Subscribe Us

BANGUN DAN LIHATLAH KEBENARAN

Oleh Jamil Nur Ihsan
(Aktivis Dakwah Majelis Thariqul Iman Rancaekek - Bandung)


Vivisualiterasi.com-"Boboiboy..!!, Boboiboy..!!, Boboiboy..!!"

Kedua bocah dengan riang, akrab dan lantang teriakkan itu hingga menggema ke seisi rumah.

"KLEPLAK! Sandal dekil yang bocah itu -Azhari namanya- kenakan di tangannya dengan yakin karena menyerupai apa yang menempel pada tangan si Boboiboy. Tiba-tiba dilemparnya dan mendarat di jidat Kevin -bocah satunya- yaknk adik ipar, teman bermain sebayanya.

"Wuaaa... Aii nakal", Kevin memulai tangisannya.

"Kan Ai Boboiboy petir, bukan Evin," sedikit beragumen, Azhari perjuangkan kebenarannya.

"Wuaaa.. wa Jamil..!! Aii Nakal. Dede Boboiboy petir tauu!!" Kevin menyanggah sembari lari mencari pertolongan. 

"Wuaaaa.. Jangan bilang wa Jamil Evinn..!!" Akhirnya, kedua bocah yg sebentar lagi berusia 4 tahun itu menangis berjamaah.

Gak lama mereka kembali pada ibu dan bundanya. Mengharap rahmat, rahman serta rahim terbagi lewat pelukan. Ingin sekali mereka luapkan naluri kasih dan sayang. Ibu dan bunda siapkan makan, bersihkan 'e'e serta pipisnya, lalu dimandikan. Berdasarkan atas kasih dan sayang, serta cinta kepada Pencipta yg telah hadirkan si buah hati, Ibu dan bunda mampu untuk sajikan semua dengan tulus dan rapi kepada mereka anak nya. Sehingga barang siapa saja melihat, sepontan akan menilai, "Ini ikhlas". Walau sungguh perkara hati hanya dia dan Sang Pemilik hati yang tau pasti kebenarannya. Namun siapa saja apabila menyaksikan harmonisasi akal dan rasa atas dasar kebenaran yang menciptakan perbuatan dengan pancaran cahaya kekuatan, tangguh, namun elok rupawan pada sosok ibu dan bunda yang lemah nan malang nasibnya, dengan yakin akan menilai. "Inilah Ikhlas!"

"Wa Jamil ! Dede udah mandi"
"Ai juga ! Wangiii"
"Dede keramas". 
"Aii gosok gigi loh". 

Tiba tiba listrik terputus, sehingga seluruh lampu break sejenak. Ini hari menjelang Maghrib. Sedikit cahaya masih terpancar oleh sang nyala besar yang akan segera bergilir dengan rembulan. Memudahkan Kakek meyalakan lilin-lilin sebagai bakal penerang untuk beberapa saat. Sontak Azhari, Azka, Aizul, dan Kevin menyeru "APII!!".

Betapa mereka begitu antusias membuat Nenek khawatir api membawa wasilah datangnya sesuatu yang tidak diharapkan sehingga beliau menjadi bawel sembari melotot sedikit garang. Sungguh, ini kegarangan berdasar atas kasih sayang. Namun yang menakjubkan bagi saya adalah ketika bocah-bocah melingkar pada lilin di tengah-tengah mereka. Dengan mata berbinar dan sedikit senyuman di wajah, tersirat seolah olah mereka temukan suatu keagungan penghantar kedamaian. Ber-tadayun. Lalu kemudian listrik terhubung dan seluruh lampu kembali bekerja. Dan "PUHH.." Aizul bocah yg lebih besar seusia kelas 3 SD meniup dan padamlah api.

"WUAAAAA...", kembali ketiga bocah berusia 4 s.d 5 tahun ber-ansamble. Komposisi acapella berjudul "The choir of sick of broken" mengaum di seisi rumah. 
Hal ini menyajikan fakta bahwa pada dasarnya betapa manusia itu lemah. Mudah terluka dan dipatahkan.

Momen kecil yang mengingatkan saya kepada masa kanak-kanak. Senyum atas peristiwa yang membawa kepada proses berfikir lalu menghasilkan kesimpulan berpendapat. Inilah cikal bakal manusia dengan segala tabiat alaminya. Manusia yang akan menjadi pelaku di dalam peradaban masa yang akan datang. Di mana fakta tentang maklumat sabiqah/informasi awal, serta hasil pada penginderaan yang diolah akal melalui proses berfikir akan melahirkan pemikiran yang mengerucut pada kebenaran. Yang mana tiap-tiap mereka akan berdiri dengan penuh keyakinan diatas kebenaran itu. Kebenaran yg akan menjadikan siapa mereka, dan bagaimana mereka memenuhi kebutuhan jasmani serta nalurinya. Ini akan menjadi masalah apabila ternyata mereka berdiri di atas pembenaran.

