Subscribe Us

CUKUPKAH HANYA BERDOA UNTUK ATASI WABAH?

Oleh Ulif Fitriana 
(Aktivis Muslimah)


Vivisualiterasi.com-Di tengah ledakan kasus Covid-19, muncul himbauan dari Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar kepada masyarakat untuk melaksanakan doa bersama keluarga di rumah selain tetap menjaga protokol kesehatan. Doa bersama keluarga ini diharapkan digelar secara rutin di desa-desa, yang dimulai serentak pada (4/7) pukul 18.00 waktu setempat di kediaman masing-masing sebagaimana dikutip news.detik.com, (04/07/2021). Adapun doa ini dilakukan untuk menyikapi kondisi melonjaknya angka Covid-19 di Indonesia.

Doa dan Ketundukan

Dari Anas bin Malik dari Nabi saw. bersabda,

الدُّعَاءُ Ù…ُØ®ُّ الْعِبَادَØ©ِ

“Doa adalah inti ibadah.“

Doa merupakan inti dari sebuah ibadah, sebab orang yang berdoa itu tidak lain sedang memohon kepada Allah. Hal itu merupakan hakikat tauhid (pengesaan kepada Allah) dan keikhlasan. Doa merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah sama seperti yang lainnya. Sebagaimana salat dan puasa itu ibadah, maka doa termasuk ibadah pula. Tujuan berdoa adalah untuk memperoleh pahala dari Allah.

Dalam hal ini, sungguh terdapat banyak ayat dan hadis yang menganjurkan serta mendorong untuk berdoa. Diantaranya adalah Firman Allah Swt.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (TQS. al-Baqarah: 186)

Doa pun tidak bisa dilepaskan dari ketundukan seorang hamba kepada Tuhan-Nya. Ketika seseorang berdoa (memohon) kepada Tuhannya bukankah hal tersebut merupakan pengakuan bahwa hamba bersifat lemah, tak berdaya, tak memiliki kuasa sedikitpun untuk merubah sesuatu sesuai dengan keinginannya. Sedangkan Allah, Tuhan semesta alam ini Maha segalanya. Maka sudah sewajarnya seorang hamba yang lemah tunduk secara total pada pemilik alam semesta ini.

Doa dan Kaidah Sebab Akibat

Pertanyaannya, cukupkah hanya dengan berdoa wabah ini bisa teratasi? Rasulullah saw. adalah teladan bagi manusia. Beliau senantiasa menyertakan doa dalam setiap aktivitasnya. Rasulullah mengajarkan bahwa manusia harus memenuhi kaidah sebab akibat ketika melaksanakan aktivitas berdoa kepada Allah Swt. 

Dalam perjalanan beliau beserta kaum muslimin dalam menegakkan Islam di Madinah, bukankah ada keringat, air mata, dan darah yang dikorbankan. Tegaknya Islam di Madinah serta kemenangan yang diperoleh kaum muslimin  terjadi atas kehendak Allah. Akan tetapi Rasulullah bersama kaum muslimin tidak pernah hanya menengadahkan tangan ke langit tanpa kerja keras.

Jika hari ini kita berharap doa kita dikabulkan oleh Allah (berakhirnya wabah) maka kita harus menempuh sebab-sebab yang mengantarkan kita kepada tujuan tersebut. Bila diteliti kembali akan didapati bahwa asal mula muncul wabah adalah karena pelanggaran terhadap aturan-aturan Allah. Mulai dari makanan haram, keterlambatan lock down bahkan inkonsisten dalam memberlakukan pembatasan dan protokol kesehatan. Itu semua terjadi karena negara memberlakukan pemisahan aturan agama dari kehidupan. Sehingga bukan lagi standar syariat (halal haram) yang menjadi tolak ukur, akan tetapi kepentingan dan kemanfaatan yang dijadikan asas. Negara yang sejatinya memiliki fungsi sebagai pelayan rakyat telah kehilangan fungsinya, hanya mengakomodir kepentingan segelintir pihak.

Sinergi Masyarakat dan Negara

Seruan untuk berdoa bersama seharusnya tidak hanya untuk masyarakat yang terbatas pada keluarga-keluarga di rumah. Seruan tersebut seharusnya untuk keseluruhan elemen mulai dari penguasa hingga rakyat jelata. Tidak terbatas pada doa bersama, akan tetapi seruan untuk taubat nasuha bersama juga harus disampaikan. Bagaimana tidak, jika doa merupakan bagian dari ketundukan bukankah hari ini negara tengah melakukan dosa besar dengan tidak tunduk secara kafah (total) kepada Allah. Buktinya adalah dicampakkan aturan Allah dari kehidupan dalam sistem demokrasi. Karena pelanggaran yang terjadi secara terus menerus dan sistematis inilah negara diambang kehancuran dan wabah tak kunjung berakhir. Ekonomi negara terpuruk, kriminalitas di mana-mana, puluhan ribu nyawa melayang akibat wabah, serta sederet masalah yang lainnya.

Oleh karenanya, untuk mengakhiri wabah dan menjadikan negara ini lepas dari krisis multidimensi yang ada, tidak ada jalan lain selain melaksanakan taubat secara kolektif rakyat beserta penguasa. Yaitu dengan kembali kepada aturan-aturan Allah dan menjalankannya secara kafah dalam kehidupan. Atau dengan kata lain mencampakkan demokrasi dan kembali kepada sistem Islam, bahwa Khilafah yang telah terbukti mengayomi 2/3 dunia selama tak kurang 13 abad lamanya. Dengannya tidak hanya kesejahteraan dunia yang didapat akan tetapi keselamatan di akhirat akan tercapai. Insya Allah. Wallahu a'lam. [IRP]

Posting Komentar

0 Komentar