Subscribe Us

KUTUKAN “GRAVEYARD OF EMPIRES”, AKANKAH AMERIKA JUGA MENGALAMINYA?

Oleh Asyifaun Nisa 
(Aktivis Mahasiswa dan Pegiat Literasi)


Vivisualiterasi.com-“Graveyard of Empires” atau “Kuburan bagi para peguasa” menjadi kutukan tersendiri yang dilabelkan kepada wilayah Afghanistan. Sebutan itu berasal dari kecenderungan historis bahwa kekuatan asing seringkali gagal dalam melakukan invasi mereka ke Afghanistan. Hingga saat ini, belum jelas siapa orang pertama yang melabelkan sebutan ini dan keakuratannya tentu masih menjadi perdebatan di tengah sejarawan dan ahli politik dunia.

Namun nyatanya selama sekitar 180 tahun terakhir ini, seluruh kekuatan negara adidaya tidak pernah benar-benar mampu menaklukkan wilayah Afghanistan dan harus membayar mahal atasnya. Meskipum mereka telah mengirimkan pasukan terbaik mereka. 

Sejak awal abad XIX masehi, Afghanistan menjadi wilayah sengketa “Great Game” yang diperebutkan antara Britania Raya dan Rusia untuk mulai masuk menguasai wilayah Asia Tengah. Peperangan besar anglo-Afghanistan berulang hingga 3 kali. Yaitu sejak 1839-1919 Masehi, namun ketiganya berakhir dengan kegagalan di tangan pasukan gerilya. Inggris harus membayar mahal atas berbagai kekalahan dan akhirnya memutuskan untuk hengkang dari wilayah Afghanistan. Upaya Inggris diakhiri dengan memberikan kemerdekaan kepada Afghanistan dan diangkatnya Emir Amanullah Khan sebagai pemimpin. Namun nyatanya pemberian kemerdekaan ini merupakan siasat Inggris untuk tetap menguasai Afghanistan melalui Emir Amanullah Khan. 

Pada saat itu, Revolusi Bolshevik telah mengurangi ancaman dari Rusia dan pada saat yang sama Perang Dunia I telah menguras dana perang Inggris. Ketertarikan Inggris kepada Afghanistan pun memudar. 

Amanullah Khan melakukan modernisasi terhadap pemahaman rakyat dengan meniadakan kewajiban menggunakan burqa dan mulai memasukkan budaya barat. Tentunya upaya modernisasi itu banyak ditentang masyarakat yang kental dengan pemahaman Islam, bahkan pertentangan itu memicu perang sipil yang terjadi selama bertahun-tahun. 

Tak cukup sampai disitu, pada 1978 Uni soviet mulai melakukan invasi besar-besaran ke mujahidin Afghanistan. Invasi yang dilakukan oleh Soviet ini paling berdarah untuk Afghanistan, dengan sekitar 1,5 juta korban tewas dan sekitar 5 juta orang harus mengungsi. Soviet mengerahkan pasukan terbaik mereka, hingga mampu menguasai Afghanistan selama beberapa waktu dengan mengubahnya menjadi negara Republik Demokratik Afghanistan. 

Namun, keberhasilan itu tak dirasakan lama oleh Soviet. Selama 10 tahun, terjadi perang ketika Uni Soviet berusaha mempertahankan pemerintahan Marxis-Leninis di Afganistan dari gempuran mujahidin. Tak lama berselang, Uni Soviet lalu mengumumkan bahwa seluruh pasukan mereka sudah ditarik dari Afganistan pada 15 Februari 1989. Hal ini tentunya sebagai bentuk kekalahan Uni Soviet terhadap kelompok mujahidin. Kekalahan perang ini memiliki dampak yang sangat besar bagi Soviet dan salah satu faktor pemicu pembubaran Uni Soviet pada 1991.

Negara adidaya ke-3 yang juga berusaha melakukan invasi adalah Amerika Serikat. Sejak 2001 Amerika Serikat dan para sekutunya yang tergabung dalam NATO mulai melancarkan invasi besar-besaran ke Afghanistan dengan dalih keterlibatan kelompok mujahidin taliban dalam melindungi Osamah Bin Laden pemimpin Al Qaeda yang dianggap bertanggung jawab besar atas serangan 911 yang terjadi di New York dan Washington. Setelah berhasil menjatuhkan Taliban pada 2003, pemerintahan AS menamakan Afganistan sebagai Negara Islam Transisi Afganistan.

Di bawah konstitusi baru buatan AS, negara tersebut resmi menjadi boneka milik AS yang bernama Republik Islam Afganistan. Namun, tak hanya sampai di situ, kekuatan perlawanan Taliban tidak bisa dianggap ringan oleh AS. Taliban terus melancarkan serangan kepada pemerintahan boneka yang mendapat sokongan penuh dari AS. Invasi Soviet di Afghanistan memang memakan lebih banyak korban jiwa dan menghabiskan banyak dana. Soviet menghabiskan sekitar US$2 miliar per tahun di Afghanistan. Sementara pada 2010-2012, Amerika membiayai perang melawan Afghanistan sebesar hingga US$100 miliar per tahun. Menurut data dari pemerintah AS sendiri. (bbc.com)

Setelah 20 tahun, perlawanan terhadap taliban akhirnya di bawah pemerintahan Joe biden AS resmi menarik mundur pasukan pada April 2021 dan mereka menyerahkan perlawanan kepada taliban sepenuhnya kepada militer Afghanistan. Apakah ini juga menjadi tanda berakhirnya Amerika sebagaimana yang terjadi pada Uni Soviet? Tentu tidak, ada yang tahu tentang masa depan. Namun sejatinya peristiwa ini cukup menjadi bukti lemahnya hegemoni musuh-musuh Islam dan pentingnya keutuhan wilayah kaum muslimin. 

Lepasnya Afghanistan dari wilayah kekhilafahan dan disusul dengan keruntuhan Kekhilafahan Ustmaniy menjadi penyebab utama konflik tak berujung mendera wilayah tersebut. Rakyat Afghanistan seolah terombang-ambing dalam berbagai hegemoni yang senantiasa bertentangan dengan Islam. Padahal saat Islam berkuasa, sejak futuhat yang dilakukan Asim bin Umar Attamimi pada masa Khalifah Umar bin Khattab hingga Abad ke-19. Afghanistan tak pernah terjadi konflik berkepanjangan di dalamnya. 

Maka patut bagi kita untuk memperjuangkan kembalinya perisai kaum muslimin yakni Khilafah Islamiyyah, yang mampu melindungi seluruh wilayah kaum muslimin dan berjuang melawan segala upaya hegemoni musuh-musuh Islam. Karena sejatinya Islam adalah solusi kehidupan hakiki dan Allah subhanahu wa ta’ala telah menjajikan kemenangan Islam dalam firmanNya: 

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nur: 55). Wallahu a’lam bishawab. [DFT]

Posting Komentar

0 Komentar