Subscribe Us

BANJIR DAN LONGSOR AKIBAT EKSPLOITASI KAPITALIS

Oleh Ina Ariani 
(Pemerhati Kebijakan Publik dan Sosial)


Vivisualiterasi.com-Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita. Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita. Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang. 

Penggalan lirik lagu di atas adalah gambaran hampir seluruh negeri. Berbagai bencana mengguncang bumi pertiwi seperti kebakaran, gempa bumi, tanah longsor,  banjir bandang, dan lain-lain. Seperti yang baru-baru ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Tingginya curah hujan, mengakibatkan banjir dimana-mana.

Kalimantan yang terkenal dengan hutan lindungnya yang luas tak luput dari musibah banjir. Ahli Teknik Sumber Daya Air Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Prof. Dr. Henny Herawati mengatakan, salah satu faktor penyebab banjir di Kalimantan karena adanya konversi tutupan lahan seiring bertambahnya jumlah penduduk serta konversi lahan menjadi lahan budidaya. Faktor lainnya dipengaruhi jenis tanah, tutupan lahan, dan pengolahan lahan. Perubahan atau konversi lahan menyebabkan jenis tutupan lahan berubah yang mengakibatkan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) sehingga hidrografi aliran berubah menjadi tidak baik. (Merdeka.com, 07/11/2021)

Bukan hanya Kalimantan saja, banjir bandang pun berdampak di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Salah satu pemicunya karena adanya kerusakan kawasan hutan. (Merdeka.com, 08/11/2021)

Penyebab banjir adalah karena derasnya curah hujan dan tidak ada lagi tempat penyerapan air, akibat dari penggundulan hutan secara liar. Pohon ditebangi, dijual, dan diekspor. Hasilnya dinikmati oleh para cukong konglomerat (kapitalis) pemilik modal, dampaknya rakyat menjadi menderita. Namun, apabila rakyat kecil menebang pohon untuk kayu bakar saja mereka perkarakan, kena denda dan kurungan penjara.

Innalillahi, itulah kejamnya sistem

Seyogianya hal seperti ini bukan hanya dinilai sebagai musibah, tapi juga bermakna peringatan yang datang dari Allah Swt. kepada umat manusia. Kerusakan di muka bumi sesungguhnya tak lain adalah ulah perbuatan manusia yang pada akhirnya dirasakan oleh manusia sendiri. Musibah banjir secara ilmiah disebabkan oleh perbuatan manusia, yakni menebang hutan secara liar. Allah Swt. berfirman 

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Rum: 41)

Islam bukan hanya sekadar agama ritual saja, tapi memiliki aturan dalam kehidupan serta sistem. Dalam sistem Islam, pembangunan sarana dan prasarana publik sangat diperhatikan. Islam juga mengajarkan nilai-nilai yang berkaitan dengan lingkungan, dimulai dari kajian yang paling mendasar. Seperti budaya bersih dan tidak melakukan kerusakan di muka bumi. Manusia sebagai Khalifah di muka bumi yang diamanahkan Allah Swt. memiliki tugas berat dalam menjaga dan melestarikan alam, meskipun dalam Al Qur'an diceritakan bahwa makhluk Allah Swt. yang lain, yakni malaikat menyampaikan “protes” dengan mengatakan bahwa, untuk apa Allah Swt. menciptakan manusia yang diprediksi akan melakukan kerusakan di muka bumi (yufsidu fil ardh) dan melakukan pertumpahan darah (yasfikud dima”), dua prediksi malaikat menyangkut perilaku manusia yang sekarang diyakini sudah terbukti kebenarannya (QS. Al Baqarah: 30)

Di dalam Al Qur'an Allah Swt. telah memberikan gambaran dan petunjuk yang sangat jelas mengenai alam dan lingkungan yang menjadi landasan dasar sikap manusia terhadap alam semesta dan lingkungan.

الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al Baqarah: 22)

Ayat ini menjelaskan tentang kerusakan lingkungan, manusia yang sering tidak memperhatikan lingkungan, sikap manusia yang sering bertindak sewenang-wenang, bahkan kerusakan lingkungan tersebut sebenarnya adalah akibat  dari perbuatan manusia. Paradigma pemikiran manusia dewasa ini menganggap bahwa alam dan lingkungan hidup adalah harta berlimpah yang disediakan sebesar-besarnya untuk kepentingan kemakmuran umat manusia sehingga tak mengapa jika dieksplorasi dan dieksploitasi melampaui batas dan mengabaikan aspek keterpeliharaan dan keberlanjutan lingkungan. Dan merusak sumber daya alam itu sendiri. Akibatnya terjadi berbagai kerusakan lingkungan yang sudah sampai pada titik yang sangat mengkhawatirkan.

Oleh karena itu perlu adanya revisi ulang atas paradigma itu, bahkan dirasa perlu adanya revolusi  penyelamatan alam dan lingkungan hidup, dengan menghadirkan paradigma baru, yakni menambah aspek kecintaan manusia terhadap alam (falling in love with world), kemudian menumbuhkan kesadaran bahwa alam dan lingkungan ini adalah titipan Allah pada anak cucu kita, seribu bahkan sejuta tahun yang akan datang. Bukan warisan dari nenek moyang kita, agar kita tidak merusak lingkungan. Dan akhirnya hendaklah memasukkan nilai Islam ke dalam pemahaman, kajian serta kebijakan manusia terhadap alam dan lingkungan hidup, tidak melakukan tindakan-tindakan yang akan berakhir pada krisis lingkungan.

Islam mengatur manusia untuk tidak merusak alam, dalam arti mengeksploitasi sumber daya alam secara brutal yang berdampak kerusakan parah terhadap lingkungan, mengakibatkan banjir dan longsor. Manusia dapat memanfaatkan sumber daya alam sesuai dengan perintah Allah Swt. di dalam Al Qur'an dan hadis Rasulullah saw. tentang pelestarian lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

Korban jiwa dan kesengsaraan akan terus dirasakan oleh rakyat jika sistem demokrasi kapitalis sekuler belum diganti. Sistem kapitalisme telah nyata merusak tatanan sumber daya alam. Sistem ini juga menjadikan manusia berpikir untuk mendapatkan keuntungan dengan menghalalkan segala cara. Tak peduli meski kekayaan alam dikuasai segelintir yang bermodal tebal. Jelas kapitalis sumber segala bencana dunia. Melahirkan orang-orang serakah tamak akan kekuasaan.

Pertanyaannya, mampukah aturan-aturan manusia ala sistem kapitalisme ini membawa kemaslahatan bagi rakyat? Jawabannya akan sulit terwujud jika sistem yang digunakan masih menggunakan sistem kapitalisme. Padahal Allah Swt. dengan nyata telah menurunkan aturan-aturan terbaik bagi umat manusia.

Negara mesti mengelola hutan sesuai kebutuhan tanpa merusak dan mengganggu ekosistem yang ada di dalamnya. Negara benar-benar memperhatikan hal ini agar tidak terjadi penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan dalam mengelola SDA yang berakibat fatal bagi rakyat. Negara juga tidak boleh mengejar keuntungan untuk sekelompok pihak tertentu. Standar perbuatan ialah menggapai rida Allah Swt. semata, bukan keuntungan untuk penguasa atau pun kelompok tertentu.

Islam hadir untuk mengatasi semua permasalahan manusia. Semuanya dapat terwujud dalam sistem Khilafah, suatu institusi yang akan menerapkan hukum-hukum Allah Swt. yang bersumber pada Al Qur’an dan hadis. Khilafah akan membebaskan manusia dari keterpurukan dan kesengsaraan yang berkepanjangan dengan menerapkan syariat Islam. Islam memfungsikan segala sesuatunya sesuai hukum syara’, termasuk fungsi hutan. Khilafah akan mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, baik muslim maupun nonmuslim. Wallahu a’lam [IRP]

Posting Komentar

0 Komentar