Subscribe Us

KISAH HANDZALAH DAN HIKMAH Al MAIDAH: 83

Oleh Nur Hayati 
(Aktivis Dakwah Remaja Surabaya)


Vivisualiterasi.com-Kisah Handzalah bin Abu Amir. Dikisahkan, seorang sahabat bernama Handzalah bin Abu Amir yang baru saja masuk Islam. Walaupun baru masuk Islam, kecintaanya kepada Rasulullah dan syariat yang dibawanya mengukir kisah terbaik yang bisa kita ambil hikmahnya. Di suatu waktu sebelum perang Uhud, Handzalah bin Abu Amir dengan tenang dan penuh keyakinan menikahi seorang wanita yang bernama Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul, anak dari sahabat bapaknya. Padahal, dia tahu dan mengerti betul bahwasanya esok hari dia akan berjihad membela kaum muslimin bertarung melawan kaum kafir Quraisy. Tetapi, dia memiliki niat untuk membahagiakan istrinya yang baru saja dinikahi, yaitu Jamilah. Handzalah bin Abu Amir meminta izin kepada Rasulullah bermalam dengan Jamilah. Handzalah sendiri pun tidak tahu, apakah keputusannya untuk menemani istri merupakan sebuah awal ataukah yang terakhir.

Rasulullah saw. pun memberikan izin untuk menginap malam itu bersama pengantin yang baru saja dia nikahi. Maka layaknya pengantin baru, Handzalah menghabiskan malam berdua dengan istrinya. Mengungkapkan segala macam rasa cinta dan segala gelora hasrat tertumpah, sebab segala yang haram telah berubah menjadi halal.

Malam yang panjang pun berakhir dan sampailah pada satu titik dikala fajar menyapa, panggilan berjihad menggema di seluruh langit Madinah. Tak ada lagi yang bisa mengelak dari fakta bahwasanya pasukan Abu Sufyan sudah berbaris di luar kota Madinah untuk bersiap menyerang. Ketika suara itu sampai ke telinga Handzalah, tanpa berpikir panjang ia langsung melepaskan dekapan dari sang istri, mengambil pedangnya dan baju zirahnya menuju kepada peperangan Uhud.

Jamilah merelakan kepergian suami untuk memenuhi seruan jihad dan mendoakan semoga Handzalah dalam kondisi yang terbaik. Diawal peperangan, nampak pasukan muslim sudah akan meraih kemenangan. Namun, saat pasukan pemanah beranjak meninggalkan posisi mereka, serangan tiba-tiba dari Kaum Quraisy. Kini berbalik menjadikan pasukan kaum muslimin terpojok.

Pada saat itulah, Handzalah menebas dan menumpas banyak sekali kaum kafir. Sampai kemudian beliau berhadapan dengan Abu Sufyan. Handzalah mampu menjadikan Abu Sufyan terpelanting dan terjatuh dari kudanya. Handzalah hampir saja membunuhnya. Dalam situasi terjepit, Abu Sufyan berteriak memanggil pasukannya dan terdengar oleh Syadad bin Aswad yang datang menyerang Handzalah secara tiba-tiba dan berhasil membunuhnya.

Ketika peperangan telah selesai, banyak sekali para sahabat yang gugur. Tibalah saatnya untuk menguburkan para sahabat yang telah syahid, mereka memperhatikan tubuh Hanzalah. Ketika para sahabat mengangkat jenazahnya, dari tubuh Hanzalah ada tetesan air. Tubuh tersebut terbolak-balik seakan-akan ada yang memandikan.

Maka ketika Rasulullah melihat itu, beliau bersabda,

"Sesungguhnya aku melihat bahwasanya Malaikat memandikan Handzalah bin Abu Amir di antara langit dan bumi, dengan air mendung dalam bejana yang terbuat dari perak." Karena sesungguhnya, Handzalah ketika dia pergi ke medan peperangan, dia belum sempat untuk mandi junub. Sempat dipanggil oleh istrinya, namun Handzalah tidak mendengar suara itu.

Inilah balasan saat orang itu berseru kepada Allah. Inilah balasan bagi mereka yang senantiasa mempersaksikan bahwa Allah dan Rasul-Nya dalam kehidupannya. "Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Nabi Muhammad saw." (QS. Al Ma'idah 5: 83)

Pelajaran Surat Al Maidah Ayat 83

Sungguh betapa mulia wafatnya sahabat Rasulullah, Handzalah bin Abu Amir. Sosok yang pemberani dan sangat berpegang teguh kepada Islam, layak menjadi tauladan bagi kita semua. Siapa yang tidak merasa cemburu dengan perjuangan Handzalah bin Abu Amir? Allah menghendaki kehidupannya dengan akhir yang baik. 

Seperti yang telah dikisahkan, Handzalah bin Abu Amir termasuk golongan orang yang syahid atau orang yang mempersaksikan kebenaran Al Qur'an dan risalah dari Nabi Muhammad saw. Nah, yang perlu kita ketahui, ada satu doa yang 'powerful' di dalam Al Qur'an ketika kita menginginkan termasuk golongan yang memberikan saksi tentang kebenaran Al Qur'an dan Nabi Muhammad saw. 

