#Popro (Pojok Propagandis)
Vivisualiterasi.com - Dibalik tirai kemewahan yang dipertontonkan para pejabat, tersembunyi kegelisahan masyarakat yang tercekik kesulitan. Ahmad Dhani, anggota DPR yang peduli, mengajukan RUU Anti-flexing untuk membendung perilaku yang memalukan ini.
Namun, akankah solusi ini cukup ampuh? Atau hanya sekadar menambal permukaan tanpa menyentuh akar permasalahan?
Kapitalisme sekuler yang memuja materi dan Individualisme ternyata menjadi biang keladi ketimpangan sosial. Demokrasi yang dielu-elukan yang menjadi mercusuar kebebasan, justru berfungsi menjadi tameng bagi para pelaku flexing untuk bebas berekspresi.
Berbeda dengan Islam, yang mengharamkan sifat sombong dan memprioritaskan ketakwaan sebagai ukuran kehormatan seseorang. Dengan menerapkan sistem Islam yang berkeadilan dan kepemimpinan yang amanah, praktik flexing dapat dihapuskan, masyarakat dapat hidup dalam harmoni dan kesejahteraan yang lebih baik, sehingga keadilan sosial dapat tercapai dan masyarakat dapat merasa aman dan sejahtera.
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seseorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim).[] Gien Rizuka


0 Komentar