Hasil dari pada proses berfikir berdasarkan informasi yang jauh dari pada kebenaran serta penginderaan pada situasi dan kondisi yang sedikit sekali menampakan kebenaran. Terbiasa dengan informasi khayalan yang melahirkan angan angan pada perasaan, memaksa akal untuk di sesuaikan dengan perasaan, membuahkan pembenaran yanh mana akhirnya berkesimpulan bahwa kebenaran itu relatif dan bersifat subjektif. Sehingga lahirlah sosok yang jauh dari pada kebenaran. Kebenaran yang mana mutlak adanya. Kebenaran yang mesti hanya ada satu kebenaran.
 
Kebenaran bahwa sungguh seluruh semesta yang kita diami adalah salah satu bagian kecil yang pasti diciptakan. Mustahil untuk ada dengan sendirinya. Maka mestilah visi dan misi keberadaan hidupnya disesuaikan dengan maksud dan tujuan serta rules pada penciptaan oleh Sang Maha Pencipta. Sehingga akan selaras dan berbuah manis.

Bukan maksud menyalahkan Boboiboy. Namun tentang terbiasa hidup dengan angan-angan menjadi Boboiboy ini yang menjadi masalah. Karena pembiaran akan hal ini akan berdampak fatal di masa depan.

Islam menjelaskan bahwa pada usia sebelum baligh adalah masa suci dimana catatan akan peraihan pahala dan dosa belum dimulai. Maka alangkah sebaiknya pada masa ini manusia mendapatkan informasi tentang kebenaran juga berada di dalam situasi dan kondisi yang memudahkan dia untuk mengindera kebenaran. Sehingga apabila masa baligh, yaitu masa catatan pencapaian pahala dan dosa dimulai, manusia telah siap dengan sosok yang kuat berdiri di atas kebenaran. Mampu untuk memilah antara haq dan batil. Mampu menghasilkan keputusan kepada perbuatan yang akan menempatkannya pada posisi peraih point pahala dan terhindar dari catatan dosa, sehingga mampu memenuhi kebutuhan jasmani dan nalurinya dengan cara yg benar. Sesuai dengan visi dan misi pada penciptaan oleh Sang Maha Pencipta. Hingga selaras dan menjadi sosok yang mulia di hadapan Pencipta serta membawa kedamaian kepada sesama makhluk-Nya. Menyeru kepada kebaikan yang berdasarkan atas kebenaran Pencipta Sang Pemilik segala kebaikan, serta mencegah bahkan melawan untuk hancurkan segala kemungkaran yang adalah penyebab dari segala kerusakan.

Sebagaimana yang terjadi pada Sahabat Rasulullah, Abdulah bin Zubair. Lahir dan tumbuh pada masyarakat yang terhimpun di bawah daulah Islam. Menghantarkannya menjadi sosok mulia, terhormat juga pemberani. Sebagaimana Zaid bin Tsabit bocah yang tumbuh di bawah naungan Daulah Islam. Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Salahuddin Al Ayyubi, Muhammad Al Fatih, dan masih banyak lagi sosok nyata tercatat dalam sejarah hingga di Nusantara raya. Betapa manusia yang berdiri di atas kebenaran akan menjadikannya kuat pada diri yang lemah. Akan sulit sekali kita temukan manusia yang hidup untuk ketenaran dan gemerlap kehidupan dunia saja. Manusia yang hidup berangan angan menjadi seperti Justin Bieber mustahil kita temukan. Sosok manusia kuat yang hanya mengharap akan ridho Sang Pencipta melahirkan peradaban yang gemilang serta lestari. Kehidupan yang terjaga dari kerusakan, serta selamat dari laknat dan murka Sang Pencipta. Dialah Allah SWT. Tuhan bagi seluruh alam.

Di Tanah Air yang mayoritas Muslim. Tanah di mana mayoritas mengenal kebenaran nyata dan Haq. Tanah Air Indonesia yang kita cinta adalah tempat kita mengabdi agar mampu untuk menghamba kepada Nya, menampakkan fakta yang berentangan.

Globalisasi yang terjadi secara extreme dan radikal telah menghasilkan mayoritas manusia berdiri di atas pembenaran. Manusia yang telah berada jauh dari kebenaran. Manusia yang kini hidup mengikuti angan-angan. Terkungkung oleh mimpi mimpi sehingga tak mampu untuk bangun dari tidur berkepanjangan. 

"Kejarlah mimpi, Nyatakan mimpi mimpi, Wujudkan mimpimu, Hiduplah untuk mimpi mu," adalah ungkapan lugas bahwa kita sedang mengigau di dalam hidup yang nyata adanya. Kita tahu mimpi hanyalah sebuah bunga tidur yang hanya akan kita temukan apabila kita sedang tidur. Itu pun tidak mesti setiap tidur kita pasti bermimpi. Mimpi adalah bukan lamunan, khayalan, imajinasi bahkan target nyata yang harus dicapai. Mimpi adalah mimpi. Mimpi basah, mimpi berak, mimpi masuk jurang, atau mimpi bertemu ular dan semacamnya. Yang mana saya adalah salah satu dari macam manusia itu. Entah apa yang merasuki diriku dan kamu. Sehingga kita yakin untuk merealisasikan mimpi-mimpi. Bermimpi hidup seperti orang orang berbudaya Asing dan Aseng yang kini lebih penting dari pada kebenaran. 

