Subscribe Us

SIAPA YANG PANTAS MENDAPAT HIDAYAH

Oleh Seni Fitriyani 

Vivisualiterasi.com-Allah Swt. berfirman, 

يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ

"Dia menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya, maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka." (QS. Fathir: 8) 

Mungkin pernah terlintas di benak kita satu pemikiran bahwa kita beriman dan ber-Islam adalah hal yang wajar, karena kita hidup di negeri mayoritas muslim, lahir dari orang tua muslim. Begitu pun di sekolah, guru- guru dan teman-teman kita banyak yang muslim. Lingkungan pergaulan kita pun semuanya muslim. Tapi bagaimana jika ada seseorang yang hidup sebaliknya, sehingga secara logika sulit bagi dia untuk memperoleh informasi tentang Islam? Lalu apakah Allah akan menghukumnya?

Pertama, Allah Swt. tidak akan mengazab suatu kaum sebelum datang petunjuk tentang Islam kepadanya, Allah Swt. berfirman, 

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا

“dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Isra’[17]: 15)
 
Kedua, sesungguhnya Allah Swt. yang Maha Besar dan Maha Mengetahui, bagi-Nya tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Jika Dia menghendaki sesuatu, jadilah, maka jadilah ia. Allah Maha Mengetahui siapa saja hamba-Nya yang menginginkan petunjuk dan memberi jalan kepada hamba-Nya ke arah petunjuk-Nya, meskipun bagi kita terlihat tidak mungkin. 

Kisah tentang Salman Alfarisi dan Abu Jahal akan memberikan kita gambaran bahwa Allah Maha Mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang pantas mendapat petunjuk. 

Salman Alfarisi adalah seorang pemuda dari Asfahan, Persia yang kala itu merupakan negara adidaya setelah Romawi. Mayoritas agama di sana adalah Majusi, penyembah api, bahkan Salman mendapat tugas sebagai penjaga api suci. Ia rela meninggalkan keluarga dan tanah airnya di Persia menuju Syiria untuk mengikuti para Rahib Nasrani yang menurut Salman lebih baik dari agama Majusi. Ia belajar hingga satu pendeta tutup usia, lalu belajar ke pendeta lainnya. Hingga pendeta terakhir sakit dan ia berkata bahwa tidak ada yang ia percaya untuk menitipkan Salman. Mungkin karena pada saat itu telah banyak terdapat penyimpangan dalam agama Nasrani dan pendeta yang lurus sudah sangat langka. Sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an, 

"Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan." (TQS. At-Taubah: 31) 

Pendeta itu kemudian berkata, "jangan khawatir karena sudah dekat waktunya kedatangan nabi terakhir yang dijanjikan Allah dalam Injil." Pendeta tersebut menyebutkan ciri-cirinya serta negeri di mana dia akan diutus. 

Salman pun begitu bersemangat bertemu nabi terakhir ini, hatinya sangat merindukan petunjuk. Maka sepeninggal pendeta terakhir yang sangat ia sayangi, Salman memutuskan untuk pergi ke tempat yang dikatakan pendeta, tempat munculnya nabi terakhir. Dia bertemu kafilah dagang yang akan pulang ke sana. Salman memberikan seluruh dombanya sebagai gantinya dia boleh ikut bersama kafilah dagang tersebut. 

Di tengah perjalanannya, kafilah tersebut berkhianat terhadap Salman. Kambingnya dirampok dan Salman dijual di pasar budak hingga ia dibeli oleh salah satu penduduk Madinah. Salman menjalani takdirnya dengan sabar, sementara hatinya tetap memendam kerinduan yang sangat pada nabi yang dijanjikan, meskipun ia belum pernah melihat wajahnya. Hingga pada suatu hari tersebarlah berita di Madinah tentang kedatangan seorang laki-laki yang mengaku nabi terakhir beserta orang-orangnya ke Madinah. Dan itulah Rasulullah saw. beserta kaum muslimin dari kalangan Muhajirin yang baru saja hijrah. 

