Subscribe Us

CITAYAM FASHION WEEK, MERUSAK MORAL DENGAN ASAS KEBEBASAN

Oleh: Wa Disa 
(Mahasiswa UM Buton) 


Vivisualiterasi.com- Alih-alih memodernisasi masyarakat pedesaan dengan menerapkan sistem kapitalis yang mendukung prinsip-prinsip sekuler. Hal ini berdampak pada kondisi masyarakat khususnya Muslim. Islam saat ini hanya digunakan sebagai identitas KTP semata sehingga wajar dalam perbuatan tidak berpatokan syariat.

Dilansir dari SUKABUMI UPDATE.com, (21/07/2022). Perkembangan tren terbaru, Citayam Fashion Week (CFW) akhir-akhir ini semakin menarik perhatian. Wira-wiri mengisi timeline konten media sosial seperti TikTok, Twitter, Facebook, dan Instagram.  Istilah Citayam Fashion Week menjadi semakin umum setelah berbagai remaja dari seluruh ibu kota Indonesia mengenakan pakaian khas dan menghabiskan waktu dengan judul semacam model pada kuda jalanan di ruang Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di Stasiun MRT BNI Dukuh Atas dan Terowongan Kendal.

Faktanya, apa yang mereka lakukan di Citayam Fashion Week bahkan sebagian pejabat berpenampilan sebagai petugas ikut memeriahkan dan melewati kawasan tersebut. Misalnya Anies Baswedan dan Ridhwan Kamil.

Keberadaannya menuai banyak tanggapan pro dan kontra dari berbagai pihak. Ada orang yang beranggapan bahwa hal ini sering menjadi satu hal yang patut diapresiasi. Para remaja CFW dari Sudirman, Citayam, Bekasi dan Depok (SCBD) datang dengan berbagai ragam pakaian, berdandan dan melakukan peragaan busana dengan penyeberangan.  Seolah-olah mereka haus akan kualitas dan aktualisasi diri melalui kebebasan berekspresi.

Munculnya perkembangan Citayam Fashion Week untuk memperjelas kondisi generasi Muslim yang mengalami kondisi mental asosiasi dan tampaknya lebih tertarik dan menganggap penampilan fisik sebagai kemajuan di era globalisasi dan modernisasi. Hal ini tentu tidak dapat dipisahkan dari pengaruh mode hedonis yang diciptakan oleh sistem yang disebut ekonomi kapitalis yang mengandalkan prinsip-prinsip sekuler.  Metode ini memberikan ruang bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri dengan berbagai macam pakaian. Alih-alih ingin menjadi ala modern, generasi Muslim mendapatkan lebih banyak dari identitas yang kebablasan.

Jangan Latah dengan Tren yang Membunuh Kualitas

Sangat disayangkan bahwa perkembangan di kalangan anak muda khususnya tren Citayam.  Karena sangat mungkin bahwa anak muda yang berbeda juga terpengaruh dan tidak ingin ketinggalan mengekspresikan diri.

Kapitalisme-liberalisme berpandangan bahwa tolok ukur kebahagiaan seseorang adalah pencapaian tertinggi entah itu didapatkan dari cara yang baik ataupun buruk. Harusnya saat ini pemuda sadar bahwasanya untuk mengikuti tren tidak akan pernah punya ujung. Sebab setiap masa akan mempunyai kemajuan berpakaian namun jangan latah. Bukan pada perilaku dinamis yang merugikan tetapi dalam hal perubahan pemikiran dalam memandang karakter sesuai dengan akidah bukan yang penting viral.

Oleh karena itu, kaum generasi muda yang saat ini sedang mencari tahu identitas mereka, butuh nasehat dakwah untuk dirinya: dari mana mereka berasal? Saat ini apa yang menjadi tujuan hidup mereka diciptakan?  Dan ketika mati mereka akan kemana? Sehingga mereka merasa bahwa keberadaan mereka tidak hanya diukur dari tren pakaian, nilai pakaian, dan juga berbagai teman.

Karena dibalik kegembiraan trendi ini, ada satu hal yang membuat kita tidak bahagia karena jauh dari keridhoan Allah. Dalam berkreasi sudah sepatutnya kita memperhatikan batas-batas dari pergaulan sebab hal ini memicu campur baur yang tak karuan. Bahkan bermalam di jalan, aktivitas ini masih dilakukan padahal ini jelas tidak bermanfaat.  Pergi menginap tanpa mahram. Apakah dengan izin orang tua juga? Ah, semoga perkembangan ini tidak abadi.