Berdalih seolah olah realistis namun realitanya adalah manusia terjebak oleh pembenaran dirinya sendiri. Menjauh dari pada visi dan misi kehidupan yang sebenarnya. Maka kegagalan akan pencapain hasil berbuah manis kini telah berada di depan hidung kita. Sebagai mana kita tahu konsekuensi dari kegagalan ini adalah kerusakan di dunia dan menjadi nestapa selama lamanya.

Hadirnya sosok-sosok dengan standar kebahagian yang condong ke barat baratan. Standard romantisme ikatan cinta Aldi Brend. Budaya k-pop yang entah apalah itu, Japanese pop, sub-culture Inggris, American style, dan sebagainya bertebar dipermukaan dengan sungguh berantakan adanya. Sangat tidak sesuai dengan diri dan lingkungan menjadikan penempakan yang sangat artificial. Nampak jelas betapa manusia kebingungan atas identitas dirinya. Krisis bahkan bisa jadi mereka kehilangan identitas serta lupa tentang kebenaran makhluk/apakah mereka ini sebenarnya.

Ini adalah hasil daripada sebuah tatanan. Mari kita lihat. 

Pada proses budidaya tanaman, standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan berupa sistem kelola lahan dan pengamanan, pola tanam dengan aturan, pola distribusi air nutrisi dengan idealnya teratur, pola perawatan pertumbuhan dan penjagaan kesehatan, hingga pengaturan masa generatif juga pola kelola hasil panen. Adalah yg sengat berperan untuk menentukan akan menjadi seperti apakah proses kehidupan pada komoditi tanaman. 

Begitupun pada kegiatan budidaya peternakan. Sistem pengelolaan kandang serta perawatan sehingga teratur secara mendetail pada hewan ternak akan menentukan hasil dari pada proses kehidupan ternak didalam sebuah peternakan. Maka tatanan oleh sistem yang adalah metode berbudidaya merupakan pangkal dari terbentuknya pola hidup serta hasilnya.

Bukan maksud menyamakan manusia hingga setara dengan hewan dan tumbuhan, namun tentang sistem inilah yg mempengaruhi pada terbentuknya sebuah peradaban. Tatanan pada dunia hari ini. Oleh karena manusia adalah lebih mulia daripada hewan dan tumbuhan, maka adalah sebaiknya sistem beserta aturan secara komprehensif mesti bersumber dari pada yang menciptakan manusia. Melalui Islam Allah Swt. tetapkan segala solusinya. Karena fakta menyatakan bahwa Islam adalah sebuah praktik nyata di semua lini kehidupan. Sejarah menyatakan bahwa riwayat hidup Rasulullah Muhammad saw. sarat dengan teladan mulia di segala bidang. Mencakup politik, pemerintahan, ekonomi, keuangan, sosial, interaksi antarindividu, akhlak mulia, dan hubungan Internasional.

Lihatlah situasi kita hari ini, wahai manusia. Duhai saudara-saudaraku. Kita telah terlalu jauh dari kebenaran. Kita lupa pada Allah Swt. Sang Pemilik seluruh alam. Keyakinan kita pada pemikiran-pemikiran oleh perasaan yang bersumber dari manusia adalah pembenaran. Yakin kepada sistem yang bersumber pada hasil dari pemikiran dan perasaan manusia adalah lemah dan mudah dipatahkan. Sistem yang menjadikan tatanan peradaban manusia kini gak jauh beda dengan sistem pada budidaya tanaman dan hewan ternak. Senantiasa bergantung dan disesuaikan pada kepentingan para petani atau peternaknya.

Betapa kita dibiarakan tertidur pulas berkepanjangan. Melihat di dalam mimpi mimpi. Sibuk dengan angan-angan. Mabuk karena berdiri diatas pembenaran sehingga tak mampu melihat kebenaran. Sebagian manusia yang diamanahi untuk mengurusi urusan umat malah sibuk dengan sistem yang diciptakannya dengan metode mengarang bebas. Membiarkan umat terlena hingga tak sadar mereka sedang diperah hak serta sumberdayanya, demi kepentingan urusan sebagian manusia lain yang berposisi sebagai bandar/pengempul pembawa keuntungan segelintir manusia. Kita tak jauh beda dengan komoditi dan hewan ternak saudaraku.
 
Bangunlah! Bangunlah dari tidur berkepanjangan. Sungguh tidak ada kata terlambat untuk bertaubat. Bangun! Bangun dan lihatlah kebenaran. Sehingga kita berdiri diatas kebenaran yang Haq. Sehingga kita tetap menjadi manusia yang Allah Swt. muliakan sebagai makhluk sempurna. Sehingga peradaban rusak ini berevolusi kembali kepada peradaban yang gemilang. Sehingga setiap dari kita mampu mencapai keberhasilan yang berbuah manis. Manis yang selama lamanya. Wallahu a'lam.[AR]

Posting Komentar

0 Komentar