(Aktivis Muslimah)
TNI AL baru-baru ini sukses menggagalkan penyelundupan 1,9 ton narkoba berupa sabu yang ditemukan di kapal ikan berbendera Thailand bernama Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau (TIMES Indonesia, 14-05-2025) ..Ini bukan paket kecil-kecilan yang diselipkan di koper, tapi skala besar yang terorganisir. Belum cukup, Polda Metro Jaya juga membongkar peredaran sabu 10 kg yang beroperasi dari salah satu apartemen elite di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara. (detiknews, 19-04-2025)
Lebih miris lagi, ternyata banyak narapidana yang masih bisa mengatur jaringan narkoba dari dalam penjara. Salah satu kasus di Riau menunjukkan bahwa narapidana di lembaga pemasyarakatan bisa mengendalikan peredaran narkoba lintas daerah. .(riauribune.com, 12-05-2025). Penjara malah jadi markas baru para bandar? Sangat mengerikan
Dan yang membuat publik tambah geleng-geleng, sosok seperti Dewi Astutik disebut-sebut sebagai “Griselda Blanco-nya Indonesia” muncul ke permukaan. Seorang wanita yang bukan hanya kurir, tapi juga jadi pengendali jaringan narkoba. (Kompas Nasional, 16-05-2025). Perempuan pun kini jadi bagian dari aktor utama dalam kejahatan ini.
Menurut data dari Berita Satu, total transaksi narkoba di Indonesia sudah mencapai Rp524 triliun per tahun. Bahkan, ini angka yang lebih besar dari anggaran banyak kementerian. Kalau ada bisnis yang bisa memutar uang sebanyak itu, wajar jika banyak orang yang tergiur. Tapi pertanyaannya, kenapa bisa sampai sebebas itu?
Sekularisme dan Gaya Hidup Bebas Bikin Rusak Total
Kita tidak bisa hanya melihat kasus narkoba sebagai masalah teknis atau lemahnya penegakan hukum saja. Namun, Ketika kita fahami Ini lebih dalam, Akar persoalannya ada di sistem kehidupan kita yang hari ini sekuler, yaitu sistem yang memisahkan agama dari kehidupan.
Dalam sistem sekuler, nilai-nilai agama tidak jadi patokan utama, yang penting ialah hasil, bukan proses. Uang bisa didapat dari mana saja, asal menguntungkan. Prinsip “yang penting cuan” jadi cara pandang dominan, terutama di kalangan anak muda urban yang dicekoki gaya hidup bebas, hedonis, dan individualis.
Sistem kapitalis yang sekuler secara tidak langsung melegalkan segala cara untuk sukses. Salah satunya ialah jual beli narkoba. Asalkan tidak tertangkap, maka aksi ini jalan terus. Negara pun akhirnya tidak punya dasar hukum yang kuat untuk menuntaskan kasus tersebut. Sanksi hukum sering longgar, pengawasan lemah, dan bahkan oknum aparat bisa ikut terlibat.
Bandar besar jarang sekali disentuh. Yang sering tertangkap justeru kurir kecil, bahkan pemakai. Tidak sedikit kasus di mana pelaku yang jelas-jelas bersalah bisa lolos dari jerat hukum karena “main belakang.” Ini bukan semata kelemahan sistem hukumnya saja, tapi karena memang sistem dasarnya sudah cacat dari sananya.
Masyarakat juga jadi permisif. Banyak yang tutup mata, seolah-olah sudah biasa saja mendengar adanya kasus narkoba. Apalagi kalau pelakunya dari kalangan selebritas atau pejabat. Sekandal dijadikan tontonan, bukan pelajaran. Kita seakan sudah kebal dengan berita kejahatan.
Solusi Islam: Tegas, Total, dan Menjaga Generasi dari Akar
Berhadapan dengan malapetaka narkoba, Islam tidak tinggal diam. Dalam pandangan Islam, narkoba adalah barang haram, karena merusak akal, tubuh, dan sosial masyarakat. Islam sangat serius menangani kasus ini karena masa depan generasi dan keamanan masyarakat dipertaruhkan.
Negara dalam sistem Islam punya peran aktif bukan hanya reaktif. Negara wajib menghilangkan penyebab utama peredaran narkoba, termasuk gaya hidup liberal, budaya permisif, dan sistem ekonomi yang membuka peluang cuan haram. Islam hadir bukan hanya dengan hukum dan sanksi, tapi juga dengan sistem hidup yang menyeluruh dan lengkap
Dalam aspek hukum/sanksi, Islam menetapkan ta’zir (sanksi yang ditentukan oleh hakim) bagi pengguna narkoba, yang bisa berupa penjara, cambuk, atau bentuk sanksi lainnya tergantung tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Sedangkan bagi pengedar dan produsen narkoba, hukumannya bisa sampai hukuman mati, apalagi kalau terbukti mengedarkan dalam jumlah besar atau menyebabkan kematian.
Namun Islam tidak hanya fokus ke sanksi. Islam punya sistem pendidikan yang kuat untuk membentuk kepribadian yang bertakwa. Pendidikan Islam mengajarkan anak-anak sejak kecil tentang halal-haram, tanggung jawab, dan makna hidup. Negara Islam wajib memberikan pendidikan gratis dan merata kepada seluruh masyarakatnya dengan kurikulum yang berbasis akidah Islam.
Ekonomi Islam juga mengatur agar setiap orang punya akses terhadap kebutuhan dasar, tanpa harus tergiur bisnis haram demi bertahan hidup. Lapangan kerja dibuka seluas-luasnya oleh negara, bukan diserahkan ke mekanisme pasar semata.
Selain itu, sistem sosial dalam Islam membentuk masyarakat yang saling peduli dan mengingatkan, bukan individualis. Masyarakat berperan jadi agent of change yang turut mengawasi dan mencegah penyimpangan.
Semua ini cuma bisa berjalan dalam sistem Islam yang diterapkan secara kaaffah (menyeluruh). Tidak bisa Islam dijalankan setengah-setengah. Tidak cukup hanya mengatakan “narkoba itu haram,” tapi negara dan masyarakat harus punya mekanisme kuat untuk mencegah, menindak, menyembuhkan dan mengentaskan.
Saatnya Berani Ambil Jalan Islam
Indonesia sudah darurat narkoba. Data dan kasusnya tidak bisa lagi ditutup-tutupi. Kalau kita hanya mengandalkan sistem sekuler-kapitalis sekarang, hasilnya tidak akan berubah. Bandar besar tetap eksis, pengguna makin banyak, dan generasi muda terus jadi korban.
Saatnya kita buka mata dan hati: hanya Islam yang punya solusi menyeluruh. Islam hadir bukan hanya untuk mengatur urusan ibadah ritual saja, tapi juga mengatur seluruh aspek kehidupan agar tercipta masyarakat yang Islami, bertakwa, berkepribadian Islam. Serta tunduk terhadap aturan Islam karena dorongan keimanan kepada Allah SWT. Sistem Islam sudah terbukti melahirkan masyarakat yang bermartabat, dan negara yang tegas namun adil.
Jadi, mau sampai kapan kita menunggu? Sebelum generasi makin rusak, mari kita Bersama-sama suarakan perubahan. Indonesia butuh sistem baru. Bukan tambal sulam hukum yang lemah, tapi sistem Islam yang tegas, total, dan memberi harapan pasti. Wallahu alam. (Dft)
0 Komentar