(Aktivis Dakwah Nisa Morowali)
Dinas Kesehatan setempat sementara melakukan pendalaman secara epidemiologis untuk mencari akar persoalan kasus tersebut, serta melakukan penyeresaian antara instansi dan pihak sekolah yang terkait dalam upaya penanganan dan pengambilan sampel. Sampel hasil uji laboratorium makanan tersebut masih menunggu hasil. Sementara disisi lain Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa MBG bakal mendapatkan perlindungan asuransi. Ogi selaku Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun (PPDP) menuturkan saat ini Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) dan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) sedang menyusun proposal awal terkait mekanisme penyelenggaraan produk asuransi untuk program BMG. Ogi menjelaskan bahwa asosiasi telah mengidentifikasi beberapa risiko yang berpotensi terjadi pada penyelenggaraan program MBG, mulai dari tahap penyediaan bahan baku, pengolahan sampai pendistribusian kepada konsumen (Finansial Bisnis.com, 11/05/2025)
Prabowo Subianto selaku Presiden terpilih akan merealisasikan salah satu programnya yaitu pemberian makanan bergizi gratis kepada masyarakat dumulai 2025. Untuk mendukung daya usaha ini, pemerintah telah merancang APBN dengan nilai 71 triliun. Disisi lain Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menisbatkan jika alokasi dana tersebut tidak akan memengaruhi defisit anggaran 2025 membengkak di luar kisaran target pemerintah. Daya usaha ini ternyata membutuhkann dukungan dari banyak sektor diantaranya peternakan, industri pangan hingga pertanian guna mendukung upaya ini. Sementara itu Menteri Pertanian membuat permohonan penambahan anggaran senilai Rp68 triliun kepada DPR guna memperluas dan meningkatkan infrastruktur pertanian untuk menjaga stabilitas suplai dalam program ini.
Antara Harapan dan Kenyataan
Program MBG memiliki niat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusi dengan jalan pemenuhuan kebutuhan gizi sehingga menghindari peningkatan angka pertumbuhan stunting, memberdayakan ekonomi kerakyatan juga UMKM. Penerapan program ini nyatanya banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari kelayakan makanan yang disediakan apakah telah memenuhi angka kecukupan gizi, dan tersalurkan kepada pihak masyarakat yang dinilai paling membutuhkan. Tidak hanya itu, ada upaya mengsinkronkan antara kebijakan pangan dengan Kesehatan untuk meneguhkan bahwa makanan yang tersedia tercukupi dari segi jumlah sasaran dan sesuai dengan kebutuhn gizi masyarakat.
Antara kondisi gizi memiliki hubungan dua arah yaitu kedua hal ini sama-sama bisa menjadi penyebab dan akibat. Faktanya, kemiskinan menjadi penyumbang angka kekurangan gizi. Sebagaimana yang dimuat dalam salah satu jurnal yang membahas terkait kolerasi kemiskinan dan angka stunting ternyata berkolerasi positif, dalam kesimpulannya menegaskan bahwa kemiskinan dapat dijadikam sebagai bahan indikator untuk menuntaskan masalah stunting dengan program kebijakan berdasar mengubah taraf ekonomi. Kondisi kemiskinan menyebabkan seseorng tetbatas dalam mengakses sumber daya termasuk di dalamnya gizi yang mampu memenuhi kecukupan tubuhnya. Kemisikinan juga memengaruhi seseorang dalam mengakses pendidikan sehingga pengetahuan tentang gizi tidak sampai dan tidak mampu di implementasikan dalam keluarga.
Namun alih-alih mendapatkan kecukupan gizi justru ditemukan kasus keracunan dalam program MBG di salah satu wilayah Indonesia. Dalam aktualisasi program ini ternyata pihak swasta dilibatkan terutama pada proses produksi dan distribusi, memberikan karpet merah kepada kapitalis untuk memainkan peran penting dalam hilirisasi dan pilihan agar program ini tidak menjadi beban bagi APBN dan memberikan jalan pada pengusaha untuk memperoleh keuntungan.
Kasus Keracunan MBG yang terjadi mempertegas bahwa industri kapitalis lebih mengutamakan keuntungan daripada keselamatan dan kesehatan masyarakat. Negara bahkan mengusulkan asuransi MBG di mana itu bukan pilihan solusi preventif. Diterapkannya Kapitalisme berpotensi terjadinya kegagalan dalam menjamin kualitas dan status gizi bagi generasi, adanyan pasar bebas memicu kelonggaran dalam memantau peredaran produk-produk berbahaya.
Solusi Hakiki dari Ilahi Rabbi
Islam sangat memuliakan setiap manusia. Keselamatan setiap jiwa adalah hal yang kelak akan dipertanggung jawabkan oleh seorang khalifah. Maka untuk menjaga keselamatan setiap jiwa semua bentuk sikap, tindakan dan kebijakan yang dapat memengaruhi terancammnya eksistensi jiwa akan dieliminasi dan disubtitusi melalui kebijakan yang bersumber dari hukum Syara’.
Telah dijelaskan dalam Qs. Al-Maidah: 48
Ù„ِÙƒُÙ„ٍّ جَعَÙ„ْÙ†َا Ù…ِÙ†ْÙƒُÙ…ْ Ø´ِرْعَØ©ً ÙˆَÙ…ِÙ†ْÙ‡َاجًا
“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.”
Ayat tersebut menegaskan bahwa manusia hidup dengan seperangkat aturan yang mengikatnya yang berasal dari pencipta-Nya. Islam sebagai diin hadir membawa solusi sistemik yang mengatur segala ranah, maka untuk memenuhi gizi yang merupakan kebutuhan primer individu, daulah menempuh dengan beberapa hal yaitu pertama menyediaakan lapangan kerja bagi setiap laki-laki dan tidak membiarkan mereka menjadi pengangguran. Dengan adanya lapangan kerja maka seorang laki- laki mampu untuk memenuhi kewajibannya menafkahi istri sehingga istri dapat fokus mengemban perannya serta belajar dalam mendidik generasi. Lapangan kerja yang luas tercipta melalui pengelolaan sumber daya alam secara mandiri.
Kedua, daulah bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan primer rakyatnya karena hal tetsebut merupakan tujuan dari negara untuk mencapai kemaslahatan rakyatnya. Daulah bertanggung jawab penuh atas Kesehatan, Pendidikan hingga keamanan pangan dan gizi masyarakat, bukan diserahkan kepada mekanisme pasar atau korporasi. Daulah menjamin terbukanya lapangan kerja yang luas dengan memaksimalkan pengelolaan sumber daya alam secara mandiri. Ketika kebutuhan primer telah tersuplai maka kebutuhan gizi keluarga tercukupi pula dan jika akses ekonomi dan pendidikan lebih mudah maka taraf sumber daya manusia akan meningkat, dan orang tua mampu untuk mengakses edukasi sehingga memiliki pengetahuan dan tata cara memenuhi gizi dan nutrisi anak. Keluarga yang sehat, ibu yang cerdas adalaah kolabirasi hebat untuk generasi gemilang.Hal ini bisa terwujud dalam negara yang mandiri, punya visi ideologis. Wallahu a'lam bisshowab.
0 Komentar