Subscribe Us

KEKERINGAN MELUAS, ISLAM PUNYA SOLUSI PAS

Oleh Wida Rohmah 
(Aktivis Muslimah Kab. Bandung)

Vivisualiterasi.com-Ribuan sawah di Kabupaten Bandung rawan kekeringan akibat kemarau panjang. Hal ini juga merupakan dampak fenomena El Nino. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Ningning Hendasah, mengatakan bahwa area pertanian yang rawan kekeringan merupakan sawah penghasil padi. Sawah ini seringnya dipakai untuk menanam padi satu atau dua musim setiap tahun. Jika ditotalkan, sawah yang rawan kekeringan saat kemarau panjang dan fenomena El Nino saat ini ada sekitar 2.162 hektare (ayobandung.com, 7/9/2023). 

Bupati Bandung, Dadang Supriatna, bergerak cepat dalam menghadapi fenomena El Nino ini dengan mengambil berbagai langkah strategis, seperti optimalisasi alat dan mesin pertanian, percepatan proses tanam padi, pengembangan budidaya padi organik, gerakan tanam padi dan jagung, serta pengajuan bantuan alat pertanian ke Kementerian Pertanian.

Kekeringan merupakan siklus tahunan. Sekalipun begitu, solusi yang mendasar belum ditemukan untuk mengatasinya. Padahal kekeringan berdampak besar bagi kehidupan umat, sebab merupakan kebutuhan vital, tidak saja bagi manusia tetapi juga bagi makhluk lain di muka bumi.

Para ahli hanya melakukan tindakan kuratif ala kadarnya, tetapi preventif belum tersentuh. Mencari akar permasalahan terjadinya kekeringan belum dilakukan dalam lingkup kehidupan bernegara. Beberapa pihak bahkan melihat faktor ledakan jumlah penduduk adalah penyebab terganggunya daur air. Mereka menganggap jumlah manusia yang banyak menghabiskan debit air. Padahal masalahnya ada pada ideologi yang diemban negara, yaitu kapitalisme liberal sebagai sumber petaka. Melalui para pengusaha, liberalisasi hutan, tambang, hingga kawasan ekonomi khusus dan energi baru berpengaruh besar dalam merusak siklus air. Eksploitasi alam merusak cadangan air.

Selain itu, penebangan dan pembakaran hutan menghasilkan CO2 yang menumpuk di atmosfer. Akibatnya panas matahari yang dipantulkan bumi terjebak, sehingga temperatur bumi dan atmosfer akan meningkat. Inilah yang biasa disebut dengan pemanasan global atau global warming. Pemanasan global dapat memperlambat proses evaporasi dan kondensasi. Pembangunan yang dilakukan melalui penebangan pohon dan penutupan tanah oleh aspal dan semen pun menghambat proses infiltrasi saat terjadi presipitasi (proses pencairan awan hitam hingga turun menjadi hujan). Sehingga banyak air yang terbuang langsung ke sungai. Tidak hanya itu, pebisnis air mineral kemasan serta kebiasaan boros dalam memakai air juga mengurangi debit air.

Di dalam Al-Qur’an, Allah Swt. berfirman, 
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (TQS. Ar-Rum [30]: 41)

Kekeringan adalah persoalan sistemik. Penguasa yang bertanggung jawab mengurus umat saat ini berperan besar mengatasi persoalan sistem. Jika sistem yang ada sekarang terbukti merusak dan menimbulkan banyak permasalahan, maka solusi hakiki adalah dengan menggantinya. Sesuai namanya, sistem Kapitalisme liberal hanya memberi untung pada para kapital, tidak menyelesaikan permasalahan umat.

Sebenarnya Indonesia memiliki wilayah perairan yang lebih besar dibandingkan daratannya, maka miris jika negeri maritim ini mengalami krisis air setiap tahun. Ternyata jika kita perhatikan lebih jauh, ada yang salah dalam pengaturan dan pengelolaan sumber daya air ini. Indonesia belum memiliki visi politik SDA yang berorientasi pada kemaslahatan rakyat.

Dengan demikian, visi yang harus diwujudkan oleh Indonesia adalah pertama, mengembalikan SDA pada rakyat, sebab ia milik umum. Misalnya laut, hutan, danau, sungai, dan air. Sabda Nabi saw., 
“Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api” (H.R. Abu Dawud dan Ahmad).

Kedua, SDA dikelola langsung oleh negara, mulai dari proses produksi sampai distribusi air, bukan oleh pihak swasta. Demikian pula dari sisi pengawasan. Negara harus mengawasi mulai dari peningkatan kualitas air dan penyaluran air bersih melalui industri perpipaan pada masyarakat hingga memberdayakan para ahli di bidangnya agar pemanfaatan air bersih bisa berjalan lancar dan dirasakan masyarakat secara menyeluruh.

Ketiga, memelihara konservasi lahan hutan dan rehabilitasi oleh negara, agar daerah resapan air terjaga dan tidak hilang. Masyarakat diedukasi agar menjaga lingkungan secara bersama-sama, hidup bersih dan sehat harus menjadi kebiasaan, serta sanksi yang tegas terhadap para pelaku kerusakan lingkungan akan diberikan oleh negara.

Inilah solusi Islam untuk mengatasi bencana kekeringan dan krisis air akibat salah tata kelola sumber daya alam. Maka pantas dikatakan bahwa Islam memiliki solusi yang pas. Selama ini sistem kapitalisme liberal membuat kehidupan manusia sengsara serta kerusakan lingkungan makin menjadi dan meluas yang berakibat pada perubahan iklim yang sangat ekstrem dan bencana kekeringan. Untuk dapat mewujudkan solusi Islam ini, sistem kapitalisme harus diganti dengan penerapan Islam secara menyeluruh dalam bingkai negara. Dengan begitu, umat manusia dapat merasakan kesejahteraan, khususnya dari segi terpenuhinya kebutuhan air. Wallahua'lam bishawab.[Elz/VM]


Posting Komentar

0 Komentar