 Sangat sederhana bahwa generasi Muslim ini dilanda kondisi mental. Karena kurangnya informasi tentang akidah, norma-norma sekuler akhirnya dicemarkan. Generasi Muslim memerlukan pendidikan yang layak.  Beberapa hal yang harus dicapai dan dipraktikkan oleh generasi Muslim: 

Pertama bahwa Islam mengajarkan untuk bersosialisasi sesuai dengan hukum syar'i, seperti tidak diperbolehkan untuk menggabungkan antara laki-laki dan perempuan tanpa adanya persyaratan syar'i.  Seperti, duduk bersama, nongkrong bersama pria dan wanita.

Allah Swt. Berfirman; 

"Dan janganlah kamu mendekati zina,  sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. al-Isra: 32).

Kedua, Islam mengatur desain pakaian untuk setiap laki-laki dan wanita. Namun, pada titik ini gaya pakaian cenderung mengarah ke barat.  Pakaian-pakaian yang biasa digunakan mengumbar aurat. Jelas ini sangat bertentangan.

Allah Swt. Berfirman dalam Qs. al-Ahzab ayat 59;

“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenal, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Generasi Terbaik Adalah Menciptakan Kualitas Hidup Yang Islami

Islam memiliki sudut pandang yang jelas, sederhana, lengkap, dan komprehensif serta memuaskan pikiran bagi orang yang mempelajari dan menyadarinya. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk mencari celah agar tidak terikat dengan hukum Syara'.

Generasi yang paling efektif bukanlah generasi dengan kebodohan mengikuti tren yang benar-benar bertentangan dengan identitas mereka sendiri yaitu sebagai seorang muslim. Mereka melupakan konotasinya sebagau ummat terbaik yang pernah ada. Karena semua itu sudah Allah janjikan kepada kita dalam Qur'an:

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah. (TQS: ‘Ali Imran: 110).

Selain itu, dalam Islam keluarga adalah pertahanan pertama yang dihasilkan dari hadirnya westernisasi. Keluarga yang memberikan pendidikan Islam sejak usia dini pendamping, mulai dari pengajaran tentang akidah, konsekuensi langsung, menutup aurat, melindungi diri dari ikhtilat, dll.  

Seperti Muhammad Al-Fatih, sejak kecil ia menerima pendidikan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari orang tuanya, di mana di usia muda ia sudah bisa berbahasa dengan tujuh bahasa, menghafal Al-Qur'an tiga puluh juz, belajar hadits, belajar fiqh, aritmatika, ilmu fisika dan strategi perang. Dia juga dididik untuk memiliki mental seorang penakluk.  Kehebatan Muhammad Al-Fatih tidak lepas dari kegigihan dan keyakinannya dalam mewujudkan bisyaroh Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, pada usia dua puluh tiga tahun ia siap menaklukkan pusat kota di Romawi timur.

Begitu juga dengan para sahabat Nabi Zaid bin Tsabit an-Najjari al-Ansari. Di usia yang sangat muda, ia menjadi pena Nabi dalam menulis wahyu dan mengumpulkan al-Qur'an. Lalu masih banyak lagi kisah para sahabat nabi yang bisa diambil ibroh didalamnya.

Alam lingkungan sosial, masyarakat memiliki peran sebagai benteng perlindungan sosial.  Dengan pengelolaan individu, dengan adanya kontrol dari masyarakat yang memiliki perasaan, pemikiran, dan aturan yang sama.  diharapkan dapat menghasilkan lingkungan yang saling beramar ma'ruf nahi munkar.

Selain pertahanan keluarga dan manajemen masyarakat, pertahanan paling signifikan adalah peran negara dalam menjaga moral generasi Muslim. Dengan memberikan pendidikan yang merata disetiap daerah, pembelajaran di berbagai lapisan masyarakat dan pejabat, menyediakan sarana dan prasarana perpustakaan di berbagai daerah pendukung, dan membuat kebijakan sebagai aturan yang menjaga dari tindakan tercela umat Islam.

Ketiga, benteng yang lebih tinggi dari itu dapat terwujud jika umat Islam bersatu dalam satu kepemimpinan negara yang menerapkan aturan Islam secara kaffah.  Semuanya dilakukan sebagai satu kesatuan jawaban untuk menjaga generasi Muslim dari tindakan yang sia-sia, dan membangun negara dimulai dari kemajuan pemikiran generasinya.[Irw]

Posting Komentar

0 Komentar