Subscribe Us

SATU KELUARGA TEWAS, BUKTI MASYARAKAT INDIVIDUALIS

Oleh: Heti Suhesti
(Pendidik, Aktivis Dakwah) 

Vivisualiterasi.com- Kasus meninggalnya satu keluarga di Perumahan Citra Garden Kalideres mengejutkan banyak pihak. Teka teki penyebab utama meninggalnya satu keluarga berjumlah 4 anggota keluarga ini masih belum diketahui. Banyak persepsi mulai dari kelaparan hingga menganut paham Apokaliptik. 

Satu keluarga yang tewas di Perumahan Citra Garden I Ekstension, Kalideres, Jakarta Barat disebut sudah tinggal di lokasi tersebut selama 20 tahun lebih. Dan keluarga tersebut memang dikenal tak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar juga jarang berkomunikasi dengan sanak saudaranya selama masih hidup. (TRIBUNNEWS.COM, 13/11/2022) 

Saking tertutupnya, bahkan kematian keluarga itu baru terungkap setelah tiga minggu. Setelah warga mencium aroma busuk dari dalam rumah yang berpagar tinggi itu.

Anti sosial yang digadang-gadang sebagai penyebab kematian ini pun ditolak oleh sebagian pihak, sebagaimana disampaikan oleh Pakar Psikolog Forensik, Reza Indragiri Amriel tidak setuju mengkambinghitamkan sikap anti sosial dari keluarga yang dikenal tertutup itu.

Reza menuturkan, masyarakat saat ini kerap menjadikan keengganan bersosialisasi sebagai masalah. Tetapi lupa untuk menilik bahwa mungkin saja, mereka enggan bersosialisasi ini justru sebagai akibat sehingga mereka menutup diri. (REPUBLIKA.CO.ID, 12/11/2022)

Kasus-kasus demikian bukan kali pertamanya ditemukan, banyak kasus serupa yang bermunculan mulai dari mayat baru ditemukan setelah membusuk hingga warga yang meninggal betul-betul karena kelaparan. 

Hal tersebut adalah indikasi masyarakat yang individualis, masyarakat yang tidak peka dan perhatian satu sama lain adalah kondisi yang saat ini menjangkiti masyarakat mayoritas di negeri kita. 

Tentu bukan hanya karena individualisnya masyarakat saja yang bermasalah, ada pihak yang paling bertanggungjawab dari permasalahan yang ada di masyarakat yaitu pemimpin negeri ini. 

Kasus ini menggambarkan lemahnya peran seorang pemimpin dalam bentuk kepedulian baik memperhatikan atau mengayomi rakyatnya. Tingkat keamanan yang masih rendah dan komersil menjadikan rakyat selalu was-was dalam setiap kondisi, mengingat kejahatan di jaman sekarang ini tak lagi melihat tempat dan kondisi semua bisa mengancam keamanan harta bahkan nyawa dimanapun dan kapanpun. Padahal keamanan adalah hak primer rakyat yang wajib diberikan oleh negara. 

Terbentuknya masyarakat individualis tentu tidak terjadi begitu saja. Ada sebab mendasar yang membentuknya, yaitu sistem demokrasi. Sistem pemerintahan yang memandang masyarakat hanya sebatas kumpulan individu-individu semata ini mengakibatkan negara hanya fokus pada permasalahan individu rakyat semata. 

Ditambah adanya sekularisme, menjadikan masyarakat individualis tumbuh subur karena menjadi dasar dari sistem kehidupan kita saat ini di mana agama dipisahkan dari kehidupan. Bermasyarakat dilepaskan dari ajaran agama yang akhirnya telah mencetak masyarakat yang tak lagi peduli, acuh hingga tak menghiraukan kondisi sekitar, tetangga yang hidup berdampingan seolah tak nampak. Maka wajar jika banyak kasus warga yang meninggal baru diketahui saat sudah membusuk.

Inilah gambaran masyarakat kita saat ini, bermasyarakat dan bertetangga dengan baik tak lagi menjadi sesuatu yang penting, padahal masyarakat terdekatlah seharusnya yang pertama menolong saat salah satu anggota masyarakat lain yang mendapatkan musibah, kesulitan dan lainnya. 

Kapitalisme telah berhasil menjadikan setiap individu sibuk dengan urusan pribadi masing-masing hingga abai dengan keadaan sekitar, kepedulian terhadap sesama makin terkikis seiring dengan sibuknya mereka untuk memperoleh materi sebanyak-banyaknya demi menggapai kebahagiaan semu. 

Berbeda jauh dengan gambaran kondisi masyarakat Islam yang di dalamnya diterapkan aturan Islam secara sempurna. Sebab, masyarakat adalah salah satu pilar utama yang memiliki peran penting dalam kehidupan kaum muslimin.

Berbuat baik kepada tetangga, perhatian, saling memberi, tidak saling mengganggu dan membantu kesulitan tetangga adalah adab utama yang harus dimiliki seluruh kaum muslimin karena bertetangga dan bermasyarakat dalam Islam bukan sekadar tinggal bersama dan berdekatan, namun bertetanggaan sangat erat kaitannya dengan keimanan kita sebagai musim. Karena itu, bertetangga yang baik adalah akhlak yang mulia dan kewajiban yang sangat ditekankan penerapannya karena perintahnya langsung dari Allah dan Rasul-Nya. 

Rasulullah adalah teladan terbaik dalam segala hal termasuk dalam bertetangga. Menebar salam dan senyum, menyapa, berbagi, menjenguk yang sakit, ikut bergembira dengan kegembiraan tetangganya, mudah memaafkan dan banyak lagi adab lainnya yang beliau tunjukkan terhadap tetangganya. 

Begitu pula bagaimana peran pemimpin dalam sistem Islam masyhur ditelinga kita, kisah Amirul Mukminin Umar bin Khattab sering berpatroli di malam hari untuk mengetahui kondisi masyarakat hingga mendapati satu keluarga yang anak-anaknya kelaparan dan sang ibu hanya bisa menenangkan dengan merebus batu seolah sedang memasak makanan. Umar pun dengan sigap memikul bahan makanan dari Baitul Mal untuk diberikan kepada keluarga tersebut.

Begitulah gambaran kehidupan Islam, akhlak individu yang mulia dan pemimpin yang bertanggung jawab serta mengayomi begitu nyata dirasakan. Begitupun masyarakat, bukan hanya dianjurkan untuk berbuat baik namun masyarakat juga memiliki peran kontrol sosial yaitu berkewajiban melaksanakan yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. 

Maka hidup bermasyarakat dengan aman, nyaman dan saling menebar kebaikan adalah masyarakat yang hanya bisa terwujud dengan penerapan Islam secara sempurna dalam naungan Khilafah. Wallahu a'lam bish-shawab.[AR]

Posting Komentar

0 Komentar