hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu, kehadirannya sangat diperlukan apalagi dikala pandemi seperti saat ini. Konsep ini ternyata sudah ada sejak masa Rasulullah, juga pada masa kekhilafahan Abbasiyah. Salah seorang dokter dan merupakan ilmuwan bernama Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi menjadi sosok yang berperan dalam perjuangan jaminan kesehatan di masa Khilafah Abbasiyah.

Mengutip dari buku Menggagas Kesehatan Islam, perhatian di bidang kesehatan tidak hanya terbatas di kota-kota besar, bahkan di seluruh wilayah Islam sampai ke pelosok. Termasuk di dalam penjara-penjara sekalipun. Pada era itu, sudah ada kebijakan Khilafah dengan rumah sakit keliling. Rumah sakit ini masuk dari desa ke desa. Perlu dicatat, bahwa Khilafah saat itu benar-benar memberikan perhatian di bidang kesehatan dengan layanan nomor satu, tanpa membedakan lingkungan, status sosial, dan tingkat ekonomi.

Dalam hal penggajian, penguasa kaum muslim di masa lalu tak hanya mengandalkan anggaran negara. Karena mereka juga ingin mendapatkan pahala yang mengalir, maka mereka pun mewakafkan sebagian besar harta mereka untuk membiayai rumah sakit, perawatan, dan pengobatan pasiennya. 

Sebagai contoh, Saiffudin qalawun (673 H/1284 M), salah seorang penguasa di zaman Abbasiyah, mewakafkan hartanya untuk memenuhi biaya tahunan rumah sakit, yang didirikan di Kairo yaitu rumah sakit al-Mansuri al-Kabir.

Dari wakaf ini pula gaji karyawan rumah sakit dibayar. Bahkan ada petugas yang secara khusus ditugaskan untuk berkeliling rumah sakit setiap hari. Tujuannya untuk memberikan motivasi kepada para pasien dengan suara lirih yang bisa didengarkan oleh pasien, meski tidak melihat orangnya. 

Inilah gambaran pelayanan kesehatan dalam Islam sebagai role model terbaik bagi dunia, pelayanan kesehatan terbaik sepanjang masa, yang dilingkupi atmosfir kemanusiaan yang sempurna. Hal ini terwujud karena negara hadir sebagai penerap syariat Islam secara keseluruhan, termasuk yang bertanggung jawab langsung dan sepenuhnya terhadap pemenuhan hajat pelayanan kesehatan gratis serta berkualitas bagi seluruh rakyat.

Sejarah telah membuktikan satu-satunya sistem yang mampu memberikan pelayanan kesehatan terbaik, terlebih perhatian kepada tenaga kesehatan adalah sistem Islam. Mereka benar-benar disejahterakan sehingga dengan mudahnya menangani semua pasien tanpa pandang bulu. Keberhasilan ini tak lepas dari paradigma fungsi penguasa dalam sebuah negara. Syariat Islam telah menempatkan negara sebagai penanggung jawab urusan umat. 

Oleh karena itu, negara dalam sistem Islam akan hadir sebagai institusi periayah atau pengurus kebutuhan umat. Rasulullah saw. bersabda, ”Seorang imam (pemimpin) adalah ra’in (penggembala) dan dia bertanggung jawab atas gembalaannya (rakyatnya).” (HR. al-Bukhari). Wallahu a'lam. [IRP]

Posting Komentar

0 Komentar