(Aktivis Dakwah)
Serangan ini memicu ledakan di sejumlah wilayah, termasuk di Kotli, Bagh, Bahawalpur, Muridke, dan Muzaffarabad. Alasan di balik insiden tersebut berawal pada tanggal 22 April, di mana sekelompok pria bersenjata menembaki wisatawan di daerah pegunungan Pahalgam di Kashmir yang dikelola India. Pembantaian tersebut menewaskan 26 orang, 25 di antaranya adalah wisatawan dan satu warga negara Nepal.
India mengeklaim bahwa kelompok bersenjata yang terlibat dalam kerusuhan di daerah tersebut mendapatkan dukungan dan perlindungan dari Pakistan. Pakistan membantah tuduhan dan menegaskan hanya memberi dukungan diplomatik bagi gerakan separatis di Kashmir. India menetapkan tiga tersangka, dua di antaranya warga Pakistan. Sebagai balasan, Angkatan Udara Pakistan menembak jatuh lima jet tempur India dengan pesawat J-10C buatan Cina, serta menggempur beberapa instalasi militer India. (Tempo.co, 11/05/2025)
Aksi serang antara India dan Pakistan bukan kali pertama terjadi, mereka selalu terlibat perseteruan dan beberapa kali pecah konflik bersenjata sejak kemerdekaan kedua negara ini. Setidaknya India dan Pakistan pernah 3 kali terlibat perang terbuka dan terjadi ratusan insiden serangan maupun kontak senjata di wilayah perbatasan. Rasa permusuhan kedua negara tersebut bahkan sangat mengakar pada rakyat masing-masing.
Berbicara tentang pemerintahan Hindu di India yang makin menampakkan kebenciannya terhadap Islam, India adalah rezim Hindu yang sangat bengis, mereka sudah menciptakan bermacam-macam kebijakan untuk menekan umat Islam. Faktanya bisa kita lihat bagaimana negara Hindu melakukan serangan terhadap masjid dan berbagai wilayah pemukiman penduduk di Azab Yasmin dan juga di wilayah yang ada dalam kontrol Pakistan.
Militer Pakistan dikenal sebagai militer kaum muslimin yang paling kuat di dunia, baik dari segi tentara maupun alat senjatanya. Tercatat personel yang aktif lebih dari 650 ribu pasukan dan pasukan cadangan 550 ribu. Pakistan juga memiliki pengalaman tempur yang luas, terutama di wilayah perbatasan Afganistan dan India. Selain itu, tahun 2023 Pakistan negara pertama di negeri muslim yang memiliki senjata nuklir, berkisar 170 hulu ledak nuklir.
Kekuatan militer Pakistan seharusnya tampil sebagai benteng umat Islam global. Dengan rekam jejak militernya, Pakistan berpotensi menjadi garda terdepan dalam membebaskan Palestina yang telah terjajah rezim zionis selama lebih dari 75 tahun. Sudah saatnya negeri ini mengerahkan kekuatan untuk membela kaum muslim tertindas, termasuk dengan langkah militer yang terukur.
Seruan jihad bukan sekadar seruan emosi, tapi panggilan Ilahi yang tercantum dalam firman Allah Swt. dalam QS At-Taubah ayat 14. Para pemimpin dan jenderal Pakistan semestinya segera menjawab panggilan ini—bukan dengan retorika kosong, tetapi dengan aksi nyata yang membela kehormatan umat dan mengguncang musuh yang telah lama menghina kaum muslim.
[قَاتِلُوْهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللهُ بِأَيْدِيْكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُوْرَ قَوْمٍ مؤْمِنِينَ]
“Jadi bertarunglah maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan-siksaanmu, membuat mereka malu, menolongmu mengalahkan mereka, dan menenangkan hati orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah: 14)
Sayangnya, alih-alih bersatu melawan penjajah sejati dan membela sesama muslim, Pakistan justru terjebak dalam konflik yang sama dengan India—saling memperebutkan wilayah Kashmir. Sayangnya, Pakistan justru saling perang bersama India dengan perang yang sama yakni saling rebut tanah Kashmir. Seharusnya militer Pakistan tidak terjebak pada situasi yang sama dengan menguras energi, darah, dan sumber daya, tanpa menyentuh jantung penderitaan umat Islam, yakni penjajahan tanah suci Palestina. Mereka mengangkat senjata demi kepentingan nasionalisme dengan begitu mudah, tapi tidak untuk kepentingan sesama kaumnya umat muslim. Mereka tidak lagi menjadikan akidah Islam sebagai dasar dalam menentukan sikap politik dan militer.
Palestina adalah bukti bahwa kemungkaran dibiarkan. Penjajahan brutal, pembunuhan terhadap anak-anak dan perempuan, serangan bom tanpa henti, hingga penodaan Masjid Al-Aqsa, semuanya berlangsung di hadapan dunia yang bungkam. Dalam kondisi ini, sudah semestinya militer Pakistan tidak tinggal diam. Mereka harus mengangkat senjata demi membela saudara seiman di tanah suci itu. Lebih dari itu, dunia Islam butuh pemimpin tunggal—pemersatu umat—yang berdiri di atas prinsip keadilan dan keberanian. Seorang khalifah yang menjaga kehormatan Islam, melindungi darah kaum muslim, dan menyatukan kekuatan umat untuk melawan kezaliman global yang terus berlangsung.
Sejarah adalah bukti bagaimana Rasulullah saw. juga banyak terlibat dalam beberapa perang dalam melindungi umat Islam dari ancaman penjajahan dan penindasan. Salah satu contoh adalah perang Badar dan perang Uhud merupakan perjuangan beliau dalam mempertahankan umat Islam. Hal ini hanya bisa terjadi di saat umat memiliki satu pemimpin, satu negara, dan satu visi perjuangan, tidak terpecah dalam batas-batas nasionalisme. Umat Islam berjihad bukan atas dasar kebangsaan, tetapi atas dasar keyakinan terhadap akidah Islam.
Solusi bagi Pakistan dan seluruh umat hari ini dengan membangkitkan kembali kesadaran dan perjuangan untuk menegakkan kepemimpinan Islam yang merupakan kunci kebangkitan dan kemenangan umat Islam, yaitu Khilafah. Kepemimpinan yang menyatukan seluruh negeri-negeri muslim, termasuk kekuatan militer Pakistan. Menangkis serangan musuh, menolak solusi politik dan militer seperti ketahanan, toleransi, tanggapan yang seimbang, mediasi oleh masyarakat internasional, diplomasi dan perundingan. Jelas bahwa Negara kaum kafir tidak memiliki kekuatan yang kuat, saat menghadapi Iman, kesatria, keberanian, dan kemampuan singa-singa angkatan bersenjata umat Islam, hatinya dipenuhi dengan semangat syahid.
Umat Islam bersemangat untuk melawan musuh di medan perang. Mereka sangat ingin merengkuh kehormatan salah satu dari dua hal yang baik, kemenangan atau syahid. Mereka rela mengorbankan jiwa dan raga demi Allah Swt. dan Rasul-Nya. Ketika umat Islam di seluruh negeri bangkit dan menyadari bahwa jihad fi sabilillah jauh lebih mulia daripada mempertahan ikatan nasionalisme yang sempit dan rapuh, saat itulah kemerdekaan Palestina bukan lagi mimpi—melainkan janji kemenangan yang akan ditunaikan oleh Allah Swt. dalam realita sejarah. Wallahu’alam bish shawab.[PUT]
0 Komentar