Salah satunya di dalam Surah Al Maidah ayat 83, dimana bunyinya, "Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Nabi Muhammad saw." 

Potongan ayat tersebut, tentu menjadi 'list' utama dalam doa-doa yang kita panjatkan. Peluang kita akan menjadi besar, tatkala kita merutinkan membaca doa tersebut. Namun, sebelum itu, ada beberapa hal penting yang harus kita ketahui. Termasuk pelajaran yang terdapat pada Surah Al Maidah ayat 83 tersebut.

1. Surah Al Maidah ayat 83, memiliki asbabun nuzul. Berkisah, beberapa petani yang datang dari Habasyah, Afrika datang ke Madinah bersama Ja'far bin Abu Thalib. Mereka datang dalam keadaan belum berislam. Tatkala berada di suatu tempat, mereka meneteskan air mata begitu mendengar Rasulullah membacakan ayat suci Al Qur'an. Mereka meneteskan air mata karena mereka melihat kebenaran pada ayat suci Al Qur'an yang dibacakan oleh Rasulullah. Hingga akhirnya, mereka memeluk Islam.

2. Terdapat pelajaran untuk kita semua, agar jangan pernah menyerah untuk menyeru kebaikan kepada orang-orang di sekitar. Termasuk orang tua atau kerabat kita yang belum beriman kepada Allah. Sebab, bisa jadi dengan sesuatu yang tak pernah kita duga, bisa membuat seseorang beriman kepada Allah. Pemilik hati adalah Allah, maka Allah saja yang bisa membolak-balikkan hati seseorang. Hal ini, seperti kisah para petani yang datang ke Madinah yang mulanya belum beriman, kemudian mereka mengimani atas kebenaran Al Qur'an.

3. Salah satu yang paling berat di dalam kehidupan ini adalah bagaimana kelak kita di masukkan ke dalam orang-orang yang menyaksikan kebenaran Firman-Nya dan kebenaran risalah yang dibawa oleh Rasulullah.

Lebih dari itu, ada beberapa catatan yang harus kita garis bawahi. Bahwa tidaklah orang yang baik, belum cukup dirinya untuk mendapatkan sebuah kenikmatan dapat mempersaksikan keimanan mereka kepada Rasulullah. Sebagaimana Abu Thalib, beliau adalah orang yang tidak diragukan kebaikan dan ketulusannya ketika membantu dakwah Rasulullah. 

Namun ternyata, kebaikan Abu Thalib tidak menghantarkan beliau kepada persaksian Rasulullah. Beliau tidak bersaksi Rasulullah sebagai seorang nabi dan rasul. Beliau menolak tawaran Rasulullah untuk mengucapkan kalimat syahadat ketika maut sedang menjemputnya. Beliau mengikuti bisikan Abu Jahal. Ketika beliau menetapi apa yang ditinggalkan oleh warisan nenek moyangnya. Tak hanya itu, orang yang pintar juga belum tentu mendapat kenikmatan keimanan kepada Al Qur'an dan Rasulullah. Sebagaimana orang Yahudi, kepintarannya tak dapat diragukan. Mereka tahu, bahwasanya nabi terakhir adalah Nabi Muhammad saw. bahkan mereka lebih mengenalnya daripada anak-anak mereka. Hal ini mereka dapatkan dari ajaran mereka, kitab Taurat. Akan tetapi, apakah kepintarannya menyebabkan mereka beriman kepada Rasulullah dan bersaksi? Tidak. Ternyata kepintaran mereka hanya berujung menjadi produk untuk akal mereka. Ketika mereka menolak kebenaran yang disampaikan Rasulullah dan lebih mengikuti penyelewengan-penyelewengan yang terdapat di dalam kitab Taurat. Ketika diselewengkan oleh para pemuka agama mereka. Naudzubillah!

Dari sini, dapat kita tarik kesimpulan. Bahwasanya orang yang baik dan pintar belum tentu menjadi termasuk ke dalam golongan syahid atau orang yang menyaksikan kebenaran Al Qur'an dan risalah Rasulullah. 

Sungguh, betapa besarnya hajat kita kepada persaksian yang kita berikan kepada Rasulullah. Dengan tak lupa, senantiasa membaca doa yang terdapat pada Surah Al Ma'idah ayat 83. Agar kita meninggal di atas persaksian kita kepada Rasulullah. Kenikmatan tiada tara ketika bisa berkenalan dengan Rasulullah dan mempersaksikan kebenaran Rasulullah, wafat dalam kondisi beriman.

Semoga kita senantiasa dicatatkan oleh Allah sebagai orang yang syahid. Yaitu orang yang bersaksi akan kebenaran Al Qur'an dan risalah yang disampaikan oleh Rasulullah. Semoga benar-benar ditetapkan meninggal dalam kondisi orang yang syahid. Aamiin Allahumma aamiin. Wallahu a'lam. [IRP]

Posting Komentar

0 Komentar