#Popro (Pojok Propagandis)
Vivisualiterasi.com - Dunia politik di Indonesia kini semakin mendapatkan perhatian yang cukup besar dari seluruh kalangan masyarakat, termasuk Gen Z. Hal ini terlihat dari besarnya partisipasi Gen Z dalam aksi demonstrasi pada bulan Agustus lalu sebagai bentuk kemarahan sekaligus tuntutan kepada pemerintah untuk melakukan perubahan tatakelola negara.
Dari aksi tersebut, polisi menetapkan 959 tersangka dengan rincian 664 dewasa dan 295 anak dengan dalih penyebab kerusuhan (Tempo.co, 24/09/2025). Peristiwa ini menunjukkan bahwa Gen Z yang telah melek politik kini justru dikriminalisasi dengan label anarkisme. Stigma negatif terhadap mereka yang berani bersuara dan terjun ke jalan pun dibangun untuk menutupi fakta bahwa terdapat tuntutan besar dari rakyat atas berbagai ketidakadilan yang terjadi. Semakin jelas, inilah pembungkaman untuk mereka yang telah peduli dan kritis terhadap rusaknya negara.
Segala upaya untuk menekan kekuatan Gen Z saat ini adalah wujud rusaknya sistem Demokrasi-Kapitalisme yang masih dipertahankan. Sistem ini hanya memberikan ruang bagi mereka yang memiliki suara sejalan dengan kepentingan elite tertentu. Sementara itu, mereka yang tak mendukung kepentingan akan dibungkam, diintimidasi, dan dikriminalisasi.
Dengan kesadaran politiknya, potensi Gen Z yang diharapkan sebagai agen perubahan seharusnya tidak dipatahkan oleh negara. Kesadaran tersebut justru harus diarahkan pada solusi yang hakiki menuju kebangkitan umat, yakni dengan penerapan Islam secara kaffah. Dengan menerapkan Islam Kaffah, negara akan memberikan ruang seluas-luasnya untuk mengingatkan penguasa yang berbuat zalim karena Islam mewajibkan amar ma'ruf nahi munkar.
Selain itu, negara yang menerapkan Islam Kaffah juga akan memberikan pemahaman akidah kepada setiap generasi. Hal ini yang membuat kesadaran politik rakyat menjadi terarah untuk mendapatkan ridha Allah, bukan hanya sekadar untuk meluapkan amarah hingga berperilaku anarkis. [] Indah Puspasari, S.E / Aktivis Dakwah Jogja


0 Komentar