Salman segera menemuinya di petang hari dengan membawa segenggam kurma. Hingga hari ketiga Rasul saw. yang paham maksud Salman memperlihatkan tanda kenabian di lehernya. Salman menangis memeluk Rasulullah dan bersyahadat. Kerinduannya selama ini terobati. Begitulah Salman menjadi bagian dari para sahabat utama. Dia menjadi orang yang tertunjuki hidayah hingga akhir hayat. Allah Maha Mengetahui betapa Salman sangat gandrung terhadap kebenaran dan Allah-lah yang memberi jalan hingga Salman memperoleh petunjuk sesuai yang ia inginkan.

Lain halnya dengan Abu Jahal. Nabi begitu dekat dengannya dan berulang kali mengajaknya kepada Islam. Dia seorang pemimpin yang memiliki kekuatan. Tak ada alasan baginya menolak Islam. Berbeda dengan kaum muslimin dari kalangan lemah yang saat itu mendapat banyak rintangan ketika memeluk Islam. Bahkan pernah selama 3 malam berturut-turut dia mengendap-endap ke rumah Rasul saw. untuk mendengarkan Rasul membaca ayat- ayat Al-Qur'an. Al-Qur'an pun telah menyentuh relung hatinya. Tapi kesombongannya dan hasratnya akan kedudukan dan kekuasaan telah mencegah ia dari petunjuk. Ia lari dari petunuk sebagaimana seseorang yang lari dari hantu. 

Begitu banyak kisah seperti Salman dan Abu Jahal hari ini. Namun, selalu ada jalan bagi mereka yang menginginkan petunjuk ke jalan kebenaran. Sedangkan orang yang tak menginginkannya, betapa pun dekatnya hidayah maka dia tidak akan mendapatkannya. Sebab Allah-lah yang menghendaki siapa saja yang berhak mendapatkan hidayah. Maka orang-orang yang pantas mendapatkan hidayah adalah mereka yang menginginkannya, senantiasa berupaya mencarinya, berkorban dalam pencariannya dan berjuang untuk mendapatkannya. 

Sedang Allah Swt. adalah yang Maha Adil, Maha Mengetahui, Dia tidak akan menzalimi hamba-Nya barang sedikit pun. Sebagaimana janji-Nya, Allah hanya akan meminta pertanggungjawaban terhadap orang yang mana dakwah Islam sudah sampai kepadanya. Bukan urusan kita mempertanyakan keadilan Allah, karena Dia pasti Maha Adil. Justru kita harus bertanya  pada diri sendiri. Sebagai muslim, sudah menjadi tanggung jawab kita menyampaikan Islam kepada sesama manusia. Sudahkah kita menyampaikannya? Sudahkah kita berdakwah? Karena Islam bisa sampai kepada manusia dengan jalan dakwah. 

Jika di era yang sangat canggih hari ini masih ada manusia yang belum mendapat informasi tentang Islam, maka celakalah kita semua. Apabila kita tidak menjadi bagian dari orang orang yang mendakwahkan Islam, maka celakalah kita! 

Begitu pun jika itu disebabkan karena ketiadaan Daulah  Khilafah yang akan memancarkan Islam ke seluruh dunia. Yang karenanya orang-orang seharusnya bisa dengan mudah melihat cahaya Islam. Ketiadaan Khilafah menjadikan agama  Islam mudah difitnah, informasi yang sampai tentang Islam adalah informasi yang salah. Bahkan ajaran Islam dimonsterisasi dan dikriminalisasi, sehingga orang- orang termakan dengan fitnah itu. Maka, sudah menjadi kewajiban bagi seluruh kaum muslimin mengupayakan hadirnya kembali Khilafah 'ala minhaj an-nubuwah.

Wallahu a'lam bishawab. 

Posting Komentar

0 Komentar