Subscribe Us

KEBANGKITAN UMAT ISLAM

Oleh Al Azizy Revolusi
(Editor dan Kontributor Media)

Vivisualiterasi.com-"Kelak kalian (kaum muslim) akan dikerubuti oleh umat-umat lain dari berbagai penjuru persis seperti hidangan yang dikerubuti oleh orang-orang." Para sahabat bertanya, "Apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasulullah?" Rasul menjawab, "Justru jumlah kalian saat itu sangat banyak. Akan tetapi, kalian hanyalah buih seperti buih di lautan sehingga hilanglah rasa takut dari kalbu musuh-musuh kalian (terhadap kalian), sementara dalam kalbu-kalbu kalian ada penyakit wahn." Sahabat bertanya lagi, "Apakah penyakit wahn itu?" Rasul menjawab, "Yaitu cinta dunia dan takut mati." (HR. Ahmad)

Sabda Rasulullah saw. di atas sedang terjadi sekarang. Kaum muslimin saat ini sangat jauh dari kemuliaan, mereka menjadi bulan-bulanan negeri-negeri/orang-orang kafir. Sejak Kekhilafahan Islam runtuh (1924 M), kaum muslimin terpecah-pecah menjadi lebih dari 50 negara dan umat pun tersekat-sekat atas dasar nasionalisme. Tak jarang di antara kaum muslimin terjadi pertikaian hanya karena perbedaan mazhab dan golongan.

Islam tidak lagi dipakai sebagai sebuah sistem hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam hanya diletakkan dalam urusan individu, itu pun terbatas pada aspek ritual semata. Lebih jauh, Islam telah dipisahkan dari kehidupan kenegaraan.

Kini umat Islam dikuasai ideologi lain baik itu kapitalisme/sekularisme ataupun komunisme/sosialisme. Bertahan dalam kondisi seperti ini tak akan menjadikan umat mulia. Sebaliknya, umat Islam akan terus menjadi korban.

Kaum muslimin pun tetap terpuruk dalam berbagai persoalan yang menderanya, dari mulai masalah kemiskinan, kerusakan moral, ketertinggalan dalam teknologi, sampai masalah politik. Sudah tentu berbagai upaya telah dilaksanakan, dari mulai membangun ekonomi, karena melihat kaum muslimin kedodoran di bidang ini. Juga melakukan perbaikan akhlak, ketika melihat kaum muslimin banyak melakukan perbuatan maksiat. Namun ternyata derita tak kunjung padam.

Kita harus tahu dan sadar, bahwa arti kebangkitan bagi kaum muslimin sangatlah berarti. Maka penyelesaian yang benar dan baik akan sangat menentukan langkah untuk mengupayakan kebangkitan. Setiap menyelesaikan persoalan, kita harus mengembalikan pada akar masalahnya. Karena sudah pasti, bila masalah utamanya sudah ditemukan, maka penyelesaian lanjutnya bisa ditebak dan diusahakan jalan keluarnya. Kita sudah banyak belajar dari pengalaman. Terbukti, kuatnya bidang ekonomi tak mampu mengangkat penderitaan umat dan membuatnya bangkit. Ini telah dibuktikan dengan negeri-negeri Islam yang kuat di bidang ekonominya seperti Arab Saudi dan Kuwait, ternyata umat Islam tetap terpuruk.

Begitu juga dengan tingginya akhlak, tak mampu membuat umat Islam digdaya. Ini dibuktikan oleh tingginya akhlak kaum muslimin di Madinah. Itu semua menjadi barometer bahwa masalah ekonomi dan akhlak bukan masalah utama. Bandingkan dengan negeri-negeri Eropa, seperti Prancis, misalnya. Negara itu maju meski akhlak masyarakatnya bejat.

Lalu, yang jadi masalah apa? Pemikiran. Ya, taraf berpikir yang sebenarnya akan mampu membebaskan umat dari belenggu yang selama ini mengikatnya untuk tetap terpuruk dalam kerendahan pola berpikir yang membuatnya malas untuk bangkit dan bersaing dengan umat lain.

Kemudian, kebangkitan yang benar itu seperti apa? Satu-satunya kebangkitan yang benar adalah kebangkitan yang dilandasi oleh fikrah Islamiyah (pemikiran Islam), karena kebangkitan itu sajalah yang merupakan peningkatan taraf berpikir yang ditegakkan atas asas ruhiyah, yakni atas asas La Ilaaha Illallah. Allah Swt. pun menjamin tegaknya kalimat-Nya dan kehancuran kalimat kufur, sebagaimana firman-Nya, 

“….dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (TQS. At-Taubah[9]: 40)

Wallahu a'lam bish-shawab.[AR]

Posting Komentar

0 Komentar